cinta dalam jas putih

Sebuah Bisikan



Sebuah Bisikan

0Nita yang masih berdiri di depan pintu tanpa suara sedikitpun memandang ke arah yoga dan dokter andien yang juga menoleh ke arahnya.     

"Bidan kanita maaf " ucap dokter andien mendekat ke arah nita yang masih berdiri di depan pintu ruangan yang terbuka.     

"Kamu jangan salah paham, tadi itu aku terlalu ketakutan " dia mencoba menjelaskan pada nita kejadian yang sebenarnya dan meyakinkan nita bahwa mereka berdua tidak memiliki hubungan apapun.     

Nita merasa kikuk berada diantara kedua dokter yang baru saja melakukan adegan yang begitu sama dengan drama-drama yang pernah dia lihat.     

Nita tersenyum dengan penuh keterpaksaan ke arah dokter andien dan yoga, dia lagi-lagi memainkan bola mata dan alisnya ke arah yoga yang sedari tadi memandanginya.     

"Apa kamu marah? " Pertanyaan dokter andien terlontar menanggapi diam yang dilakukan Nita.     

"Bukan " nita dengan reflek menjawab, "aku tidak marah, cuma bingung harus bicara apa aku terlalu terkejut "     

Kedua alis yoga terangkat mendengar jawaban dari Nita, dia menggelengkan kepalanya.     

"Lebih baik kamu coba cek kembali perdarahannya, kita harus memastikannya aman " akhirnya yoga yang menyudahi kesalahpahaman andien dan Nita.      

"Aku akan tunggu disini tiga puluh menit sampai dirasa aman " dia kembali menyambung perintahnya pada dokter andien.     

"Baik, dokter " Andien mengikuti semua yang diperintahkan yoga dan melangkahkan kakinya menuju ke ruang observasi pasien.     

Nita terduduk di kursi memperhatikan yoga yang mencuci tangannya setelah dia melepaskan sarung tangannya.     

"Apa operasinya berjalan lancar? " Tanya nita ketika yoga duduk disampingnya, dia lalu menyodorkan sebotol air mineral pada yoga.     

"Masih harus di observasi perdarahannya " yoga menjawab setelah meneguk air yang nita berikan, "tadi itu dilakukan billing, tapi jika perdarahan bertambah banyak dan kontraksi bertambah jelek harus dilakukan hsv "     

Nita mengangguk mendengarkan semua penjelasan yang yoga sebutkan.     

"Tapi aku jadi harus menunggu tiga puluh menit untuk memastikan tidak ada perdarahan " yoga begitu ragu mengatakan hal ini pada Nita yang sudah terlihat lelah.     

"Iya, tidak apa-apa. Yang penting pasiennya bisa diselamatkan " nita tersenyum ke arah yoga.     

Membuat laki-laki itu merasa bersalah padanya, setelah dia menyusahkan nita dan membuatnya harus menyaksikan kejadian yang tidak bisa diprediksinya akan dilakukan Andien tadi.      

"Aku minta maaf karena membuatmu melihat Andien tadi.. " yoga tidak melanjutkan perkataannya karena rasa takutnya akan membuat nita sedih.     

Nita terdiam sejenak mendengarkan perkataan yoga.     

"Aku tidak pernah menyangka Andien akan menangis seperti itu tadi " yoga menjelaskan, "dan aku terkejut "     

"Terkejut tapi senang kan? dapat pelukan kejutan wanita cantik malam hari, jadi dada oppa dokter itu bermanfaat untuk menenangkan hati wanita yang kesedihan! "     

Yoga tertawa mendengar ucapan sinis nita yang menanggapi penjelasannya, cara dia cemburu begitu berbeda dengan wanita lainnya.     

"Senang kan? " Tanya nita kembali.     

"Iya, maaf sayang " yoga meraih satu tangan Nita dan diberikan ciuman yang bertubi-tubi.     

"Kamu kan tahu godaan laki-laki ketika tidak bersama istrinya itu sangat besar, itulah alasan aku memintamu untuk menemaniku hari ini "     

"Aku minta maaf " yoga kembali mengucapkan kata maaf pada Nita, dia tahu nita begitu pandai menyembunyikan perasaannya. Walaupun istrinya itu tidak memperlihatkan kekecewaannya, dia hanya tidak ingin menambahkan satu permasalahan ketika yoga harus mengurusi pasiennya saat ini.     

Nita tersenyum, "iya, aku maafkan. Cukup aku saja yang melihat hal seperti tadi, jangan membuat orang lain berpikiran hal negatif tentang kedekatan oppa dokter dengan dokter Andien! "     

"Jadi mungkin harus menjaga jarak " Nita menyambung ucapannya, "kita juga harus menjaga perasaan dari pasangan dokter Andien "     

Yoga tersenyum malu mendengar nita yang bicara padanya jauh dari kata-kata kasar yang menyinggung perasaan, wanita dihadapannya itu seperti seorang dewi yang dibuat tanpa perasaan benci. Jika itu wanita lain, mungkin dokter Andien sudah habis diberikan makian dan hujatan di depan orang banyak.     

Hal yang menyadarkannya bahwa yang berada di hadapannya itu adalah yang terbaik, jadi tidak alasan lagi untuknya mencari yang lebih sempurna.     

"Oh, iya " nita mengingat sesuatu dan menyodorkan sebuah ponsel ke arah yoga.     

"Tadi diluar aku bertemu wanita muda, dia bilang putri dari pasien yang oppa dokter kerjakan tadi. Mungkin bisa membantu membuat pasien memiliki semangat hidup "     

Yoga mengernyit, "wanita muda? "     

"Iya " jawab nita dibarengi dengan anggukan kepalanya.     

"Tapi sayang, pasien yang aku operasi itu sendirian " jawab yoga, "dia itu korban kecelakaan bersama putrinya, tidak ada yang mengantar. Tindakan yang kita lakukan juga atas persetujuan pihak berwenang karena setelah di tunggu begitu lama tidak ada keluarga yang dapat dihubungi "     

"Dia bilang putrinya oppa sayang " nita berusaha memperjelas perkataannya pada yoga.     

"Iya, putrinya itu meninggal ketika hendak mengantar ibunya ke rumah sakit " yoga lebih menegaskan kembali pada istrinya itu, "mereka mengalami kecelakaan ketika hendak mengantarkan sang ibu yang sedang hamil kerumah sakit! "     

"Putrinya saja masih berada di ruang jenazah saat ini " yoga menyambung kembali penjelasannya, "itu yang aku dengar juga dari Dion dan Andien ketika melakukan operasi sc tadi "     

Nita tertegun, dia bergerak ke arah yoga dan lebih mendekatinya. Tangannya meraih lengan yoga dan di peluknya.     

"Jangan ada acara nakut-nakutin deh! " Cetus nita seraya memandangi sekeliling ruangan.     

Yoga tersenyum, "mungkin tadi itu temannya atau keluarganya yang lain, jangan terlalu dipikirkan. Nanti kamu malah ketakutan sendiri "     

Nita terdiam sejenak memandangi ponsel yang diberikan wanita muda tadi, dia terdiam karena terus fokus pada ingatannya tentang wanita muda yang beberapa waktu yang lalu dia temui.     

"Sudah, mungkin itu kerabat pasien yang lain " yoga mengusap pundak Nita dengan lembut dan berusaha menghilangkan rasa takutnya.     

"Iya " senyum nita muncul diantara ketakutan-ketakutan yang menghinggapinya, sekarang ini dia semakin sering mengalami hal-hal aneh yang menurutnya berada di luar nalarnya.     

Dokter andien dengan langkah pelannya menuju ruangan dimana yoga dan nita berada, dia tersenyum menyaksikan keharmonisan yang berada di hadapannya itu. Ada sedikit rasa malu yang menghinggapinya, dia begitu jauh berbeda dengan wanita yang berada di samping yoga saat ini. Sikap penyabar dan dewasanya membuat siapapun yang mengenalnya akan dibuat takjub melihatnya.     

"Dokter maaf " dia lalu memutuskan untuk mengetuk pintunya.     

"Iya, ada apa? " Yoga menjawab dengan senyuman ke arah dokter andien, begitu pun nita dia telah melupakan kejadian kesalahpahaman tadi dan tersenyum ke arahnya.     

"Kontraksinya sepertinya kurang bekerja dengan baik " ucapnya dengan ragu-ragu.     

Yoga tampak menarik nafasnya dalam-dalam sebelum memberikan keputusannya, "kita siapkan saja untuk histerektomi, sebentar lagi aku menyusul "     

"Baik dokter " ucapan terakhir dokter Andien sebelum dia melangkahkan kakinya menuju ke ruang operasi.     

Nita tersenyum ke arah yoga, "semoga lancar operasinya, jangan lupa dengarkan video itu pada pasien. Itu permintaan keluarganya tadi, siapa tahu bisa menjadi penyemangat pasien dan membuatnya berupaya untuk melawan kesakitannya "     

"Baiklah nyonya cantik " ucap yoga memegang ponsel yang Nita sodorkan tadi, "kamu tidak apa-apa sendiri disini? "     

Nita tersenyum ke arah yoga dengan anggukan kepalanya.     

"Terima kasih doanya " tiba-tiba yoga melayangkan sebuah kecupan di bibir Nita sebelum dia beranjak dari duduknya.     

Wajah Nita seketika memerah, dia terkejut dalam tawanya menyadari tindakan berani sang suami di tempat kerjanya.     

Dia menggelengkan kepalanya ketika yoga hanya menanggapinya dengan senyuman, laki-laki paling romantis itupun melangkahkan kakinya menjauh dari Nita.     

"Semoga ibumu akan baik-baik saja setelah mendengar suaramu " ucap nita pelan, dia mendoakan dengan tulus pasien yang tengah ditangani oleh suaminya itu.     

Waktu telah menunjukan pukul dua belas malam ketika Nita merasakan matanya begitu berat untuk terbuka, dia memutuskan untuk menunggu yoga dengan menyandarkan kepalanya di meja yang tepat berada di depannya dia mencoba memejamkan matanya untuk beberapa waktu.     

"Kakak, terima kasih "     

"Malam ini harus kakak yang membawa mobil ketika pulang kerumah.. " lalu terdengar kembali suara yang ditangkap oleh telinga nita.     

Mata Nita perlahan terbuka ketika mendengar suara seseorang tepat di telinganya, dia mengangkat kepalanya dan mengusap lehernya yang terkaku.     

"Siapa yang bicara padaku tadi? " Tanya Nita pada dirinya sendiri seraya memutarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.     

Dia segera beranjak dari duduknya melangkahkan kakinya menuju wastafel yang berada di ruangan tersebut, dan lalu mencuci mukanya dengan harapan tidak akan ada halusinasi lagi padanya. Dia masih memikirkan kata-kata yang didengarnya tadi, dan kembali membasuh wajahnya.     

"Sayang " suara yoga kali ini membuatnya terperanjat karena terkejut.     

"Aku kaget sekali " nita mengusap dadanya berkali-kali ketika kali ini sosok yoga yang muncul dibelakangnya.     

Dia tidak lagi memakai seragam ruangan operasi, pakaiannya yang semula dipakainya sebelum dia memasuki ruangan operasi dan terlihat rapi.     

"Sudah selesaikah? " tanya nita.     

Yoga tersenyum lebar ke arah nita, "sudah, kita bisa pulang sekarang "     

Nita memandangi wajah suaminya yang terlihat begitu kelelahan, matanya terlihat memerah. Dia menutupinya dengan senyumannya yang diperlihatkan pada nita.     

"Ayo " yoga meraih tangan nita untuk berjalan bersamanya menuju ke arah mobil mereka.     

Ada kesedihan yang nita rasakan ketika melihat wajah lelah yoga untuk menyelamatkan semua pasien-pasiennya. Dia tidak mengenal kata lelah ketika dihadapkan pada semua ibu yang akan melahirkan anak-anak mereka.     

"Berikan kuncinya padaku " nita dengan cepat meraih kunci mobil yang dipegang oleh yoga, dia dengan kekuatannya menarik yoga dan membukakan pintu untuknya.     

"Tapi.. "     

"Tuan sayang tenang saja, aku tahu jalan dan akan mengemudi dengan baik " setelah dia berhasil membuat yoga duduk di dalam mobil dia mengedipkan satu matanya ke arah suaminya yang tidak diberikan kesempatan sedikit pun untuk menolaknya.     

"Pasang sabuk pengaman " dia pun memasangkan sabuk pengaman pada yoga, setelah itu dia mulai menghidupkan mesin mobilnya dan tersenyum ke arah yoga sebelum dia mulai mengemudikannya.     

Terlihat jelas di wajah yoga yang begitu ketakutan yang berlangsung begitu lama, setelah beberapa menit berlalu sepertinya rasa lelah mulai membebani kedua matanya sehingga dia melupakan kecemasannya dan tertidur dengan sendirinya.     

"Semoga lelahmu menjadi sebuah keberkahan " Nita tersenyum ke arah yoga yang tertidur karena rasa lelah dari aktifitas yang di kerjakannya hari ini.     

Tuhan telah merubah sifat suaminya menjadi sedikit manja hari ini adalah agar Nita mengetahui betapa beratnya pekerjaan yang harus dilaluinya sendirian, dan dia membutuhkan seseorang hari ini...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.