cinta dalam jas putih

Berpikir Logis



Berpikir Logis

0Nita dan Aditya masih berada di dalam kantor ruang ponek, laki-laki yang berada dihadapannya itu terlihat begitu tenang. Jika dibandingkan dengannya yang kebingungan, dia hanya tidak ingin satu dari stafnya mendapatkan hukuman dari pihak kepegawaian.     

"Saya minta maaf karena kelalaian yang saya lakukan, pak " nita memasang wajah penuh rasa bersalah di hadapan Aditya.     

Dia melemparkan senyumannya terlebih dulu pada Nita sebelum berucap, yang secara tidak langsung menunjukan bahwa dia akan memberikan dukungan pada Nita untuk keluar dari masalah.     

"Kita tunggu dokter yoga saja sebagai penanggung jawab " Aditya menanggapi permintaan maaf dari Nita, lagipula dia sangat tahu kelalaian kecil seperti ini tidak akan mungkin nita lakukan. Dia hanya melakukan tanggung jawabnya sebagai kepala ruangan yang harus melindungi semua stafnya saat ini, dan hal seperti inilah yang membuatnya sulit untuk tidak terus menerus memiliki obsesi mengejarnya.     

Tidak lama ketika aditya masih mencuri-curi pandang pada kekaguman yang berada dihadapannya itu, yoga muncul dan bergabung dengan mereka.     

Aditya dengan cepat menjelaskan maksud dari pemanggilannya dengan segera ke ruang ponek.     

"Saya minta maaf... " Ucap Nita ketika yoga memandang ke arahnya tanpa berkata apapun.     

"Karena pasien dan suaminya ternyata ahli farmakologi, jadi sepertinya mereka tahu kesalahan kita " ucap aditya, "tempat kita bekerja ini merupakan akses yang paling di sorot oleh masyarakat luas sebagai layanan umum, dan juga masyarakat sekarang ini sudah lebih kritis sehingga muncul lebih banyak aduan ke pihak manajemen "     

"Siapa yang berjaga hari ini? " Tanya yoga pada Nita, matanya masih memandangi nita begitu tajam. Dia hanya     

Nita memperlihatkan ketakutannya dipandangi begitu serius oleh yoga, dia mengakui jika suaminya itu marah adalah hal yang wajar. Masalah ini merupakan hal kecil yang apabila tadi diperhatikan filla pasti tidak akan mungkin terjadi.     

"Shasya, lula dan filla " jawabnya, "tapi karena saya yang kurang memperhatikan pekerjaan dari staf jadi ini adalah teguran untuk saya "     

Yoga yang tanpa senyuman masih memandangi sosok Nita, kedua alisnya terangkat dan dia tampak menarik nafas ketika tengah memikirkan sesuatu.     

"Pak Adit " ucap yoga pada Aditya secara menoleh ke arahnya, "tolong bantu saya, usahakan pasien hari ini mendapatkan ruangan di tempat VVIP biar selanjutnya saya yang akan mencoba mediasi dengan pihak keluarga pasien "     

"Baiklah, saya akan menghubungi supervisor sekarang juga " Aditya lalu beranjak dari duduknya dan segera pergi dari ruangan untuk melakukan apa yang yoga usulkan tadi.     

Dan kali ini tinggal yoga dan nita yang berada di ruangan.     

Yoga pun beranjak dari duduknya diikuti oleh Nita yang terlihat tidak memiliki nyali untuk berkata apapun padanya.     

"Kamu baik-baik saja? " Tanya yoga dia memegang kedua tangan Nita yang begitu dingin karena rasa cemasnya. Dia tahu istrinya itu pasti sangat ketakutan ketika dia pandangi tadi.     

"Kamu harus pastikan tidak ada reaksi alergi lain pada pasien " sambung yoga, "dan tenang saja, ini bukan murni karena disengaja tapi bisa dianggap sebagai kecelakaan kerja, walaupun pada kenyataannya ini adalah kelalaian kerja tapi jangan sampai membuatmu menjadi lemah "     

Yoga mengusap pipi nita dengan lembut, "kamu harus mulai tegas pada filla sekarang, jangan sampai dia menyusahkanmu lagi karena mempunyai pemikiran sendiri! "     

Nita terkejut ketika yoga dapat menebak siapa stafnya yang telah memasukan obat antibiotik tersebut, padahal nita belum mengatakannya dan pada awal rencananya dia memang tidak akan mengatakannya jika tidak ditanyakan.     

"Aku minta maaf " Nita memegang tangan yoga yang berada di pipinya, "aku akan belajar lagi untuk menjadi pemimpin yang baik.. "     

"Aku tahu kamu pasti bisa " lalu muncul senyuman di wajah yoga dengan harapan dapat memberikan semangat pada istrinya itu, "aku harus segera bicara dengan pasien dan suaminya di ruangan nanti, mulai sekarang kalian harus lebih berhati-hati "     

"Iya " jawaban Nita dengan senyuman yang dia perlihatkan pada yoga, "maafkan aku karena sudah menyusahkan dengan kejadian hari ini "     

Yoga tersenyum kecil, "nanti aku beri kamu hukuman dirumah saja, sekarang aku harus pergi "     

Nita tersenyum kesal karena yoga masih bisa memberikan candaan padanya di situasi yang membuatnya cemas seperti sekarang ini.     

Yoga tersenyum memandangi istrinya itu, dia  begitu enggan meninggalkan Nita di situasi seperti ini, tapi karena ada hal yang lebih utama harus dia lakukan untuk melindungi wanita yang dicintainya itu saat ini.     

Dia harus berusaha melakukan mediasi terbaik kepada pasien agar pengaduan mereka hanya sampai pada pihak manajemen rumah sakit saja, semua harus dia lakukan untuk melindungi Nita.     

"Pasien akan segera dipindahkan sesuai perintah dokter " aditya berjalan di samping yoga ketika dia keluar dari ruang ponek.     

"Terima kasih, pak adit " ucap yoga, "nanti beritahu saya jika pasien sudah berada di ruangan, saya harus memperkenalkan dokter andien terlebih dulu ke ruang IBS sekarang ini "     

"Kalau tidak salah dokter andien yang menggantikan dokter Edwin, benarkan? " Aditya sedikit menebak.     

"Iya, hari ini dia baru masuk " jawab yoga, "dia masih sedikit kebingungan dengan ruang ibs karena belum mengenal semua staf, jadi harus membiasakan diri terlebih dulu "     

"Dan, saya juga ucapkan terima kasih karena pak Adit dengan begitu baik dan cepat menanggapi pengaduan ini " sambung yoga, walaupun dalam pikirannya tahu bahwa jika semua berhubungan dengan nita, laki-laki bernama aditya yang menjadi atasannya itu  akan lebih dahulu memasang badan.     

Membuat yoga begitu berusaha menjadi orang pertama yang harus menjadi penolong untuk Nita karena dia ingin membuktikan semua ucapannya kepada wanita yang telah membuatnya jatuh cinta. Ini seperti kehilangan pikiran logis karena dibutakan oleh cinta.     

"Saya hanya kebetulan saja tengah berada di kantor pelayanan umum " jawab Aditya, "jadi saya bisa dengan cepat melaporkan ini pada dokter, lagipula kalian berdua adalah orang yang sudah saya anggap sahabat dekat. Jadi sebagai seorang sahabat adalah kewajiban saya untuk menolong kanita "     

Yoga tersenyum lebar walaupun dia tidak percaya aditya tidak memiliki perasaan pada Nita.     

"Terima kasih banyak " yoga menyalami tangan aditya menunjukan bahwa dia sangat menghargai semua pertolongan yang dia lakukan kali ini.     

***     

Setelah melakukan pekerjaannya yoga dengan segera mendatangi ruang VVIP dimana pasien yang telah melaporkan pengaduan pada pihak manajemen rumah sakit. Dia mencoba menarik nafasnya dan meyakinkan dirinya untuk bisa melakukan mediasi dengan baik bersama pihak keluarga agar Nita tidak mendapatkan hukuman dari unit kepegawaian.     

"Kedatangan saya secara pribadi adalah untuk menyampaikan permintaan maaf atas kejadian yang menimpa istri bapak " yoga sedikit membungkukkan tubuhnya sekilas setelah mengucapkan permintaan maafnya, ini pertama kalinya dia melakukan hal seperti ini pada pasiennya.     

Matanya lalu memandang ke sosok pasien yang terbaring di tempat tidur, dengan wajahnya yang mulai terlihat tidak bengkak dan pernapasannya yang mulai stabil hanya terlihat kedua matanya yang masih memerah.     

Wanita itu tersenyum lemah, "dokter sampai harus datang sendiri untuk meminta maaf itu benar-benar membuat saya terkejut! "     

Yoga tersenyum, "saya sebagai penanggung jawab akan melakukan hal seperti ini jika semua menyangkut pada keselamatan pasien, jadi saya yang akan langsung meminta maaf pada ibu dan bapak "     

"Dokter harus lebih memberikan peringatan pada seluruh staf dokter agar lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan, selain untuk reputasi baik rumah sakit juga untuk keselamatan istri saya! " Suami dari pasien tersebut berucap pada yoga.     

"Saya yang akan memastikan bahwa istri dan anak bapak akan baik-baik saja " yoga lalu mengucapkan janjinya.     

"Setelah nanti dilakukan pemeriksaan NST pada ibu, kita akan lakukan tindakan operasi. Mengingat ini adalah kehamilan kedua  dengan riwayat still birth di persalinan pertama, dan kembali Hamil setelah penantian sepuluh tahun "     

Yoga tentu saja telah membaca rekam medis dari pasien yang akan ditemuinya hari ini, dengan begitu dia dapat menentukan rencana tindakan pada pasiennya ini. Sehingga membuat satu kepercayaan bagi mereka tentang pelayanan yang akan diberikan pada mereka.     

Kedua pasangan itu terkejut mendengar perkataan yoga yang mengetahui bahwa mereka begitu kesulitan mendapatkan kehamilan ini.     

"Dokter tahu kami sudah menunggu sepuluh tahun untuk bisa di karuniai seorang anak? harapan kami datang ke rumah sakit adalah untuk mendapatkan pertolongan. Tapi terjadi hal tidak terduga seperti ini, karena saya panik dengan cepat saya mengadukannya ke pihak manajemen " kali ini suami pasien menjelaskan alasannya mengadukan pihak ponek.     

"Saya sangat mengerti " ucap yoga dengan tenang, "tentu saja saya ingat pasien saya yang selalu saya istimewakan, maka dari itu saya sengaja datang secara pribadi untuk meminta maaf sekarang ini. Saya akan menjamin keselamatan istri dan anak bapak, dan saya menganjurkan untuk dilakukan operasi karena ketuban sudah keluar lebih dari dua belas jam dan tidak ada kemajuan pada pembukaan serviks sama sekali, jika kita melakukan induksi akan terlalu beresiko "     

Wanita dihadapan yoga tersenyum lemah, "tolong lakukan yang terbaik untuk anak saya dokter, mungkin karena panik suami saya melakukan pengaduan tersebut dan saya yang akan mewakilinya untuk meminta maaf pada dokter. Dan tolonglah bayi saya... "     

"Ibu tenang saja, tanpa adanya kejadian inipun saya tetap harus menolong ibu. Itu adalah kewajiban saya " ucap yoga seraya tersenyum ke arahnya.     

"Dan tolong peringatkan petugas jaga yang memasukan obat pada saya tadi dokter " pasien mengemukakan pendapatnya, "dia sudah diperingatkan oleh rekannya tapi dia tidak menggubrisnya, beruntung kepala ruangan mereka dengan sigap melakukan pertolongan pertama pada saya membuat alergi yang saya alami tidak semakin parah "     

"Dokter maafkan saya karena tindakan yang saya lakukan ini semata-mata karena kepanikan saya akan keselamatan istri dan anak saya "      

Yoga tersenyum tipis, "itu semua hak utama pasien untuk mendapatkan pelayanan terbaik dari rumah sakit kami, saya yang seharusnya meminta maaf atas kejadian yang tidak dapat terprediksi ini. Saya akan melakukan yang terbaik untuk keluarga bapak "     

"Terima kasih dokter " laki-laki itu meraih tangan yoga untuk dijabatnya, "saya akan melakukan seperti yang dokter lakukan, saya akan pergi menemui secara pribadi kepala ruangan yang telah melakukan pertolongan pertama pada istri saya dan meminta maaf padanya karena telah menyusahkannya dengan pengaduan saya "     

"Tidak apa-apa, pak. Permasalahan ini telah kita sepakati dan selesai dengan baik, saya akan memberitahukannya pada istri saya nanti "     

Mereka saling memandang ketika yoga menyebutkan kata istri yang sepertinya tidak disadarinya ketika yoga mengucapkannya.     

"Jadi ibu kepala ruangan itu istri dokter? " Akhirnya pertanyaan tersebut muncul dari mulut pasiennya sendiri, lalu senyuman muncul diwajahnya "pantas saja mirip sekali dengan dokter, sama-sama orang baik dan perhatian pada para stafnya "     

Ini bukan hanya sebuah pujian, karena dia dapat merasakan kebaikan yang nita berikan tadi ketika menolongnya.      

Yoga tertegun tidak dapat berkata apapun lagi, semua yang telah dia ucapkan secara spontan tadi tidak dapat dia tarik kembali sekarang ini. Dia harus menerimanya dengan sedikit rasa malu yang menembus kewibawaannya dihadapan pasiennya.     

"Ternyata kita sama-sama panik dengan istri kita dokter! " Ucap laki-laki yang menjadi suami dari pasiennya, "saya mohon sampaikan permintaan maaf kami pada bidan kanita, dan terima kasih telah memberikan pelayanan terbaik pada keluarga saya "     

"Baik, akan saya sampaikan " yoga berusaha menutupi rasa malunya, dia harus segera mengakhiri pembicaraan ini dengan menjabat tangan kedua orang yang berada di hadapannya.     

"Ibu berdoa, semoga tuhan melancarkan operasi yang akan kita lakukan hari ini " ucapan terakhir yoga pada pasiennya itu membuat wanita itu begitu percaya akan kehadiran yoga yang membantu persalinannya untuk menyelamatkan bayi yang telah dia tunggu selama sepuluh tahun lamanya..     

"Kenapa aku bisa sepolos itu! " Cetus yoga dalam hatinya ketika dia keluar dari ruangan vvip, dahinya terlihat berkerut dan dia mengusapnya untuk menghilangkan rasa malunya.     

"Aku sepertinya hari ini ingin menunjukan pada semua orang bahwa kanita adalah istriku! " Lagi-lagi hatinya berucap seraya menggelengkan kepalanya dan senyuman kecilnya muncul.      

"Aku seperti anak muda saja! " Cetusnya menertawakan dirinya sendiri karena tindakannya.     

Dia segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.     

"Dion " panggilnya, "persiapkan operasi cito sekarang untuk pasien ibu Ranti di ruang VVIP, saya yang akan lakukan operasinya "     

"Baik, dokter "     

"Dan, tolong sebelum saya masuk ruang operasi kamu hubungi filla untuk menemuiku di ruang operasi. Lima menit lagi saya sampai di ibs "     

"Baik dokter saya akan hubungi filla sekarang juga "     

"Dan jangan sampai ibu tahu! " Yoga memperingati dion untuk menghubungi filla secara personal.     

"Baik dokter, saya akan menghubungi filla secara pribadi tanpa sepengetahuan ibu kanita untuk menemui dokter di ruang ibs sekarang juga " dion mengulangi instruksi yoga dari awal dengan lengkap dan sesuai dengan apa yang diinginkan atasannya itu.     

Yoga kembali menyadari perkataannya yang begitu berlebihan hari ini, bahkan Dion pun sepertinya mungkin menertawakannya dari balik telponnya.     

"Ada apa denganku hari ini! " Cetus yoga merasakan satu keanehan pada dirinya hari ini, setelah tadi dia begitu menggebu-gebu untuk membantu istrinya keluar dari masalah telah merubah sifat tertutup yang selalu di pertahankannya. Jika dulu dia mencoba menyembunyikan status istrinya itu kali ini dia sendiri yang mengumbar pada semua orang, ini seperti mengingatkannya bahwa semua laki-laki yang berpikiran logis pun akan menjadi kehilangan sifat logisnya ketika telah menyayangi satu wanita begitu dalam.     

Dia melangkahkan kakinya dengan segera menuju ke ruang ibs sesuai dengan rencananya menuntaskan permasalahan hari ini.     

Tampak filla yang telah berada di dalam ruangan yang sebutkannya pada dion, wanita cantik itu menyadari kehadiran yoga dan melemparkan senyuman manis padanya. Senyuman yang begitu sama dengan yang dimilki oleh Nita...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.