cinta dalam jas putih

Kucing Manis



Kucing Manis

0Yoga memandangi dari dalam mobilnya langkah nita dari kejauhan, dia segera keluar dari dalan mobil untuk menyambut istrinya itu.     

Senyuman terlihat diwajah nita ke arahnya dari kejauhan. Entah apa yang terbesir di pikirannya ketika melihat senyuman nita kali ini, wajah dan senyuman yang sama setiap hari serta rambutnya yang terikat rapi seolah bercahaya luar biasa saat ini dimatanya. Tetiba dia merasakan luapan rindu yang muncuat walaupun setiap hari dia bertemu dengan sosok nita.     

"Kenapa akhir-akhir ini aku melihatnya semakin cantik! " cetusnya pelan seraya menundukan kepalanya sekilas untuk menyembunyikan senyumannya.     

"Selamat sore nyonya yoga! " ucap yoga seraya membukakan pintu mobil untuk nita.     

Wanita yang berdiri dihadapannya itu mengernyit mendengar ucapan yoga, dia masuk ke dalam mobil dengan banyak pertanyaan di pikirannya. Mengingat tadi pagi suaminya itu marah-marah dan sekarang ini seketika berubah seperti kucing yang manis dihadapannya. Ada pertanyaan tentang satu hal yang membuatnya berubah kembali menjadi suami yang berlebihan.     

"Bagaimana pekerjaan hari ini? " tanya yoga dengan senyuman lebar diwajahnya.     

"Hari ini aman " jawab nita masih dengan wajahnya yang kebingungan.     

"Kamu istirahat saja " yoga lalu memutarkan sebuah lagu tidak seperti biasanya, "musik supaya kamu rileks, dan aku pastikan kita sampai ke rumah dengan aman "     

"Iya, terima kasih " nita memperlihatkan tawanya yang begitu dipaksakan, dia ingin sekali bertanya apa yang membuat yoga seperti itu tapi sepertinya dia mengurungkan niatnya.      

Melihat suaminya itu yang terlihat nyaman dan baik-baik saja sekarang ini membuatnya akan berdiam diri saja dan menerima semua keanehan suaminya itu.      

"Axel " panggil nita ketika petang ini dia tengah membereskan buku-buku putranya yang tercecer di depan televisi.     

"Jangan membaca buku sambil tertidur seperti itu " kedua tangannya masih dengan sigap mengumpulkan buku-buku axel.     

Putranya itu tampak tidak menghiraukan ucapannya, dia masih membaca bukunya.     

"Axel... " nita memanggilnya untuk kedua kalinya, dengan lembut dan seperti garis lengkung legatura pada sebuah deretan nada agar putranya itu mau mendengarkannya.     

Nita tersenyum ketika panggilan keduanya pun sepertinya tidak digubrisnya, kakinya hendak mendekati sosok axel akan tetapi terhenti karena yoga telah berdiri disampingnya.     

"Kalau dipanggil dengan lembut seperti itu axelmu yang manja itu akan semakin tidak menghiraukan ucapanmu! " yoga bicara pelan disamping nita, dia yang sedari tadi menyaksikan merasa putranya itu semakin sulit untuk disiplin ketika beranjak remaja.     

"Laki-laki itukan memang seperti itu " ucap nita dengan sikap tenangnya, "tidak pernah mendengarkan dalam satu panggilan, nanti setelah panggilan ketiga baru dia mendengar kita "     

Yoga mengernyit, nita memberikan sebuah judul seperti semua laki-laki yang disebutkannya tadi itu terlalu lambat merespek panggilan seseorang terlebih lagi oleh seorang wanita.     

"Axel " dan ini merupakan panggilan ketiga nita, hanya dalam hitungan satu detik putranya itu menoleh ke arahnya dan segera bangkit.     

"Biar aku saja bu " dia segera memunguti sisa-sisa bukunya yang tercecer, "tadi aku sedang mengulang yang sudah dibaca jadi tidak menjawab panggilan bubu, maaf "     

Senyuman terlihat di wajah axel, dia berikan pada nita yang mendengarkan perkataannya dengan senyuman.     

"Iya, sekarang sudah selesaikah? "     

"Sudah " axel mengambil alih buku yang berada di tangan nita, "aku akan membereskan semua buku dikamar "     

Nita mengusap kepala axel dengan lembut, "setelah itu bersiap untuk makan "     

"Baik.. "     

Langkah kecil axel berjalan menuju ke kamar tidurnya, meninggalkan yoga dan nita berdua. Senyuman bersamaan dengan kedua alis nita yang terangkat diperlihatkan pada yoga, dia secara memperlihatkan bahwa apa yang sudah diucapkannya tadi itu terbukti nyata.     

Yoga tersenyum malu, dia bergerak ke arah belakang nita.     

"Coba beritahu aku, apa yang tidak kamu ketahui.. " yoga bicara seraya menyimpan dagunya di pundak nita, lagi-lagi dia memasang wajah kucing manis dihadapan nita. Membuat nita tidak dapat menahan tawanya.     

"Ada banyak pak dokter " jawab nita, "aku masih harus banyak belajar karena banyak yang tidak aku tahu ketika menjadi seorang ibu, kenapa? mau memberikan aku seorang mentor hebat menjadi ibu rumah tangga? "     

"Nanti aku carikan " ucap yoga.     

Dia melingkarkan tangannya di pinggang nita, "semakin kamu mengetahui banyak hal, kamu semakin terlihat cantik.. "     

"Ahaha.. " tawa nita terdengar keras dan dipaksakan, "aku dengar pujian lagi "     

Nita menolehkan wajahnya ke arah yoga, "tidak bisakah kita tidak terlalu dekat seperti ini bicaranya, kalau axel dan mba mumu lihat nanti.. "     

"Tidak mau " jawaban yoga bernada manja. Dia mulai nakal dengan menciumi leher nita, membuat wanita itu bereaksi sedikit menjauh darinya akan tetapi dengan cepat dicegahnya.     

"Jangan disini " nita berusaha menghentikan yoga, "kalau axel lihat nanti bagaimana? "     

Yoga tersenyum tidak menghiraukan ucapan nita, "tidak apa-apa, aku sedang ingin melakukannya disini "     

"Jangan macam-macam! " nita membulatkan kedua matanya ke arah yoga ketika dia melakukan sesuatu pada leher belakangnya.     

"Kamu kegelian? " tanya yoga diiringi tawa kecilnya.     

"Malah bertanya, iya aku geli!!! "     

Tawa yoga semakin mencuat ketika istrinya itu marah dengan wajahnya yang memerah dan nafasnya mulai tidak beraturan.     

"Baiklah, aku tidak akan melakukannya disini sekarang " dia lalu melepaskan tangannya dari pinggang nita dengan senyuman puasnya karena telah berhasil menggoda nita.     

"Lagipula aku masih ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan " ucap yoga seraya mengusap lehernya, dia terus melakukannya sambil berjalan menuju ke arah ruang kerjanya. Dia meninggalkan nita yang masih berdiri dengan tatapan anehnya.     

"Kenapa sekarang aku justru sedikit kesal karena dia tidak melanjutkannya? " tanyanya pada diri sendiri, ada hal yang telah membuatnya hampa sekarang ini. Jika tadi dia harus berpura-pura untuk menolak yoga sepeninggalnya dia merasa ada penyesalan.     

"Aku kenapa hari ini? " lagi-lagi dia bertanya pada diri sendiri, seraya merapikan rambut-rambutnya. Kebingungan tengah melandanya, dia merasa kacau dan hilang tujuan akan melangkahkan kakinya. Setelah beberapa waktu kemudian akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke kamar axel.     

"Kamu sudah selesai belajar? " nita terduduk di tempat tidur yang terletak tepat disamping meja belajar milik axel.     

"Sudah " jawab axel dengan senyuman dan tatapannya ke arah nita.     

"Aku lapar sekali, bu " sambung axel, dia berpindah duduk disamping nita. Satu pelukan manja kemudian muncul pada nita.     

"Apa adiku baik-baik saja, bu? "      

Nita tersenyum, "tentu saja "     

Senyum axel perlahan memudar ketika matanya memicing ke arah nita, dia sepertinya melihat ada sesuatu yang janggal pada ibunya. Satu tangannya mendorong rambut nita yang tergerai tepat di atas pundaknya.     

"Apa bubu alergi? " tanyanya.     

Nita menggelengkan kepalanya, "ada apa? "     

"Di leher bubu ada sesuatu yang menempel, tapi itu seperti tanda alergi " axel berkata dengan begitu polosnya.     

"Alergi apa? " nita lalu beranjak dari duduknya untuk berdiri di depan cermin dan melihat apa yang sudah disebutkan oleh putranya itu.     

Bukan main terkejutnya nita ketika melihat tanda alergi yang disebutkan oleh axel di lehernya, seketika wajahnya memerah dan memanas. Seketika dia membeku dan mulai kehabisan akal untuk menghadapi putranya itu. Karena tanda merah yang telah yoga buat tadi padanya membuatnya begitu malu dihadapan axel.     

"Arghh! " geram nita dengan suara di bawah volume standar.     

"Kenapa sekarang wajah bubu yang memerah? bubu sakit? "     

Nita menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, dan sekarang ini yang ingin dia lakukan adalah menangis karena malu.     

Lagi-lagi dia memandangi dirinya di depan cermin dan menarik nafasnya dalam-dalam.     

"Ayahmu itu yah! " gerutu nita pelan.     

"Jadi ayah yang melakukan itu pada bubu "     

"Apa? " mata nita membulat, penyesalan keduanya setelah dia menggerutu dihadapan axel dan dia dapat mendengarnya.     

Tiba-tiba senyuman muncul di wajah axel, dia memasang wajah yang sedang serius berpikir.     

"Kira-kira ayah akan dapat hukuman apa karena sudah membuat bubu kesal? "     

"Axel! " nita akhirnya merengek pada putranya itu, "sekarang kamu juga ikut seperti ayahmu "     

Axel tertawa kecil, "aku kan putra ayah jadi semuanya akan mirip dengan ayah, aku menyayangi bubu sama seperti ayah dan aku senang membuat bubu kesal juga itupun sama seperti ayah. Karena kalau bubu sudah marah bukan terlihat menakutkan tapi terlihat semakin cantik "     

Nita tertawa kecil, "iya benar, kalian memang sangat mirip. Sama-sama suka berkata manis pada perempuan "     

"Bersiaplah untuk makan malam " sambung nita dengan mengusap lembut pipi axel.     

"Bubu mau kemana? " tanya axel, lalu lengkungan bibir membentuk senyuman terukir di wajahnya.      

"Aku tahu, pasti bubu mau memarahi ayah sekarang di ruang kerjanya! "     

"Iya benar sekali " nita tertawa malu bercampur kesal yang tidak diperlihatkan dihadapan axel, sekarang ini dia harus memberikan peringatan keras pada yoga karena telah melakukan tindakan konyol.     

Dia telah sampai di depan pintu ruang kerja suaminya yang tidak tertutup rapat, terlihat olehnya yoga yang tengah terduduk memandangi sebuah laptop dihadapannya. Wajahnya tampak lelah dan penuh kepenatan terlebih laki-laki itu terus saja mengusap tengkuknya, dalam penglihatan nita suaminya itu selalu menyembunyikan semua kesulitan yang dihadapinya dan dia sangat tahu alasannya.      

Dia masuk perlahan ke dalam ruangan dan menutup pintunya tanpa disadari oleh suaminya itu.     

"Apa masih belum selesai pekerjaannya? " suara nita mengejutkannya, terlebih wanita itu memberikan pijatan lembut pada pundaknya.     

"Aku pikir kamu kesini akan marah padaku " ucap yoga.     

Nita merengut, "puas sudah membuatku malu di depan axel? "     

Yoga terkejut dalam tawanya, "jadi axel yang pertama melihatnya? dia hebat juga "     

"Berhenti! " dan rengekannya kali ini dia tunjukan untuk yoga, nita merengut dihadapan suami yang selalu senang menggodanya.     

Yoga tersenyum dan meraih tangan nita, membawanya duduk di atas pangkuannya. Wanita di pangkuannya itu seperti sebuah hormon endorfin yang semakin dia dibuat kesal oleh yoga semakin membuatnya mengeluarkan kebahagiaan karena sikap manjanya itu.      

"Semakin kamu marah, justru kamu terlihat semakin cantik " ucap yoga.     

Nita tertawa kecil, "ternyata memang kekuatan gen itu sangat kuat, apa yang kalian ucapkan hari benar-benar sama "     

"Axel mengatakan kamu cantik juga? "     

Nita menganggukan kepalanya, dia lalu melingkarkan kedua tangannya di leher yoga dan memandangi wajahnya dengan lekat.     

"Apa masalah tadi pagi membuat beban yang sangat berat? " tanya nita.     

Yoga tersenyum, "sama sekali tidak, karena yang membebaniku sekarang itu kamu yang semakin berat dipangkuanku! "     

Nita bereaksi cepat dengan pukulan kecil, dia hendak beranjak tapi yoga menahannya.     

"Kamu harus lebih berhati-hati di tempat barumu nanti " yoga berucap seraya memandanginya dan usapan lembut di pipi nita, "apa yang akan kamu hadapi nanti adalah orang-orang tidak mudah, dengan watak dan pemikiran yang jauh berbeda dengan stafmu sekarang ini "     

Nita terdiam, dia mendengarkan secara langsung persetujuan yoga untuk pemindahan tugasnya kali ini.     

"Kenapa tiba-tiba menyetujuinya? "     

"Tadi itu aku melupakan sesuatu " jawab yoga, "aku lupa bahwa pekerjaanmu itu memang mengharuskanmu untuk siap ditempatkan dimana pun. Aku lupa pada janjiku untuk selalu memberikan dukungan padamu "     

"Aku hanya meminta satu saja, jagalah kesehatanmu dan calon bayimu " sambungnya.     

"Dan sebagai gantinya, aku akan meminta tanda terima kasih padamu " tangan yoga beralih ke pinggang nita.     

"Tanda terima kasih? " nita mengernyit.     

Senyuman modus terlihat diwajah yoga kali ini, tangan-tangannya semakin gencar mengusap punggung nita.     

"Laki-laki itu harus diberi apresiasi nyata jika sudah melakukan hal yang terbaik "     

"Apresiasi nyata? " lalu tawa nita muncul ketika mendengar ucapan aneh yoga, dia terlalu percaya pada awalnya tadi bahwa apa yang diputuskan oleh suaminya itu benar-benar tanpa pamrih dan ternyata semua itu salah.     

"Tidak sekarang " nita menghindar dari serangan ciuman dari yoga, "ini waktunya makan malam! "     

"Masih satu jam lagi sayang " yoga melihat ke arah jam di tangannya, diapun kembali memberikan ciumannya di bibir nita.     

"Apa kamu setuju kita lakukan disini? "      

Nita menutup mulut yoga dengan satu tangannya, dan memicingkan matanya.     

"Jangan banyak bicara, cepat lakukan saja atau aku pergi! " cetus nita.     

Yoga terkejut dengan ucapan nita yang seperti sebuah tantangan besar untuknya, dan tentu saja dia akan dengan senang hati melakukannya.     

Dan kali inipun apa yang sedang nita khawatirkan dapat dengan cepat diselesaikan oleh yoga, dia seperti tahu semua isi hati nita. Dan dengan segera mewujudkannya, walaupun sebenarnya berbanding terbalik dengan keinginan yoga sendiri...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.