cinta dalam jas putih

Tiga lelaki



Tiga lelaki

0Nita lalu terdiam beberapa saat setelah dapat menghentikan tangisannya, dia masih melihat sosok dokter edwin yang bicara padanya di telpon yang juga terduduk di sebuah kursi yang terletak di depan ruang informasi. Jarak mereka cukup jauh, tetapi mereka masih dapat bicara, kedua mata mereka saling melihat walaupun dari kejauhan.     

"Darimana dokter tahu saya ada di rumah sakit ini? " tanya nita, "jangan bilang dokter mengikuti saya "     

"Wah, kamu percaya diri sekali aku mengikutimu sampai disini " jawabnya, "aku seperti orang yang tidak punya pekerjaan saja mengikuti wanita cantik "     

"Iya benar saya lupa, dokter itu sangat sibuk. saya saja yang terlalu percaya diri " nita lalu terdiam.     

"Aku tidak mengikutimu, tapi aku bisa merasakan ketika kamu berada di dekatku " lalu dokter edwin yang memecah keheningan, "yang seharusnya kamu tanyakan itu bagaimana dan seperti apa yang aku rasakan sampai aku tahu kamu berada disini "     

"Baiklah, dokter katakan saja apa yang baru saja dokter ucapkan " nita tidak ingin mengulangi pertanyaan yang dokter edwin buat untuk dirinya sendiri.     

Tawanya kembali terdengar di telinga nita, "kamu selalu seperti itu padaku, tidak pernah sedikitpun berbasa-basi "     

"Saya tidak bisa dan kebetulan saya tidak suka berbasa-basi " nita menanggapi perkataan dokter edwin tentangnya.     

Lagi-lagi tawanya terdengar oleh nita, "jantungku selalu bekerja lebih cepat ketika tahu kamu ada di sekitarku! "     

Itu terdengar seperti pernyataan yang penuh dengan bualan untuk nita.     

"Apa dokter yakin seperti itu? apa dokter tidak mau melakukan pemeriksaan untuk kemungkinan aritmia? " dan seperti inilah tanggapan nita yang membuat tawa dokter edwin lagi-lagi muncul.     

"Aku memang akan selalu kalah denganmu " ucap dokter edwin, "tapi aku senang jika harus mengalah padamu! "     

Nita lalu tersenyum mendengar ucapan dokter edwin.     

"Seperti itu lebih baik " dokter edwin berucap ketika melihat senyuman nita, "walaupun masih belum menutupi kesedihanmu,,, "     

Dia menjadi teringat ketika beberapa menit yang lalu dia tengah menyelesaikan laporan operasi yang baru saja dikerjakan. Lalu tiba-tiba dia merasakan perasaan tidak nyaman dan rasa sakit di dadanya. Pada awalnya dia merasa itu gejala suatu penyakit, sampai dia memutuskan untuk keluar mencari udara segar dan menemukan nita yang berjalan tepat di depannya menuju ke arah taman. Wanita itu menangis, dan sinyal yang sampai pada dirinya adalah seperti itu. Tapi dia tidak akan mengatakan hal tersebut pada nita, semua hanya akan menjadi rahasianya.     

"Kamu sudah merasa baik? " dokter edwin kembali bertanya pada nita.     

"Iya, semua karena ucapan dokter " jawab nita, "terima kasih "     

"Baiklah aku terima ucapan terima kasihmu, tapi jangan sampai membuatmu jatuh hati padaku karena aku sudah menghiburmu! "     

Nita menanggapinya dengan senyuman lebar di wajahnya, "iya benar itu tidak boleh terjadi, dokter harus mendapatkan yang lebih baik untuk menemani hidup dokter "     

"Iya karena itu aku mau menunggu sampai putrimu lahir nanti " lagi-lagi dokter edwin mengatakan hal yang sangat tidak mungkin terjadi, tapi nita tahu dia hanya sedang membuat sebuah perkataan yang dapat membuat nita tersenyum.     

"Kamu tahu, baru saja ada seorang bidan cantik dan seksi yang mengajakku makan dan menonton film " dia berkata dengan begitu bangganya pada nita bahwa begitu banyak wanita-wanita cantik yang mengejarnya.     

"Lalu kenapa tidak pergi? kenapa hanya memberitahuku? dokter terlihat sekali ingin menyombongkan diri sebagai laki-laki keren yang dikejar banyak wanita! "     

Lalu tawa dokter edwin terdengar begitu lama dan sepertinya dia kesulitan untuk menghentikan tawanya.     

"Sebentar,, " ucapnya di sela tawa yang lagi-lagi muncul.     

"Kamu bicara seperti itu padaku mematahkan semua yang ingin aku banggakan " ucap dokter edwin, "kesombonganku menjadi ambyarr! "     

Dan kali ini tawa nita tidak dapat ditahannya, "dokter sejak kapan menjadi menjadi orang yang suka mengucapkan kata-kata lucu seperti itu! "     

"Sejak aku mengenalmu " jawab dokter edwin dalam hatinya, "aku bersusah payah memikirkan semua yang akan aku ucapkan, dan kesemuanya hanya bertujuan untuk melihat senyuman di wajahmu! "     

"Lihat betapa kerasnya usahaku untuk selalu mengutamakan kebahagiaanmu! " lagi-lagi suara hatinya muncul.     

Lalu dia kembali fokus pada nita yang sedang bicara dengannya di telpon.     

"Kamu sudah tahu tempatku bekerja jadi sebagai ucapan terima kasih belikan aku segelas kopi lain waktu " ucap dokter edwin pada nita.     

"Baiklah " nita menyanggupinya.     

"Sekarang cepat kembali ke ruangan dokter elsa, kamu sudah terlalu lama diluar. Dokter yoga pasti mencari dan mengkhawatirkanmu "     

"Jangan sampai pengunjung rumah sakit melihatmu seperti hantu gentayangan " sambung dokter edwin, "duduk sendirian di taman malam hari menangis pula! "     

"Dokter!! " nita beranjak dari duduknya karena tiba-tiba bulu kuduknya berdiri, dia mulai tersadar sendirian di taman sebuah rumah sakit tengah malam.     

"Senang sekali membuatku ketakutan! " cetus nita seraya berjalan menjauhi taman, dengan ponsel yang masih menempel ditelinganya.     

"Hati-hati, dan jaga kesehatanmu "      

"Terima kasih dokter " ucapan terakhir nita sebelum dia menutup telponnya, dia kembali berjalan menuju ke arah ruangan elsa.     

Disudut lain, dimana dokter edwin yang masih berdiri memandangi sosok nita yang perlahan-lahan menghilang dari pandangannya tampak memikirkan sesuatu.     

Satu jarinya mengusap secara bergantian kedua pelupuk matanya, ada sekumpulan air di ujung matanya yang menandakan kesedihannya dia menangis dan itu tidak disadarinya. Lalu dia tersenyum tipis, menarik nafasnya menyadari bahwa dia ikut merasakan kesedihan nita walaupun tidak tahu apa yang menyebabkan kesedihannya.     

"Ada apa lagi denganku? " ucapnya seraya mengusap wajahnya, dan menyandarkan tubuhnya di dinding yang berada dihadapannya.     

"Dokter " lalu terdengar suara seseorang di sampingnya, seorang petugas sekuriti menghampirinya.     

"Ada titipan dari seorang wanita " dia lalu menyodorkan sebuah kotak yang bertuliskan rumah sakit tempatnya bekerja.     

"Terima kasih " dia menerimanya walaupun dengan kerutan di dahinya.     

Dia tahu kotak itu berasal dari kantin yang berada di ujung bagian rumah sakit, dan lalu dia membukanya segelas kopi dan croisant. Terdapat sebuah tisu dengan goresan tinta berbentuk tulisan dengan cepat dia mengambil dan membacanya.     

'Terima kasih, dan aku sudah membayar hutangku, kanita dan putri cantikku.. '     

Setelah membaca tulisan si pengirim senyuman lebarnya muncul, perasaan bahagianya mencuat dan meletup-letup. Walau hanya mendapatkan segelas kopi dan croisant semua rasa lelah dan penatnya menghilang seiring dengan rasa bahagianya yang muncul kali ini.     

Dia lalu memasuki ruang kerjanya dengan cepat, dan menyimpan tulisan nita di sebuah tisu di buku agendanya.     

Nita berjalan menyusuri koridor setelah tadi dia memutuskan untuk membeli kopi dan roti sebagai ucapan terima kasih yang diminta oleh dokter edwin tadi, laki-laki itu memang sangat berhati baik padanya akan tetapi nita tahu sampai batas mana dia harus menerima kebaikan tersebut.     

"Kamu darimana? " yoga muncul dihadapannya menghentikan langkah nita,  setelah dia menemukan nita yoga berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah.     

"Dari taman " jawab nita, "kenapa? seperti sudah habis berlari saja "     

"Aku mencarimu sedari tadi, sayang " yoga memegang kedua pipi nita, "axel tadi bilang kamu mengambil barang di mobil, aku menyusul ke halaman parkir pak itor bilang kamu tidak kesana! "     

"Aku khawatir sekali " yoga menyambung perkataannya seraya memeluk nita.     

"Iya, maaf tadi aku ke taman lalu ke kantin membeli kopi ini untukmu " ucap nita, dia menjadi risih dengan tatapan orang disekitarnya "semua orang memperhatikan kita,,, "     

Yoga tidak bergeming, dia masih tetap memeluk nita untuk beberapa waktu.     

"Ini " nita menyodorkan kopi yang dibelinya di kantin tadi pada yoga.     

"Terima kasih " yoga menerimanya dan meminumnya sedikit karena masih terasa panas.     

"Kamu tidak menganggap serius ucapan elsa tadi kan? " yoga lalu berkata ketika mereka sama-sama berjalan menuju ruang ICU.     

Nita menoleh ke arah yoga, "ucapan elsa,,, "     

"Ucapannya tentang cinta pertama dan terakhir " yoga menyela ucapan nita, "ibu benar, seharusnya aku memang tidak memintamu untuk ikut. Dia mengatakan bagaimanapun juga ini akan sangat melukai hatimu, walaupun aku tahu hatimu yang sangat luas akan selalu memaklumi elsa karena sakit yang dialaminya. Awalnya aku berpikir mengajakmu karena aku ingin memegang kepercayaan yang kamu berikan, tapi sepertinya justru menyakitimu "     

"Karena demam dia menjadi merasa saat ini sangat begitu berat baginya " sambung yoga, "dia mengakui semuanya, seolah-olah dia tidak akan hidup lama "     

"Aku minta maaf tidak pernah bisa dengan cepat merasakan apa yang hatimu rasakan "     

Nita terdiam sejenak, "aku merasa keberadaanku diantara kalian adalah seperti sebuah kesalahan "     

"Itu tidak benar " yoga dengan cepat menyanggah ucapan nita, "dia memang pernah menjadi seseorang dalam hidupku tapi itu adalah masa lalu, dan sekarang kamu adalah wanita yang hidup di masa sekarang sampai yang akan datang. Itu bukan kesalahanmu jika kita menikah ketika elsa sakit, aku telah bercerai saat menikahimu "     

"Iya itu benar, seharusnya aku berpikir lebih bijak seperti itu. Maafkan aku,,, " ucap nita dengan tatapan kedua matanya pada yoga. Dia lalu memegang satu tangan yoga dengan senyumannya. Mungkin ini akan sulit untuk nita lakukan, tapi dia berjanji pada dirinya sendiri untuk berusaha bisa menerima kenyataan bahwa kehidupan pernikahan sedikit berbeda.     

"Aku tidak apa-apa jika kamu akan menemani elsa bersama axel, aku akan pulang bersama pak itor "     

"Axel melarangku " ucap yoga, "tadi itu sebelum aku mencarimu, dia berkata padaku bahwa aku tidak boleh lagi memegangi tangan elsa dan bicara hanya berdua saja dengan ibunya. Dia mengatakan bahwa aku harus mengutamakanmu, dan dia yang akan mengutamakan ibunya untuk saat ini "     

"Padahal tadi itu aku sengaja membawa axel karena aku tahu bahwa aku harus membuat batasan dengannya, aku tidak tahu elsa akan berkata seperti itu padaku "     

"Axel berkata seperti itu,,, " ucap nita pelan, dia secara tidak langsung mengerti apa yang sudah dirasakannya.     

"Putraku telah memiliki pemikiran yang luar biasa ketika beranjak remaja " yoga berucap dengan penuh kebanggaan, "itu karena kebaikan dan kasih sayangmu menjaga axel selama ini, kamu selalu mengajarinya hal-hal baik "     

Nita terdiam dan kembali mengingat ucapan axel beberapa saat yang lalu, ketika dia mengatakan setelah elsa sembuh dia memutuskan untuk bersama dengan ibu kandungnya itu. Semua karena dia telah mengutamakan nita, jika axel telah bersama elsa maka dia tidak akan pernah meminta yoga untuk kembali padanya.     

"Aku akan menemui elsa " ucap nita.     

Yoga menjawabnya dengan anggukan kepalanya, dia merasa lega karena nita begitu luar biasa untuk menerima ketidak berdayaannya ketika dihadapkan dengan kesakitan yang elsa rasakan.     

Namun dia akan selalu mengingat bahwa saat ini nita adalah prioritas utama yang harus selalu dia jaga perasaannya, karena dia telah menyadari seluas apapun hati nita dia akan sangat tersakiti melihat situasi dimana yoga harus memberikan perhatian pada elsa.     

Yoga, axel, dan dokter edwin adalah tiga laki-laki yang selalu mengutamakan nita. Dengan cara mereka yang tidak sama, mereka telah menyimpan nita dengan begitu baik dalam hati dan pikiran mereka...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.