cinta dalam jas putih

Kesempatan



Kesempatan

0Malam ini yoga berdiri di depan pintu kamar axel, tampak nita yang tengah merapikan kemeja yang di pakai oleh axel. Selain pandangannya pada putranya yang telah semakin besar, dia memandangi nita dengan gaun berwarna navy yang terlihat begitu bersatu dengan warna kulitnya membuat penampilannya semakin sempurna. Sepertinya kehamilannya membuat wajahnya terlihat semakin cantik dan bersinar.     

"Ayah lihat aku atau bubu? " suara axel membuyarkan konsentrasi yoga yang sedang memandangi keduanya.     

Yoga tersenyum, "tentu saja kalian berdua yang aku perhatikan sedari tadi "     

Nita memperlihatkan senyuman tipis dan gelengan kepalanya mendengar axel yang selalu membuat ayahnya malu dengan pembicaraannya. Dia menghampiri yoga yang sudah menunggu mereka bersiap-siap untuk menghadiri acara pertunangan erin dan dion.     

"Axel bukan anak kecil lagi " bisik nita, "dia sudah remaja, dan yang harus dilakukan ayahnya itu adalah menjadi teman yang paling dekat dengannya, salah satunya jangan kaku berbicara dengannya "     

"Dia sudah lebih pintar sekarang " sambung nita, "dia sudah seperti seorang juri di rumah kita, dia menyimak semua tindakan yang kita lakukan selama ini "     

Yoga mengernyit, "menyimak tindakan kita? "     

Nita lebih mendekat ke arah yoga, "tadi dia bilang supaya aku tidak memintanya untuk memotong rambutnya, karena semua teman-temannya tidak memotong rambutnya dan teman-teman perempuannya menyebutnya keren! "     

"Dia meminta aku memilihkan kemeja, karena menurutnya ayahnya yang paling keren jadi dia ingin mengikuti ayahnya memakai kemeja " nita menyambung ucapannya.     

Yoga menutupi tawanya dengan pura-pura menggosok hidungnya yang tidak gatal, sepertinya selama ini dia melewatkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya yaitu melihat perkembangan putranya yang beranjak remaja. Dibandingkan dia yang telah begitu lama bersama dengan axel, nita adalah orang yang beruntung menjadi orang kepercayaan putranya itu. Axel tidak pernah malu untuk bicara dengan nita tentang apapun dibandingkan dengan yoga ataupun elsa yang menjadi orang tua kandungnya.     

"Aku memang pantas disebut keren " yoga menyombongkan diri, "karena bukan axel saja yang mengakuinya, semua perempuan di luar rumah pun mengakui aku keren, bahkan kamu juga mengakuinya kan? "     

Nita mendelikkan matanya dengan satu tawa yang penuh dengan keterkejutan dia perlihatkan ke arah yoga.     

"Benarkan? kamu juga mengakui aku keren? "     

Nita menggelengkan kepalanya, "lebih baik kita berangkat sekarang, nanti kita terlambat ke acaranya erin dan dion "     

Dia bergegas melangkah tanpa menjawab pertanyaan yoga terlebih dulu, nita berpura-pura tidak mendengarkan apa yang sudah yoga tanyakan padanya tadi. Karena sepertinya yoga telah mengetahui bahwa nita tidak dapat berbohong bahwa hal yang membuatnya jatuh hati pada yoga adalah disamping dia melihat axel diapun mengakui wajah tampannya.     

"Aku bawakan bubu makanan, supaya bubu tidak pusing selama perjalanan " axel yang masuk paling terakhir kedalam mobil membawakan nita beberapa cemilan dan satu botol air minum.     

Nita tersenyum kaget seraya melirik ke arah yoga yang sepertinya sama sepertinya terkejut dengan perhatian axel.     

"Terima kasih " ucap nita menerima semua kebaikan yang diberikan oleh axel padanya.     

"Cepatlah bubu melahirkan adik untukku, aku selalu iri melihat teman-temanku yang selalu membicarakan tentang adik mereka yang selalu mengganggu mereka dirumah " ucap axel setelah nita menerima cemilan yang dibawakannya, "aku kesepian di rumah ketika ayah dan bubu bekerja "     

Nita tersenyum dengan menundukan kepalanya, dia mulai merasakan kecemasan kembali mengingat riwayat kehamilannya yang terdahulu. Dan nita hanya bisa berharap sebagai seorang manusia agar tuhan yang menciptakan dan mengatur kehidupannya memberikan kesempatan padanya untuk dapat mengabulkan permintaan putranya tersebut.     

Yoga mengusap dengan lembut pundak nita untuk memberikan sebuah semangat, dan memberitahukan padanya secara tidak langsung bahwa dia tidak sendirian. Dia menunjukan pada nita bahwa dialah orang pertama yang akan selalu melakukan apapun untuknya.     

"Selamat ya " nita mencium kedua pipi erin ketika sampai di kediaman erin.     

"Terima kasih ibu sudah mau datang " wajah erin berbinar, "aku yang bukan siapa-siapa mengadakan acara kecil seperti ini dan dihadiri oleh dokter yoga dan pimpinanku, itu membuatku terharu "     

"Lebay deh! " cetus aline dari arah belakang mereka, dia datang bersama dengan karin dan rafa.     

Erin memajukan bibirnya ke arah aline, "aku hanya terlalu bahagia, sama seperti kak aline yang bahagia karena bisa datang ke acara ini bersama pak adit! "     

Semua yang berkumpul termasuk nita membulatkan matanya ke arah aline, mereka tidak dapat menyembunyikan keterkejutan mereka.     

"Kami datang sama-sama karena dia tidak tahu alamat rumah erin " aline mengeluarkan pernyataan yang membela dirinya.     

"Sudah modern kali kak, ada aplikasinya di handphone " ucap erin, "sekarang nggak musim lagi yang namanya alamat palsu! "     

Lalu tawa mereka semua muncul karena perkataan erin yang selalu saja menyudutkan aline, membuat seniornya itu malu. Akan tetapi aline tidak sedikitpun merasakan sakit hati karena candaan erin yang selalu dia dengar ketika berjaga setiap hari.     

"Akhirnya kak aline, semangat pasti bisa " rafa memberikan semangat yang pertama.     

Karin menyikut tangan aline, "terus dekati saja, line. Nanti-nanti juga pak adit terbiasa dengan kehadiran kamu, dari situ cinta datang.. "     

Nita tersenyum mendengar semua ucapan-ucapan semangat yang diberikan oleh rekan-rekannya pada aline, dia senang hingga saat ini mereka masih tetap kompak baik ditempat bekerja dan diluar pekerjaan.     

"Aku... " aline bicara dengan nita dengan ragu-ragu ketika semua sahabatnya itu sibuk mengambil makanan.     

"Apa aku bisa melakukan seperti yang karin sebutkan tadi? "     

Nita tersenyum, "kenapa tidak bisa, semua wanita bisa melakukannya. Jika kita memiliki tekad yang kuat pasti kita akan berusaha untuk mencapainya "     

"Tapi aku hanya mengingatkan satu saja, apa tujuan kamu untuk bisa dekat dan diterima oleh pak adit. Jika memang kamu jatuh hati lakukanlah dengan segenap hati, tapi jika itu adalah ego untuk menaklukan hati pimpinan lebih baik tidak perlu " sambung nita.     

Nita tersenyum ke arah aline, "karena akan jelas terlihat mana yang benar-benar tulus dan yang dibuat-buat "     

Aline menarik nafasnya, "kenapa setiap kali aku membicarakan ini dengan pimpinanku yang satu ini selalu membuatku galau dan keinginanku kembali menciut "     

Dahi nita berkerut, "kenapa seperti itu? aku kan hanya memberitahumu saja "     

"Menciut karena aku merasa, wanita seperti ini jelas-jelas harus dipertahankan oleh laki-laki manapun " aline memuji nita secara tidak langsung, "pantas saja pak adit susah untuk maju kedepan ketika tidak berhasil mendapatkan pimpinanku ini "     

Nita tertawa kecil, "kamu tidak boleh berpikir seperti itu, dan berhenti membicarakan laki-laki lain sepertinya putraku sedang menuju kemari "     

Kedua mata nita memperhatikan langkah axel yang mendekat ke arahnya.     

"Aku akan memberitahukanmu cara yang paling bagus untuk bisa diterima oleh orang seperti itu " bisik nita, "aku akan memberitahukannya nanti "     

Nita menghentikan pembicaraannya dengan aline ketika axel sudah berada di sampingnya.     

"Ayah memintaku membawakan makanan ini untuk bubu " axel menyerahkan makanan yang dibawanya dalam sebuah piring pada nita.     

"Baiklah " nita menerima makanan yang axel bawakan untuknya.     

"Bubu harus duduk, makan sambil berdiri itu tidak baik untuk pencernaan " axel kembali memberikan nasehat padanya.     

Axel membawa nita untuk duduk di kursi yang berada di belakangnya dan menikmati makanan yang dibawakannya.     

Aline yang berdiri disamping nita memandangi axel tidak percaya dengan apa yang didengarnya, anak kecil itu bicara dengan wajah yang begitu datar memperlihatkan perhatiannya yang begitu besar pada ibu sambungnya itu.     

"Bukan ayahnya saja, putranya pun memberikan perhatian yang banyak pada nita " ucap aline dalam hatinya, dia menjadi begitu iri pada nita telah mendapat banyak hal dari semua kebaikannya.     

Dia merasa harus banyak belajar dari wanita yang menjadi temannya semenjak kuliah hingga sekarang bekerja di tempat yang sama...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.