cinta dalam jas putih

Sesuatu yang kembali mengejutkan



Sesuatu yang kembali mengejutkan

0Nita berjalan perlahan menuju ruangan perawatan tari yang terlihat telah sadar dan sesak yang begitu berat sebelum dia melahirkan sepertinya berangsur membaik.     

"Ibu baik-baik saja? " Tanya tari masih dengan suaranya yang begitu lemah.      

Nita tersenyum, "tidak apa-apa, lihat aku memotret putramu tadi di ruang perinatologi dia tampan sekali.. "     

Nita lalu memperlihatkan ponselnya yang berisi foto putra kecilnya yang terlihat candid ketika sedang menguap, bibir kecilnya membuat Nita gemas dan ingin sekali menciuminya. Dia sangat menyukai anak-anak karena selalu membawa kebahagiaan tersendiri padanya. Mereka dengan tingkah polos dan jujur selalu memberikan semangat pada setiap kali dia merasa lelah.     

"Dan sekarang aku merindukan Axel! " Cetus Nita dalam hatinya, dia ingin sekali mendengar ucapan-ucapan lucu Axel yang selalu membuatnya tertawa.     

"Dokter Edwin selalu mengganggu ibu karena dia menyukai ibu.. "     

Nita tertawa dengan wajah yang begitu terkejut, lalu dia berpura-pura tidak mengerti ucapan tari itu.     

"Aku memang dalam pengaruh anestesi, tapi telingaku masih bisa mendengarnya.. " tangannya menyentuh tangan Nita, dan memandanginya walau masih terlihat sesekali memejamkan matanya karena obat anestesi yang di dapatnya tadi.     

"Dokter mei melahirkan seorang putri " ucapnya     

"Benarkah? "      

Nita sama sekali tidak mengetahui hal tersebut, setelah dulu dia berkonsultasi sebelum melakukan test Anti HIV di laboratorium dia tidak melihatnya lagi karena harus menjalani kuretase dan menjalani cuti.     

"Bayi mereka harus dibawa ke rumah sakit pusat, jadi aku mengatakan pada dokter dhanu untuk menemaninya.. "     

Nita tersenyum dengan kebaikan tari pada dokter mei, pikirannya tentang dokter dhanu rupanya salah kali ini. Dia hanya harus membenarkan prasangka buruknya itu.     

"Terima kasih karena sudah menjadi kakakku hari ini.. " ucapnya lagi, "aku tidak akan melupakan kebaikan ibu dalam hidupku, aku tidak akan pernah takut jika ada sosok ibu disampingku.. "     

"Istirahatlah.. " Nita tersenyum lembut ke arahnya dan mengusap rambut tari.      

"Erin dan aline akan menggantikan ku untuk menemanimu.. "      

"Iya "      

Tari lalu memejamkan matanya untuk beristirahat, dia akan membiarkan nita untuk melakukan aktivitasnya melayani pasien yang memerlukan keajaiban tangannya.     

"Jadi tari itu menikah dengan dokter disini juga.. " filla menganggukan kepalanya mendengar cerita Erin tentang wanita yang baru saja mendapatkan perhatian kepala ruangannya.      

Ada yang dia ambil dari kejadian yang di lalui hari ini, kerja sama yang kompak dan kekeluargaan yang begitu terasa dia dapatkan. Bahkan ketika tadi dia melakukan kesalahan nita tidak menegurnya dengan suara keras seperti yang selama ini selalu dia dapatkan, baik di tempat kerja maupun di kehidupan rumah tangga nya.     

"Coba ceritakan tentang suamimu " sifat kepo Erin muncul dengan secara sengaja.     

"Mantan suami " filla membenarkan ucapannya.     

"Iya mantan suami.. "      

"Dia seorang pengusaha " filla sedikit menceritakan kehidupan pribadinya, "pada awalnya kehidupan rumah tangga kami baik-baik saja sampai muncul orang ketiga yang tidak lain adalah sahabat dekatku sendiri.. "     

"Tragis sekali ceritamu " Erin mulai memasang wajah ibanya.     

Sedang Aline hanya terdiam saja, dia akan mendengarkan saja semua cerita orang baru itu. Pasalnya dia masih belum bisa menerima kehadirannya karena sikap nyinyir nya tadi tertangkap jelas olehnya.     

"Dia sampai memukuli aku ketika aku menemukan dia bersama selingkuhannya itu.. " filla kembali menceritakan kisah pahit hidupnya itu.. "dan orang tuaku mengetahuinya dengan sedikit memaksa mereka memaksaku untuk bercerai.. "     

"Yang sabar ya Beib.. " Erin memberikan semangat, disini hanya dia yang tidak mempunyai pikiran negatif pada orang yang baru saja dikenalnya itu.     

"Kamu tahu kak Dion bekerja disini juga? "      

Aline menepuk jidatnya pelan mendengarkan ocehan erin yang membocorkan keberadaan laki-laki yang menjadi pujaan hatinya pada seseorang yang mungkin akan menjadi saingan beratnya kali ini.     

Dia terlalu polos dan tidak pernah memikirkan hal kemungkinan yang akan terjadi padanya nanti, dia terlalu senang untuk berbagi kebahagiaan dengan semua orang. Hatinya baik sehingga banyak orang yang memanfaatkannya.     

Filla terlihat sedikit berpikir , "oh iya, dulu dia dosenku. Pantas aku tidak pernah melihatnya lagi di kampus ternyata dia pindah pekerjaan disini."      

"Di ruangan apa? " Lalu filla bertanya pada Erin.     

"Di instalasi bedah sentral " jawabnya, "kami sudah saling kenal sebelum kamu datang kesini.. "     

"Benarkah.. " dia menanggapi perkataan erin yang sedikit membuatnya risih, wanita bertubuh gemuk itu dengan percaya diri yang begitu tinggi menceritakan kedekatannya dengan seorang pria yang pernah mendekatinya dulu.     

"Dia orang yang baik, dan mempunyai selera humor yang besar... " Erin kembali melanjutkan cerita babang Dion paling ganteng, dan baik seluruh hatinya.     

"Aku hanya mengenalnya sekilas " tanggap filla, "sepertinya kalian akan menjadi pasangan yang sangat cocok, selamat ya.. "     

"Masa sih? " Erin mulai termakan pujian yang filla lontarkan untuknya.     

Dia telah berhasil membentuk karakter baik pada salah satu dari mereka. Karena sifatnya yang tidak ingin mempunyai musuh jadi dia hanya akan bersikap baik pada semua teman-teman barunya itu.     

"Aku kok tidak suka melihat sikapnya ya.. " celetuk aline dalam hatinya.     

Dia sangat tidak mudah berteman dengan seseorang jika dia merasa tidak nyaman dan penuh kepura-puraan. Dia begitu jelas tidak menyukai sikap manisnya yang terlihat di buat-buat.     

Mereka semua terdiam ketika sosok yoga muncul dihadapan mereka.     

"Dokter " mereka semua berdiri dengan wajah-wajah penuh ketegangan melihat sosok atasan yang paling ditakuti.     

"Ibu dimana? "     

"Tadi menelpon dia sedang menjenguk tari yang baru selesai dilakukan sc karena gawat janin.. " Aline yang menjawab kali ini.     

Yoga menganggukan kepalanya, "aku tunggu di kantornya saja.. "     

"Baik dok "     

Yoga berjalan menuju ke arah kantor Nita dan terduduk di kursi milik istrinya itu. Dia memandangi seluruh ruangan yang begitu rapi dan dipenuhi oleh buku dan diagram alur pelayanan serta tabel penatalaksanaan kegawat daruratan.     

"Wanita memang pintar untuk supaya bisa mengahapal! " Cetus yoga dalam hatinya memuji kreativitas istrinya yang terpampang nyata dihadapannya.     

Nita berjalan menuju ke arah ruangan PONEK menghampiri ketiga staf nya yang tengah duduk.     

"Ibu, dokter yoga di dalam! " Cetus Aline dengan suara pelan.     

Kedua mata Nita membulat ketika aline memberitahukan keberadaan yoga di kantornya.     

Dia bergegas melangkahkan kakinya menuju ke kantornya dan mendapati yoga yang terduduk di kursinya.     

Dia menghampiri laki-laki yang telah memenuhi semua isi hatinya itu, dan terduduk di meja berhadapan dengan yoga.     

"Bagaimana keadaan tari post operasi? " Tanya yoga      

"Baik, sesaknya berangsur hilang " jawab Nita.     

"Tadi kami dibuat terkejut dengan sesak napas yang berat yang membuat detak jantung janin menjadi irreguler.. "     

"Syukurlah dia sudah melewati masa kritisnya " yoga lalu beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Nita yang masih terduduk di meja.     

Dia lalu melingkarkan tangannya di pinggang Nita.     

Wanita yang memiliki mata indah terkejut dengan tindakan yoga padanya kali ini.     

Dia semakin mendekatkan wajahnya pada Nita, dan memperlihatkan senyumannya ke arah Nita sebelum dia mengecup bibir Nita.     

"Kamu cantik sekali hari ini.. " lalu dia berucap diantara diam yang menyerang Nita saat ini.     

"Nakal ya! " Dia mencubit kan tangannya di perut yoga, membuat laki-laki itu kesakitan.     

Nita memutarkan pandangannya lalu membulatkan kedua matanya ke arah yoga.     

"Kalau mereka lihat bagaimana! "      

Yoga tertawa kecil, "tidak apa-apa anggap saja sedang lihat orang yang kena syndrome jatuh cinta.. "     

"Lebay deh.. " Nita beranjak dari duduknya dan mencoba keluar dari yoga yang sengaja menghalangi jalannya.     

"Ada apa? "     

Nita menatapnya tajam mencurigai sikap yoga kali ini, dia merasa di sedang menyembunyikan sesuatu darinya.     

"Ikut aku sekarang ya.. " dia meraih tangan Nita dan membawanya mengikuti langkahnya ke luar dari ruangan PONEK dan menuju ke area parkir dimana mobilnya berada.     

Dia lalu membukakan pintu mobilnya untuk Nita dan mempersilahkannya untuk masuk lebih dulu.     

"Kita mau kemana? " Nita kebingungan karena tiba-tiba saja suaminya itu mengajak pergi di jam kerja yang tinggal beberapa menit lagi .     

Yoga belum sempat menjawabnya karena dia harus memakaikan sabuk pengaman pada Nita yang sedari tadi terus mengoceh.     

"Oppa dokter mau bawa aku ke kamar hotel lagi ya? " Tebak nita.     

Yoga tertawa sambil menghidupkan mesin mobilnya.     

"Kamu belum puas ya semalam? " Yoga melontarkan pertanyaan yang membuat wajah Nita seketika memerah seperti lobster rebus yang siap makan.     

Dia terdiam seketika saja, dan tidak menatap sedikitpun ke arah yoga karena begitu tidak memiliki wajah di hadapan yoga sekarang ini.     

"Kenapa diam? " Yoga terlihat menahan tawanya memperhatikan diam Nita yang tidak menjawab pertanyaannya.     

"Berarti pertanyaanku itu benar ya? "     

"Bukan seperti itu.. " nita bicara pelan      

"Aku malu tahu! " Cetusnya marah.     

Yoga hanya menanggapi ucapan Nita dengan tawanya. Dia senang sekali menggoda istrinya hingga wajahnya memerah seperti itu. Dia terlihat cantik jika seperti itu. Jadi wajar saja jika banyak yang menggodanya.     

Mereka berhenti di sebuah restoran yang bergaya klasik dengan warna coklat yang mendominasi seluruh ruangannya.     

Yoga berjalan dengan tangannya yang masih menuntun tangan Nita, sepertinya dia sedang mencari seseorang yang akan ditemuinya saat ini.     

Tampak seseorang melambaikan tangannya ke arah yoga dari sudut ruangan.     

Nita memicingkan matanya dan memastikan penglihatannya bahwa sosok yang dilihatnya dari kejauhan itu adalah Aditya.     

Sepertiny ini begitu penting sekali sampai dia mengajak suaminya itu untuk membicarakan sesuatu yang dia bilang hanya Nita saja yang bisa membuatkan solusi untuknya. Terlebih lagi ketika dia menyebutkan hal yang genting dan sangat harus disegerakan.     

"Terima kasih sudah menyempatkan waktu " Aditya terlihat begitu senang ketika melihat kehadiran yoga bersama Nita tentunya.     

"Saya yang harus berterima kasih karena untuk kesekian kalinya diundang makan siang kembali.. " yoga mewakili Nita untuk mengucapkan rasa terima kasih pada undangan makan siang hari ini.     

"Sebenarnya hari ini saya ingin meminta pertolongan dokter dan juga kanita.. " ucap aditya terlihat ragu-ragu ketika dia akan membicarakan inti dari obrolan kali ini.     

Yoga dan Nita saling memandang, sepertinya mereka mempunyai pertanyaan yang sama ketika menanggapi ucapan Aditya tadi.     

"Pertolongan apa? " Dan yoga yang kembali melontarkan pertanyaan kali ini.     

Aditya terdiam sejenak dan lalu memberanikan diri untuk memandang wajah kedua orang yang akan menjadi harapan terakhirnya.     

"Bantu saja memecahkan masalah tentang perjodohan yang kedua orang tua saya lakukan dengan sahabatnya.. "     

Yoga dan Nita kembali saling memandang dan kali ini mereka begitu terkejut dengan perkataan aditya.     

"Mereka merencanakan akan menjodohkan putri mereka denganku.. " baru kali ini Nita melihat wajah Aditya yang begitu kesusahan karena masalah yang bersifat pribadi itu.     

"Mereka tidak meminta persetujuanku terlebih dulu.. " ucapnya.     

"Dan rencana mereka adalah akan mempertemukan kami besok malam! "     

"Ini benar pak Adit? " Tanya Nita pelan pada suaminya itu.     

"Kasihan sekali hidupnya " yoga pun berucap pelan, "setelah dia tidak mendapatkanmu malah harus berakhir dibperjodohan "      

"Jangan mulai deh! "     

Nita membulatkan kedua matanya ke arah yoga. Bukannya mendengarkan semua keluh kesah aditya, mereka malah membuat obrolan sendiri dan membiarkan Aditya mengoceh sendirian.     

"Dokter menurut dokter dengan cara apa saya harus menolaknya? " Lalu Aditya meminta pendapat dari yoga.     

"Kanita bagaimana juga pendapatmu tentang ini? "     

Nita tersenyum kebingungan kali ini, pasalnya dia juga tidak tahu apa yang ingin dia sarankan untuk atasannya itu.     

Begitu juga dengan yoga dia tidak pernah memiliki riwayat keluarga seperti Aditya yang masih menjodohkan anak-anak mereka. Lingkungan keluarganya terkenal demokratis dan menjunjung tinggi nila-nilai Pancasila.     

Dan akhirnya mereka bertiga pun terdiam tanpa suara kebingungan dengan jalan keluar yang akan mereka buat kali ini, ternyata tidaklah mudah.      

"Boleh saya bertanya pak? " Nita memberanikan diri untuk menanyakan hal yang begitu membuatnya penasaran.     

"Iya kamu boleh bertanya apapun.. "     

Yoga menanggapinya dengan senyuman ketika istrinya mendapatkan kesempatan bertanya dan laki-laki di hadapannya itu akan dengan sukarela mendengarkannya.     

"Memangnya bapak sudah tahu siapa wanita yang akan di jodohkan dengan bapak? "     

Aditya menganggukan kepalanya kali ini wajahnya sudah seperti benang kasur yang kusut dan sulit untuk dirapikan kembali.     

"Siapa? " Nita bertanya perlahan-lahan.     

"Memangnya kalian harus tahu ya? "     

"Iya " jawab Nita dan yoga bersamaan.     

"Benar juga.. "     

Yoga dan Nita tertawa yang begitu dipaksakan ketika menanggapi ucapan Aditya yang telah galau tingkat dewa.     

"Jadi aku harus bilang kan pada kalian siapa yang akan dijodohkan denganku? "     

"Iyaaaaa.. "      

Nita terlihat mulai geram dengan Aditya yang tidak langsung menjawab pertanyaan mereka, hanya menghabiskan waktu tidak berguna dan tidak berfaedah ini.     

"Baiklah aku akan katakan siapa orangnya.. "      

Terlihat yoga dan Nita mwnarik  nafas mereka begitu dalam sedari tadi Aditya hanya mengulur waktu mereka untuk menjadi lebih penasaran dengan wanita yang akan menjadi calon istrinya itu.     

"Tapi jangan di tertawakan ya? "     

Ucapan Aditya itu semakin membuat Nita geram, yoga tersenyum melihat tingkah nita dia lalu memegang tangan Nita di bawah meja untuk menenangkan kekesalan istrinya itu.     

"Iya pak Adit bilang saja.. " Nita berkata dengan senyuman palsunya untuk menutupi kekesalannya pada atasannya itu.     

Aditya  terlihat diam untuk sejenak sebelum dia memwutuskan untuk mengatakannya pada mereka berdua.     

"Dia itu... "     

Nita dan yoga terlihat bersiap-siap mendengarkan siapa nama wanita itu begitu Hidmat dan bijaksana.     

"Dia... Bidan Aline! "     

"Apa??? " Nita dan yoga kompak bersuara dengan keterkejutan mereka.     

Tidak lama pun tawa mereka muncul bersamaan. Tidak dapat menahan tawa mereka karena ternyata dunia ini memang selebar daun kelor yang cuma bisa mengatakan Lo lagi Lo lagi (4L ) ternyata wanita yang akan menjadi calon istri dari pak Wadir mereka kali ini adalah rekan kerja mereka sendiri.     

Seperti membuktikan bahwa bidan ditempatnya itu adalah bidadari idaman setiap laki-laki.      

Keluarga Aditya dan aline memang terkenal dengan jabatan mereka yang tinggi sehingga tidak akan aneh jika mereka membuat kerjasama dalam bentuk seperti ini.     

Dan menurut nita dan yoga ini adalah hal yang biasa, toh Aline belum memiliki pasangan dan Aditya pun juga seperti itu. Mungkin dengan hubungan baik keluarga ini mereka bisa membuka hati mereka untuk bisa memulai sesuatu di hati mereka yang di sebut dengan cinta.     

Note author :     

Malam semua pembaca hari ini saya mau curhat meminta pendapat reader semua, karena volume satu cinta dalam jas putih akan segera tamat. Rencananya kami mau membuat cerita tentang masing-masing karakter pendamping di dalam cerita ini..     

Menurut para reader semua akan lebih menarik cerita siapa dulu yang akan diceritakan lebih panjang dan manis dari mereka semua...     

Apakah Erin dengan babang dion?.atau dokter Elsa dengan dokter arga?      

Atau dokter Edwin dengan wanita kemungkinannya..     

Atau justru Aditya dengan aline??     

Bantu kami dengan memberikan komentarnya ya...     

Terima kasih love you all...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.