cinta dalam jas putih

Dia Ibu Terbaikku..



Dia Ibu Terbaikku..

0Nita hanya bisa terdiam melihat dan mendengarkan axel yang bicara padanya, ketika dia bicara dihadapan nita axel sama sekali tidak memalingkan wajahnya. Dia selalu menerima tatapan nita seperti ingin membuktikan bahwa dia mengatakan yang sesungguhnya.     

Nita tersenyum ke arah axel, "sepertinya kamu harus menjelaskan ini pada ayahmu "     

"Lukanya sudah bubu obati, kamu pasti lapar setelah berkelahi tadi jadi harus makan banyak! " Sambungnya, dia segera beranjak dari duduknya ketika melihat sosok yoga yang sudah berdiri di depan pintu kamar Axel.     

Dia harus memberikan kesempatan pada Axel untuk bicara dengan ayahnya, karena dia sangat tahu ada yang disembunyikan oleh putranya itu walaupun dia telah meyakinkannya dengan tatapan matanya. Mungkin jika kedua laki-laki bicara akan sangat leluasa, pikir nita.     

Kali ini giliran yoga yang terduduk disamping axel, dia membawa satu buku diatas meja kecil disamping tempat tidurnya.      

"Kamu baik-baik saja sekarang? " Tanya yoga seraya membuka halaman pertama buku yang dibacanya.     

"Sedikit yah " jawabnya.     

Yoga memposisikan bantal tepat dibelakang punggungnya, dan menyandarkannya.     

"Kemarilah " ajak yoga pada Axel agar berada didalam rangkulan satu tangannya.     

"Jadi kamu masih kesal pada Radit temanmu? "     

Axel menganggukan kepalanya, dan lalu tertunduk.     

"Aku kesal padanya karena mengejek bubu di hadapan semua teman-temanku " sambungnya.     

Yoga terkejut mendengar pernyataan axel yang lalu membawa sosok nita kedalam alasannya berkelahi.     

"Kenapa radit mengejek bubu? "     

"Orang tua radit juga bekerja di rumah sakit yah, dia mengatakan sesuatu hal yang aku tidak sukai " jawabnya, "aku sangat tidak suka dia mengejek bubu! "     

"Apa yang dia katakan? "     

Axel terdiam sejenak, "tapi ayah harus berjanji dulu padaku "     

"Janji tentang apa? "     

"Jangan ceritakan ini pada bubu, nanti dia akan sangat sedih " jawab Axel.     

Dan perkataannya itu sangat menyentuh hatinya yang paling dalam, putranya pun begitu menyayangi nita yang pada dasarnya adalah bukan ibu kandungnya.     

"Baiklah janji "     

"Dia bilang pada teman-temanku, bahwa bubu itu wanita yang merebut suami orang dan dia menikah dengan ayah supaya dia bisa mendapatkan jabatan di rumah sakit " jelasnya, "dan teman-temanku tidak percaya, tapi dia semakin berteriak di dekatku bahwa bubu wanita yang merebut suami orang! "     

"Karena kesal aku menarik kerah bajunya dan memukul hidungnya, dan dia membalas memukulku! " Sambungnya, axel bicara seraya menirukan hal yang dilakukannya pada Radit siang tadi.     

"Aku bilang padanya bahwa dia adalah ibu terbaikku sebelum aku mendorongnya ke arah tembok dan membuat radit jatuh pingsan! "     

"Tanganmu kuat juga ketika sedang marah " yoga lalu meraih satu tangan axel, diperhatikannya tangan kecil milik putranya itu yang seketika mengeluarkan kekuatan untuk membela nama baik bubu kesayangannya itu.     

"Ternyata kamu sudah berhasil membuat temanmu itu berhenti mengejekmu " ucap yoga, dulu dia pun melakukan hal yang sama ketika ada hal yang tidak disukainya.     

"Karena dia pingsan ayah! " Axel memperjelas perkataannya, "bubu selalu bilang jika kita tidak mengetahui pasti tentang seseorang kita lebih baik diam daripada harus membicarakan hal yang belum tentu benar, apalagi menjelek-jelekannya! "     

Yoga tersenyum dengan perkataan Axel yang begitu dewasa, "apapun alasannya, untuk kebaikan atau untuk sebuah nama baik lebih baik menghindari perkelahian. Ada cara yang lebih baik dari hal yang menyakiti anggota tubuh sendiri! "     

"Kalaupun ibumu tahu dia sudah diejek oleh temanmu, dia tidak akan menyuruhmu berkelahi pasti dia hanya akan mengatakan padamu lupakan saja.. "     

"Benar, bubu terlalu baik " Axel setuju dengan ucapan ayahnya itu, "aku juga sudah menyesal karena sudah membuat temanku terluka dan membuat ayah malu karena hukuman yang aku dapatkan "     

Dan yoga akhirnya bisa membuat Axel menyadari kesalahannya tanpa harus dia mengeluarkan amarahnya. Dia tersenyum kecil ke arah Axel, "minta maaflah besok pada Radit, walaupun dia yang sudah membuatmu kesal. Karena orang yang meminta maaf lebih dulu adalah orang yang pemberani dari kekerasan apapun yang dilakukan, kamu harus jadi seseorang yang pemberani mengakui kesalahanmu "     

"Baik, yah " Axel menganggukan kepalanya dan memeluk sosok ayahnya yang pada awalnya sangat dia takuti, "maafkan aku yah, karena sudah membuat ayah dan ibu khawatir karena tindakanku hari ini "     

Yoga mengusap punggung axel, "yang sudah terjadi tidak akan bisa dirubah jadi kamu jadikan ini sebagai pelajaran terbaik, ada banyak hal yang bisa kamu lakukan untuk membuat orang yang membicarakanmu berubah menjadi mengagumimu "     

"Ayah mengcopy semua perkataan yang selalu bubu bilang padaku setiap hari! " Cetus Axel, "jangan-jangan ayah juga sering dinasehati bubu karena nakal sepertiku? "     

"Enak saja! " Jawab yoga dengan wajah memerah, dia berusaha menyembunyikan rasa malunya dihadapan putranya itu.     

"Kita rahasiakan ini berdua saja! " Axel menunjukan jari kelingkingnya pada yoga.     

"Baiklah " yoga menyetujuinya dengan meraihnya menggunakan jari kelingkingnya menandakan persetujuannya.     

Dia tersenyum lega karena sikap axel yang mau mengakui kesalahannya, dan mengusap lembut rambut axel dengan pandangannya yang menerawang ke seluruh penjuru ruangan kamar axel.     

Kedua matanya terhenti di sudut pintu yang terbuka, dimana sosok nita telah berdiri dan melemparkan senyuman ke arahnya.     

"Makanan sudah siap " suara nita muncul mengejutkan axel.     

Dia mengulurkan kedua tangannya untuk dapat diraih kedua jagoannya itu. Setelah keduanya meraih tangan nita, mereka bersama-sama untuk pergi ke ruang makan.     

Yoga masih memandangi nita yang baru keluar dari kamar mandi, memakai pakaian tidur berwarna merah muda yang begitu cantik menyatu dengan kulit putihnya.     

"Ada yang salah dengan pakaianku? " Diperhatikan seperti itu membuat nita salah tingkah, walaupun yang memperhatikan adalah suaminya sendiri.     

"Sempurna " yoga tersenyum mengacungkan jempolnya ke arah nita.     

Nita tersipu dipuji seperti itu oleh yoga, dan segera menghampirinya yang sudah lebih dulu terbaring di tempat tidur.     

"Kemarilah " yoga meraih tangan nita untuk masuk ke dalam pelukannya.     

Nita menyandarkan kepalanya di lengan kiri suaminya itu, "ada apa? "     

"Kamu pasti sudah dengar cerita axel tadi "     

Nita tersenyum kecil, "iya, aku tahu "     

"Tapi biarkan saja, memang kenyataannya semua penghuni rumah sakit itu pasti tidak menyukaiku karena mendapatkan orang yang paling terkenal seantero rumah sakit " Nita menyambung perkataannya.     

"Apa yang akan kamu lakukan? " Tanya yoga.     

"Biarkan saja " jawab nita dengan datar, "aku pikir kita tidak perlu sama seperti mereka, memberitahukan hal yang seharusnya tidak perlu diketahui seorang anak kecil "     

"Lagipula, memang kenyataan kan aku sudah menggoda pak dokter? " Nita lalu mengedip-ngedipkan kedua matanya seperti boneka ke arah yoga.     

Sontak saja laki-laki itu tertawa dan menutup wajahnya dengan satu tangannya.     

"Benarkan? " Nita semakin menggoda yoga dengan menarik tangan yang menutupi wajahnya.     

"Kamu ini! " Cetus yoga, "benar-benar sengaja supaya aku mengambil jatahku malam ini ya? "     

"Jatah apa? " Nita balik bertanya, pura-pura tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh yoga yang sudah menunjuk ke arah kode keras.     

"Sudah menggodaku, sekarang pakai acara pura-pura lagi! " Ucap yoga seraya menciumi telinga dan leher Nita, membuatnya kegelian tidak dapat menahan tawanya.     

"Ponsel siapa yang berbunyi? " Nita menghentikan ciuman yoga, memandangi wajah suaminya yang berubah seketika. Dia hanya terdiam membiarkan ponselnya terus berteriak.     

"Pasti penting, sampai terus berbunyi seperti itu " ucap nita mencoba menahan tawanya melihat reaksi yoga yang penuh kekecewaan.     

Yoga segera beranjak dari posisinya dan berjalan menuju meja yang terletak di sudut ruangan dimana ponselnya tersimpan.     

Kedua mata nita terus mengawasi yoga yang bicara di telpon dengan wajah yang kesal, dia berusaha untuk menahan tawanya karena adegan romantis mereka harus terhenti karena panggilan penting...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.