cinta dalam jas putih

Kriteria seorang wanita



Kriteria seorang wanita

0"katanya kalian berjanji tidak akan menertawakanku? " Aditya begitu malu dihadapan nita dengan wajahnya yang terlihat memerah.     

"Pak, sumpah saya benar-benar terkejut! " Nita tidak bisa menghentikan tawanya.     

"Dunia itu memang hanya seluas rumah sakit saja ternyata.. " yoga mengomentari.     

"Jodohnya tidak jauh-jauh, disitu disitu juga " lalu dia kembali melanjutkan ucapannya itu.     

"Pak Adit, saya beritahu " Nita kali ini yang memberikan komentarnya.     

"Aline itu wanita yang cantik, pintar, dan aktif juga setelah dia satu tim dengan Erin dia menjadi wanita yang enerjik dan ceria.. " Nita mencoba memberikan nilai plus pada rekan kerjanya itu.     

"Coba saja dulu pak, jangan terburu-buru untuk menolaknya! "     

Yoga menganggukan kepalanya menyetujui apa yang telah disebutkan oleh istrinya itu adalah benar semuanya, lagipula diapun melihat aline saat ini sama seperti yang nita ucapkan.     

"Kalau kata orang Sunda itu pipilih meunang NU leuwih.. " Nita mengeluarkan bahasa yang sama sekali tidak dimengerti oleh yoga maupun aditya.     

"Apa itu artinya? " Aditya kebingungan dengan kata-kata yang nita ucapkan tadi.     

"Jadi.. kita itu jangan terlalu memilih semua yang akan menjadi jodoh kita nanti harus sesuai dengan kriteria ketika kita akan memilih memang banyak calonnya semua kita tolak, eh pas waktunya mau serius malah yang dinikahi tidak ada satupun yang sesuai dengan kriteria kita "     

"Panjang penjelsannya daripada istilahnya ya sayang.. " yoga menanggapi penjelasan Nita yang begitu lucu.     

"Aku lucu kan say.. " Nita menjulurkan lidahnya ke arah yoga, mereka malah memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan Aditya.     

Membuat jiwa kejombloannya meronta dan berteriak keras pada mereka berdua.     

"Kalian jahatttt!!! "      

Aditya ingin meneruskan itu tapi apa daya suara tidak sampai, dia hanya bisa menulan ludahnya bulat-bulat memperhatikan keromantisan mereka berdua.     

"Ini bukan masalah kriteria " ucap aditya, "tapi tentang kesiapan untuk menikah yang belum ada.. "     

"Mana kita tahu kita siap atau tidak menghadapi kehidupan rumah tangga selanjutnya, kalau kita tidak pernah mau mencoba dan mengambil keputusan besar dalam hidup.. " yoga kali ini bersuara sebagai seorang laki-laki.     

"Jika kamu sukses dalam pekerjaan, kamu akan lebih dikatakan sukses ketika dapat membina rumah tangga dengan baik. Membuat istri dan anak-anakmu menjadi pribadi baik. Itulah kesuksesan laki-laki sebenarnya. "     

Aditya terdiam mendengar semua ucapan yoga tentang kehidupan rumah tangga, terdengar begitu mudah tapi akan begitu sulit ketika menjalaninya nanti.     

Itu dia dengar dari semua sahabat-sahabatnya yang memutuskan untuk menikah sebelum mengejar karir yang mereka inginkan. Bukannya semakin sukses hidup mereka Mallah semakin hancur dengan adanya perselingkuhan dan ketidak harmonisan setelah beberapa tahun menikah.     

"Jangan takut mengalami kegagalan selama kita mau berusaha " yoga memberikan nasehat sebagai seorang kakak kepada aditya.     

"Aline mungkin memang bukan kriteria yang kamu pilih saat ini.. " yoga mengucapkan sesuatu dari inti yang akan dia bicarakan pada Aditya, "bicarakan dengan kedua orang tua kalian, alangkah lebih baiknya jika kalian saling mengenal terlebih dahulu. Soal cinta dan menikah itu urusan belakangan yang paling penting adalah kalian menjajaki perkenalan yang baik terlebih dahulu.. "     

Nita terkagum dengan ucapan suaminya itu sedari dia terus saja memandanginya ketika berbicara dengan aditya, dia sangat beruntung sekali mendapatkan laki-laki ini walaupun dengan perjalanan yang tidak mudah.     

Dia sendiri telah membuktikan bahwa dia adalah laki-laki yang sukses, dia dapat memberikan kebahagiaan pada keluarganya dan menjadi contoh yang baik untuk mereka tiru. Tapi tidak dapat ditiru pada kegagalan yang pertamanya, yang harus ditiru adalah semangatnya untuk bangkit dari keterpurukan.     

"Apakah menurutmu Aline mau melakukannya? Apa dia tidak akan sakit hati dengan semua yang aku katakan nantinya.."      

Ternyata di satu rasa keengganannya dia masih menyimpan rasa kemanusiaan, yaitu dengan memikirkan perasaaan Aline ketika nanti dia mengatakan hal yang yoga sarankan tadi pada keluarga besarnya.     

"Aline bukan wanita pendendam, kan tadi sudah saya katakan. Dia wanita baik yang dibesarkan oleh keluarga yang baik, dia akan sangat mengerti tentang ini. Pak Adit tenang saja.. "     

"Saya harap kalian akan cocok dan memang berjodoh! " Nita menyelipkan satu doanya pada Aditya dan sahabatnya Aline.     

"Iya coba saja terlebih dulu " yoga memberikan semangat penuh pada laki-laki yang sempat menyukai istrinya itu. "Saya yakin kamu mampu, rumah sakit saja dengan anggota yang beratus-ratus dapat kamu kelola dengan baik, kenapa dengan rumah tangga yang hanya berisi istri dan anak tidak bisa! "     

"Pasti kamu bisa.. " lagi-lagi yoga yakin dengan apa yang akan dihadapi oleh yoga.     

"Terima kasih dokter, Kanita.. " ucap aditya.     

"Kalian memang terbaik, setelah aku kehilangan temanku dokter Edwin yang menyudahi kontraknya. Aku memiliki kalian sebagai sahabat.. "     

"Semangat pak! " Nita memberikan semangat dengan wajah imutnya yang membuat yoga tertawa kecil memperhatikan tingkah laku istrinya itu.     

Aditya akan memikirkan apa yang sudah mereka nasehatkan untuknya, walaupun jika dia ditanya tentang kriteria. Seperti kanita lah yang dia inginkan.     

Tapi sepertinya keberuntungan memang belum berpihak padanya jika itu tentang kehidupan cintanya yang bertepuk sebelah tangan .     

***     

Nita terdiam memandangi yoga yang begitu serius mengemudikan mobilnya. Hari ini entah kenapa apa yang dia lakukan itu terlihat keren dimatanya.     

"Mungkin ini karma buatku.. " ucap Nita dalam hatinya. Dia mengingat ucapannya pada yoga beberapa hari ke belakang ketika mereka masih berlibur. Di mengatakan memiliki rasa suka yang sedikit dan sedikit cinta juga.     

Akhirnya kali ini dia yang terkesan tergila-gila pada lelaki disampingny itu.     

"Awas ya lihat saja nanti sesampainya di rumah! " Ucap yoga dalam hatinya diapun menyadari perhatian istrinya itu padanya yang sedari tadi terus saja memandanginya tanpa berkedip dan menutup mulutnya untungnya tidak keluar tetesan ludahnya karena kekaguman Nita padanya, pikir yoga penuh rasa percaya diri.     

"Eh, mau kemana? " Nita bertanya-tanya pada yoga sesampainya di rumah yoga langsung menarik tangannya dan tidak membiarkannya terlepas.      

Yoga melangkahkan kakinya dengan pasti menuju ke arah kamar tidurnya, dan segera mengunci pintunya sesampainya di dalam kamar.      

Tanpa berbasa-basi dia langsung melumat bibir istrinya yang tipis dan merah itu dengan penuh kegairahan yang ditahannya ketika mereka masih berada diperjalanan tadi.     

Diciuminya bibir Nita dengan penuh ego yang ingin menguasai seluruh bibir milik nita. Dia bahkan tidak memberikan celah dan ciuman itu seperti serangan yang bertubi-tubi yang membuat istrinya itu sedikit kesulitan untuk mengambil nafas.     

Yoga dan Nita saling bertatapan kini, senyuman mereka muncul diantara nafas mereka yang terengah-engah.      

Jari jemari yoga dengan lihai membuka seluruh kancing di pakaian seragam putih milik nita begitu juga dengan tangan Nita yang berusaha untuk membantunya membukakan kemeja yang yoga pakai. Mereka saling bekerja sama melakukannya hingga akhirnya mereka berada di atas tempat tidur yang sama dengan saling menatap.     

Posisi mereka telah siap dan yoga mulai mencium leher Nita yang putih yang semakin lama semakin menurun tepat di atas dadanya.     

"Sudah kunci pintunya? " Tanya Nita memastikan yoga tidak melupakan untuk mengunci pintunya.     

"Iya aku tahu, aku juga takut Axel masuk nanti jadi aku kunci pintunya! "     

Nita tersenyum mendengar ucapan yoga tentang ketakutannya. Dia lalu membiarkan yoga kembali melakukan apa yang diinginkan oleh laki-laki itu kepadanya.     

Jauh dari jangkauan yoga dan Nita yang tengah merajut kisah cinta mereka di ruang tidur...     

Tampaak dokter Edwin yang begitu fokus pada kemudinya memperhatikan jalanan panjang di hadapannya dia memberanikan diri untuk keluar dari semua hal yang begitu membuatnya tidak dapat bertahan.     

Ya, bertahan untuk terus memperhatikan nita tanpa bisa memilikinya.     

Hidupku tanpa cintamu..     

Bagai malam tanpa bintang...     

Bagai panas tanpa hujan..     

Jiwaku berbisik lirih.. kuharus milikimu...     

Lagu ini pun mengalun keras di mobil yang dikendarainya mengiringi semua kisah yang dia tinggalkan hari ini sebagai kenangan terindahnya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.