cinta dalam jas putih

Perasaan Dan Masa Lalu



Perasaan Dan Masa Lalu

0Yoga mendapati sosok nita yang muncul dari balik pintu kamarnya. Berjalan menuju ke arahnya dengan senyuman manis di wajahnya.     

"Axel sudah tidur? " Tanya yoga.     

"Sudah, sepertinya dia kelelahan aku ajak jalan-jalan tadi " nita masih tersenyum menghampiri yoga yang terduduk di atas tidur dengan kesibukannya bersama laptop yang berada di hadapannya.     

"Aku sudah transfer uang untukmu " ucap yoga tanpa melihat ke arah Nita, sepertinya layar laptopnya adalah hal yang utama saat ini. Dan lagi yoga begitu sengaja menahan dirinya untuk tidak menoleh ke arah istrinya itu.     

Dahi nita berkerut, "uang untuk siapa? "     

Yoga menghentikan sesaat kefokusannya, kali ini lagi-lagi harus menerima kekalahan, dia menoleh ke arah Nita dan mencubit kecil pipi istrinya itu dengan tawa kecilnya. Niat hatinya ingin terlihat keren dihadapan istrinya itu buyar seketika.     

"Untuk siapa lagi kalau bukan untuk istriku! " Cetusnya, "kalau kamu pergi dengan teman-temanmu membawa Axel, aku tahu pasti putraku itu selalu minta di belikan banyak barang. Jadi kamu harus memiliki uang lebih. Memang sering berkumpul dengan staf itu akan semakin mempermudah ikatan emosional antar pekerja, jadi kalian merasa saling memiliki satu sama lain.."     

Dia mengakui kepintaran istrinya itu untuk membuat kekompakan yang tidak terlihat dipaksakan tapi muncul dari dalam mereka sendiri.     

"Jadi uang ganti rugi nih ceritanya.. " ucap Nita dengan candaan.     

Dia tersenyum tipis dan memberi pelukan dari arah belakang yoga, "terima kasih uang jajannya suamiku yang paling baik dan paling mengerti, axel bilang buku itu sebagian akan diberikan ke perpustakaan untuk anak-anak yang tidak bisa membeli buku. Jadi aku belikan saja... "     

"Tadi itu memang aku yang bayar semua makan staf ponek, dan oppa dokter tahu Erin makan dengan porsi tiga kali lebih banyak, tapi tidak terlalu menguras keuangan! "     

Kedua bola mata Nita bergulir ke kiri dan ke kanan ketika berbicara, membuatnya semakin terlihat menggemaskan di mata yoga.     

"Memang harus kamu yang membayarnya, masa mereka yang membayar, nanti apa kata orang kepala ruangan yang juga istri dokter yoga dibicarakan orang karena tidak mau berbagi rejeki dengan stafnya sendiri! "     

"Iya, dokter yoga yang baik hati " puji Nita.     

Yoga tertawa, dia menertawakan istrinya karena gemas melihat ekspresi nita yang membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Nita. Dia selalu terlihat cantik ketika bercerita tentang aktifitas yang dilakukannya tadi.     

"Ahh iya, tadi aku lihat Dion sedang bersama filla! " Cetus Nita sedikit kesal, "dan ternyata Erin juga melihatnya, membuatnya sakit hati dan mengalihkan kekesalannya pada makanan, dia makan tiga kali lipat dari porsi biasanya "     

Yoga tersenyum kecil menggelengkan kepalanya, dia masih memandangi istrinya yang berubah berwajah kesal. Sepertinya kali ini dia memang akan tetap kalah, akhirnya yoga memutuskan untuk meninggalkan laptopnya dan fokus pada Nita.     

"Apa sudah selesai? " Nita bertanya ketika melihat suaminya itu menutup laptopnya.     

"Aku ganggu ya? " Nita menjadi tidak enak hati.     

"Tidak " jawab yoga, dia lebih mendekat duduk disamping nita.      

"Aku selalu suka mendengarkan semua cerita-ceritamu yang menarik, pekerjaan itu aku bisa kerjakan besok "      

"Lagipula aku tidak mau disebut suami yang tidak mau mendengarkan cerita istri yang walaupun selalu menghabiskan waktu yang panjang, tapi membuatku selalu ingin mendengarkannya "     

Nita tersenyum lebar, dia memaksa satu tangan yoga untuk melingkar di pundaknya, agar dia bisa menyandarkan kepalanya di dada milik yoga.     

"Hey, kalau begini aku tidak bisa melihat ekspresi istriku yang cantik ketika bicara! " Cetus yoga, tapi dia membiarkan Nita menyandarkan kepalanya di dadanya.     

Nita beranjak membulatkan kedua pupil matanya, dan diperlihatkan ke arah yoga.     

"Nah, kan seperti itu juga cantik! " Yoga semakin memuji nita membuat wajahnya memerah seketika.     

"Dion itu kan dulu pernah menaruh perhatian pada filla, jadi wajar saja dia mengajaknya pergi sama-sama! " Yoga mencubit gemas pipi Nita yang lembut.     

"Orang yang berjalan berdua itu bukan berarti pacaran Bu bidan.. " yoga kembali melanjutkan ucapannya.     

Nita tertawa kecil sambil memahami kebenaran ucapan yoga itu, dia dan rekan-rekannya tadi terlalu cepat mengambil kesimpulan hanya dengan melihatnya saja.     

"Bukankah filla itu staf baru yang masuk ponek? "      

Nita menjawabnya dengan anggukan kepalanya.     

"Kamu harus sedikit memperhatikannya, jangan sampai karena satu orang baru rekan-rekanmu terpecah " ucap yoga, dia bukan semata-mata menuduh. Tetapi menurut pengalaman yang di dapatnya sejumlah wanita terkadang sering menjadikan alasan percintaan dan mengorbankan persahabatan, seketika bermusuhan.     

Nita berpikir untuk beberapa detik, "aku juga merasa filla seperti itu, kenapa kita bisa satu pemikiran seperti ini ya?? "     

Yoga tertawa kecil, "kamu yang ikut-ikutan, tadikan aku duluan yang mengatakannya! "     

"Kan masih dalam pikiran, oppa! " Nita mencubit kecil pinggang yoga karena malu, membuatnya kegelian.     

"Tadi juga kenapa tiba-tiba oppa dokter yang jemput? Aku kan berangkat sama pak itor! "     

"Kenapa ayo jawab! "      

"Iya aku jawab karena aku ketakutan " jawabnya berterus terang, "tiba-tiba dipikiranku terlintas ada seorang laki-laki gagah menghampiri kalian, mentraktir kalian makan dan mengantarkan pulang. Aku tahu pasti yang jadi incaran laki-laki itu pasti kamu! "     

Tawa nita perlahan-lahan muncul, mendengarkan ketakutan dari suaminya itu. Dia sampai harus memegangi perutnya karena tidak dapat menghentikan tawanya.     

"Aku kan bawa axel oppa dokter! " Nita bicara dalam tawanya, dia menghapus air matanya yang muncul karena tawanya. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke arah yoga dan memegang pipi yoga.     

"Tidak semua wanita yang berada di luar pengawasan suaminya itu mengambil kesempatan untuk melakukan hal yang aneh, karena itu aku sengaja membawa axel. Sebenarnya aku lebih suka berdiam diri di rumah bersama Axel sepulang kerja, tapi karena mereka mengajakku aku tidak tega menolaknya.. "     

Nita telah terduduk di atas pangkuan yoga, melingkarkan kedua tangannya di pundak suaminya itu.     

Yoga tersenyum dalam gelengan kepalanya, istrinya itu sudah menguncinya dengan posisi nakalnya.     

"Apa kamu tidak mau mengetahui kenapa aku begitu ketakutan membiarkanmu sendirian? " Tanya yoga, "semua itu karena trauma pernikahanku yang terdahulu.. "     

Dia lalu tersenyum tipis, "ternyata aku laki-laki lemah yang tidak bisa menghilangkan trauma itu! "     

Nita tersenyum, "itu bukan lemah, tapi lebih ke berhati-hati! "     

Wanita cantik dihadapannya itu mulai memainkan bola matanya yang indah ketika dia menanggapi ucapan yoga.     

"Kamu mau aku menceritakan tentang Elsa? "      

Nita sedikit berpikir, "tidak perlu, setiap manusia itu punya kelemahannya masing-masing. Jangan kita jadikan sebagai topik pembicaraan membicarakan keburukan orang lain yang hanya akan menyita waktu dan menambah dosa kita, karena sekarang ini aku yang menjadi istrimu aku hanya akan turuti apa saja yang suamiku ini ucapkan supaya dia tidak merasa ketakutan lagi "     

"Benarkah? " Yoga tersenyum lebar seraya merapikan rambut Nita yang berjajar rapi di keningnya.     

Nita menjawabnya dengan anggukan kepala dan senyuman yang tulus.     

"Apa aku boleh minta satu permintaan padamu? " Ucap yoga seraya memandangi mata nita.     

"Permintaan apa? "      

"Aku ingin selalu menjadi pelindungmu dan jadi orang yang pertama ketika kamu membutuhkan pertolongan, jadi aku hanya ingin kamu yang manja dan tidak mandiri dihadapanku walaupun itu hanya berpura-pura saja ketika kita berdua. Hanya pergi ketika aku mengijinkanmu dan selalu berada di dekatku "     

Nita terdiam sejenak memahami setiap ucapan dari yoga padanya, kata-katanya yang sekilas itu terdengar egois. Tetapi dia mencoba memahaminya, karena pada dasarnya laki-laki itu selalu membutuhkan pengakuan bahwa mereka berkuasa.     

"Sepertinya permintaan aku terlalu terdengar egois ya? " Yoga menyadari seperkian menit setelah dia mengucapkannya.     

"Tidak " suara lembut Nita muncul, dia yang masih terduduk di pangkuan yoga pun kemudian memeluknya.     

"Aku akan lakukan itu, bahkan ketika oppa dokter mengatakan aku harus berhenti bekerja aku akan lakukan! "     

Nita semakin mempererat pelukannya, "aku akan menghormati semua keputusan suamiku.. "     

Yoga dibuat Nita tertegun dengan ucapan-ucapan Nita, semua begitu berbanding terbalik dengan masa lalunya. Wanita dalam pelukannya saat ini bukan wanita biasa, dia yang pintar dan memiliki peluang besar berkembang walau tanpa ada dirinya disampingnya, mau menerima semua yang telah di ucapkannya tadi.     

"Kamu tidak perlu berhenti bekerja " ucap yoga mengusap lembut punggung Nita, "nenek menyekolahkanmu dengan susah payah agar dia bisa melihatmu sukses seperti sekarang ini, kamu harus mewujudkan semua cita-citanya "     

Nita tersenyum tipis, dia sedikit lega ketika yoga masih mengijinkannya untuk bekerja.     

"Iya benar, terima kasih! " Nita lalu memberikan satu kecupan di pipi kiri yoga.     

"Aku yang seharusnya berterima kasih " ucap yoga, "kamu selalu membuat apa yang aku takutkan menjadi begitu mudah untuk di jalani "     

Nita tersenyum, "mungkin dengan kita memberikan kemudahan pada orang lain, kita akan mendapatkan hal yang serupa pada hidup kita. Oppa dokter harus menghapus ketidaksukaan pada dokter Elsa di masa lalu, dan percaya tidak semua wanita seperti itu! "     

"Tapi tetap kamu tidak boleh pergi sendirian tanpa aku! " Cetus yoga.     

Nita tertawa kecil, "iya,,, iya,,, aku ikut saja "     

"Sekarang katakan permintaanmu "     

"Aku? " Nita menunjuk wajahnya sendiri, dia lalu sedikit memikirkan permintaan yang akan diucapkannya itu. Nita mencari permintaan yang sangat ingin dia lakukan sedari dulu.     

"Apa oppa dokter bisa mengajakku berkencan setiap malam Minggu? " Dia sedikit ragu mengucapkannya pada yoga, "aku sampai sekarang ini tidak pernah tahu rasanya pergi berdua dengan laki-laki di malam Minggu seperti anak muda lain, pertama karena jadwal kuliah dulu padat yang kedua setelah bekerja aku selalu jadi tumbal para seniorku dan menggantikan mereka berjaga di malam Minggu! "     

"Bahkan ketika aku sudah punya tunangan dulu, kami tidak pernah jalan di malam Minggu karena nenek tidak pernah mengijinkan aku dan dia satu-satunya yang tidak setuju aku bertunangan. Itu kenapa dia menikah dengan orang lain! "     

Yoga terlihat menahan tawanya, wajahnya mulai memerah.     

Nita melirik ke arah yoga, "tertawa saja, aku tidak apa-apa kok! "     

Dan akhirnya Nita yang mengeluarkan tawanya, menertawakan dirinya sendiri. Diapun tidak mengerti dengan kehidupannya, entah itu karena dia terlalu polos atau memang dia wanita yang gila kerja sehingga dia tidak bisa menikmati masa mudanya.     

"Tunangan kamu saja yang kurang beruntung karena meninggalkanmu! " Yoga menanggapi ucapan Nita, "akhirnya aku juga yang dapat hadiah besar dan kejutan yang bertubi-tubi darimu! dia tidak tahu saja kamu wanita terindah yang di ciptakan tuhan dengan kepolosanmu itu.. "     

"Mulai deh ngerayu! " Cetus Nita pelan disela-sela ucapan yoga padanya.     

"Aku minta maaf jika selama ini selalu sibuk tidak memperhatikan hal kecil seperti ini! " Yoga memberikan ciuman di kedua pipi Nita secara terus menerus, "mulai sekarang kita harus menjadwalkan setiap malam Minggu kita untuk berkencan "     

"Hentikan " Nita berusaha menghindar dari yoga yang terus menerus menciumi pipinya.     

"Tapi yang namanya berkencan itu hanya berdua saja! " Cetus yoga, "tanpa Axel, dan tidak ada alasan dia harus ikut lalu mengacaukan kencan kita nanti "     

"Kita kan bukan kencan anak ABG oppa! " Nita membulatkan matanya ke arah yoga, "dan Sabtu besok kita kencannya di rumah saja, tapi harus oppa dokter yang memasak untuk aku dan Axel, bagaimana? "     

"Itu mudah " jawab yoga, dia membawa Nita yang pada awalnya berada di pangkuannya berbaring di atas tempat tidur. Dan kali ini dia yang menguncinya dengan posisi misionaris.     

"Oppa dokter " panggil nita, "Kitakan sedang membicarakan Dion dan filla! Kenapa akhirnya jadi membicarakan tentang kencan? "     

Yoga tertawa kecil, "karena aku tidak mau kamu membicarakan tentang laki-laki lain, itu akan membuatku cemburu! "     

"Jangan aneh-aneh " ucap Nita sedikit merengek, dia tidak mau hal kecil seperti ini akan membuat sedikit keributan malam ini.     

"Bercanda! " Cetus yoga, "aku percayakan semuanya padamu, jadi jangan membuat aku kecewa.. "     

"Siap, bos! " Cetus Nita, kedua tangannya berpindah berada di depan dada yoga.     

"Oppa dokter berat sekali! " Celetukan nita itu membuat tawa yoga seketika muncul, terlebih ketika wanita itu menjulurkan lidahnya.     

"Pasti di ruang IBS asal makan setelah selesai operasi, sampai bisa berat seperti ini, aku jadi sulit bernafas! "     

Lagi-lagi yoga mengeluarkan tawanya, Nita benar-benar sudah mengganggu konsentrasinya yang ingin sekali mencumbunya malam ini. Suasana romantis mereka seketika berubah menjadi penuh tawa karena Nita yang mengomentari berat badannya. Wanita dalam dekapannya itu memang tidak pernah bisa diberikan tindakan yang romantis, pastilah semua komentar-komentar lucunya akan menghilangkan semua kesan keromantisannya menjadi satu hal lucu.     

***     

Jauh dari suasana kegagalan romantis yang sengaja dibuat oleh yoga, Dion masih dalam suasana malam yang ramai berdua dengan filla.     

Berada dalam satu sepeda motor, filla yang berada di belakangnya melingkarkan kedua tangan di pinggangnya.     

"Maaf kak jadi kemalaman pulangnya! " Ucap filla dengan sedikit teriakan karena hingar bingar jalanan membuat suaranya terdengar tidak jelas.      

"Tidak apa-apa, kita tidak setiap hari bisa pergi seperti ini "      

Senyuman terlihat di wajah filla, dia lalu menyandarkan kepalanya di punggung milik Dion. Membuat laki-laki itu merasakan ketidaknyamanan dengan tindakan filla yang begitu berani.     

"Nanti di depan belok kiri " ucap filla masih dengan pelukannya, "rumah pertama dengan cat berwarna biru itu rumahku "     

"Ya " dion hanya menjawab satu kata, dengan bergegas dia menambah kecepatan pada kendaraannya agar supaya segera sampai di rumah filla, dia merasa tidak enak jika wanita harus pulang larut malam karena bermain.     

"Kak dion mampir dulu " ajaknya.     

"Ini sudah malam, tidak enak di lihat orang " Dion menjawab dengan nada halus agar filla tidak tersinggung.     

"Aku pamit dulu " sambung Dion.     

Filla dengan segera menarik satu tangan Dion, "tunggu sebentar, kak. Ada yang ingin aku katakan "     

Dion akhirnya tetap berdiri di tempatnya semula, "ada apa? "     

"Apa aku boleh mengatakannya? "     

Dion mengernyit, "tentang apa? "     

"Bahwa aku dulu itu menyimpan perasaan juga pada kakak, tapi dokter yoga sewaktu mengajar dulu seperti menghalangiku.. "     

Filla memegang kedua tangan Dion saat ini, dan memasang wajah yang penuh dengan penyesalan dari dalam hatinya.     

"Aku merasa bersalah ketika tidak bisa mengakuinya! " Lalu satu tetes air mata muncul dari kedua sisi matanya.     

Dion terdiam melihat satu bulir airmata filla yang menetes, dia benar-benar tidak mengerti harus melakukan tindakan apa.     

"Aku merasa bersalah pada kak Dion "     

"Filla " dion berucap, "kamu tidak perlu merasa dengan kejadian itu, aku tidak pernah mempermasalahkannya. Kamu tidak perlu merasa bersalah, itu hanya masa lalu dan aku sudah melupakannya "     

"Tapi aku tidak " dia menyela pembicaraan Dion, "aku sangat menyesal karena tidak memberanikan diri waktu itu, aku terlalu takut pada dokter yoga! "     

Dion tersenyum tipis, "kamu harus berpikiran maju kedepan, jangan berdiam diri hanya karena merasa bersalah pada masa lalu "     

"Apa ini artinya kak Dion sudah menemukan orang baru, dan telah melupakanku? "     

"Aku minta maaf " jawabnya, "aku berharap kamu bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik daripada aku "     

Dion memegang kedua tangan filla sekejap waktu dan melemparkan senyuman manisnya.     

"Aku pamit sekarang "      

Setelah dia berpamitan pada filla yang masih dengan kekecewaannya, dion melangkahkan kakinya menuju sepeda motor miliknya dan segera menjauh dari sosok filla.     

Dengan kedua mata yang penuh ketidakpercayaan akan penolakan Dion padanya, dia dengan cepat mengusap air mata di pipinya. Wajah sedihnya hilang seketika berubah menjadi penuh keangkuhan.     

"Memang aku lebih baik cari yang lain " ucapnya dalam hati, "yang mempunyai kedudukan dan kehebatan yang lebih tinggi darinya "     

Dion menepikan sepeda motor yang dikendarainya, dia tiba-tiba teringat seseorang dan meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang.     

"Ayolah, Erin angkat telponku! " Ucapnya setelah beberapa kali mencoba menghubungi Erin yang selalu berada dalam pikirannya sedari tadi.     

Dia merasa sekarang ini satu-satunya wanita yang harus dia beri penjelasan adalah Erin, Dion telah merasa bersalah karena telah berbohong padanya.      

Dan jiwa besar Erin yang tidak mempermasalahkan kebohongannya itu yang membuatnya semakin tidak dapat berhenti memikirkannya, terlebih sepertinya sekarang ini Dion merasa Erin mencoba menghindarinya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.