cinta dalam jas putih

Hari Ibu kembali



Hari Ibu kembali

0Nita tersenyum ketika membuka isi dari kotak besar yang diberikan oleh yoga, senyumnya sumringah melihat sebuah handphone terbaru dengan merk dagang yang tidak diragukan lagi ketenarannya. Ini kali pertama dia mendapatkan sebuah hadiah yang bisa menunjang kenarsisannya untuk bisa berselfie ria bersama teman-teman ketika sedang mengadakan acara reuni nanti.     

Walaupun hasil dari kamera yang didapatkan lebih cenderung lain di mata lain di kamera ponsel, lebih besar hoax karena telah banyak bermunculan aplikasi canggih.     

"Terima kasih sayang " ucap nita dengan satu tangan yang melingkar di leher yoga, mendaratkan satu ciuman di pipi sebelah kiri yoga.     

Yoga tertawa kecil, dalam pikirannya terlintas sebuah penelitian ilmiah olehnya sendiri, bahwa untuk membuat istri bahagia adalah hanya dengan memberikan barang kesukaannya yang teman-teman di dekatnya belum punya. Hehehe...     

"Memang suamiku ini paling mengerti aku " puji nita mengomentari hadiah dari yoga yang kali ini dia beri nilai menakjubkan.     

Di dalam mobil nita yang masih melingkarkan tangannya di leher yoga kembali mencium pipi yoga.     

"Nanti axel datang.. " ucap yoga sambil sesekali melihat ke arah pintu rumah menunggu axel yang ingin ikut pergi ke sekolah dengannya dan dia ingin pagi-pagi sekali sudah harus berangkat.     

Nita tersenyum dan sengaja ingin membuatnya malu seperti itu, karena menurutnya sangat lucu.     

"Nanti malam aku balas hadiahnya ya! " Bisik nita bicara dengan cepat, lalu dia melepaskan tangannya dari leher yoga ketika melihat sosok Axel muncul dari balik pintu.     

"Awas ya! " Yoga bicar pelan dengan kedua matanya yang menatap tajam ke arahnya, seperti mata-mata singa kelaparan yang siap menerkam seekor kancil.     

Axel masuk kedalam mobil di belakang dan duduk manis.     

"Aku boleh ikut ke rumah sakit dulu yah? " Ucapan Axel yang tiba-tiba itu membuat nita dan yoga pada awalnya saling memandang, lalu kemudian pandangan mereka berpindah secara bersamaan ke arah axel.     

"Kamu tidak pergi ke sekolah? " Tanya Nita.     

"Inikan masih sangat pagi, bu. Aku hanya sebentar saja.. " pintanya penuh harap, dia lalu membuka tasnya dan mengambil dua kotak kecil dari dalam tasnya.     

"Aku mau memberikan ini untuk ibu di rumah sakit! " Lalu alasan axel mengungkapkan alasannya untuk ke rumah sakit sepagi ini.     

"Kamu pintar sekali " puji nita, dia tersenyum haru dengan sikap axel yang membuatnya begitu kagum.      

"Tapi kenapa kotak itu ada dua? " Lalu nita bertanya ketika kotak yang di tunjukan axel masih mempunyai sisa satu.     

Dia lalu menyodorkannya ke arah Nita, dia ingin Nita mengambilnya.     

Kedua alis nita terangkat, dia teraneh Axel memberikannya kembali untuknya. Padahal dia sudah dapat satu hadiah tadi darinya.     

"Jadi dapat dua hadiah ceritanya.. " Nita lalu menerima hadiah yang axel sodorkan padanya.     

"Itu untuk nenek "      

Ucapan axel pun merubah seketika raut wajah nita, senyumannya tidak pudar namun terlihat begitu dipaksakan. Yang axel maksud nenek adalah ibunya atau ibu mertuanya, yang pasti kata-kata Axel itu seperti busur panah yang tepat mengenai sasaran di hatinya.     

"Kamu tidak apa-apa? " Yoga menangkap dengan pasti gelagat tidak baik pada istrinya itu, dia mengerti dengan apa yang dirasakannya saat ini jika diungkit kembali persoalan yang sudah lama dia simpan dengan baik.     

Nita tersenyum sedih seraya menganggukan kepalanya menandakan bahwa dia baik-baik saja.     

Kedua tangannya mengusap kotak hadiah yang axel buatkan khusus untuk neneknya, yang entah kapan bisa dia temui kembali.      

"Apa ibu akan mengingatku? " Tanyanya dalam hati, "sepertinya hal yang tidak mungkin, dia sudah bahagia dengan keluarganya sekarang! "     

Dan dia memutuskan untuk menyimpan hadiah dari Axel itu di tas miliknya. Membiarkannya tersimpan di dalam tas dan berharap dia melupakannya, daripada dia harus berharap pada hal-hal yang tidak mungkin terjadi.     

"Beritahu aku jika Axel sudah selesai nanti " ucap yoga pada nita ketika mereka sampai di depan gerbang rumah sakit.     

"Rencananya hari ini aku akan bicara dengan pihak sekolah axel, untuk meminta ijin selama dua hari agar dia bisa ikut dengan kita besok menghadiri pelatihan "     

"Aku pelatihan juga atau cuma antar oppa dokter? " Perkataan nita lebih spesifik untuk memastikan tujuan ikut bersama yoga besok.     

Yoga tersenyum malu, "menemani aku yang ikut pelatihan sayangku... "     

Nita menganggukan kepalanya setelah mendengar lebih jelas maksud dari kepergian dia dan Axel besok.     

"Aku tidak bisa ikut ke ruangan Elsa, karena sepertinya aku harus menemui seseorang sekarang ini "     

"Siapa? " Dengan cepat nita bertanya seseorang yang akan ditemuinya itu.     

"Jangan bilang dokter Amanda! " Tatapan mata nita begitu memperlihatkan kecurigaannya pada yoga.     

"Bukan " yoga tertawa gemas menanggapi kecemburuan dari sang istri kali ini, ternyata dia begitu ketakutan jika di belakangnya yoga akan menemui Amanda.     

"Kalo manda itu gak aku temui juga dia pasti akan pergi ke hadapan aku dengan sendirinya " dan yoga dengan sengaja mengatakan hal yang membuat Nita membulatkan kedua matanya.     

Terdengar suara tawa Axel di belakang mereka yang memperhatikan obrolan kedua orang tuanya yang menurutnya sangat lucu.     

"Pusing kalau lihat orang dewasa ngobrol " celetuk axel, dia lalu merapikan tas miliknya bersiap untuk keluar dari dalam mobil.     

"Orang dewasa itu, sedikit-sedikit marah sudah itu baikan lagi, nanti marah lagi terus baikan lagi! " Axel menggelengkan kepalanya, "ayah dan bubu mirip dengan kakak-kakak kelasku, sukanya bertengkar dengan pacar sendiri! "     

Lalu tangan kecilnya membuka pintu mobil dan beranjak dari mobil, dia berdiri di samping mobil menunggu Nita.     

"Oppa dokter nih, bicaranya disembarangan tempat! " Cetus nita dengan nada ketus pada yoga, dia lalu bergegas keluar dari dalam mobil supaya putranya itu tidak terlalu lama menunggunya.     

Yoga tertegun mendengar nita yang menyalahkan dirinya, lalu tawa kecilnya muncul. Merespon kata-kata lucu Axel yang sangat tidak sesuai dengan karakter umurnya, tapi apa boleh buat, Axel lebih banyak berkativitas di sekolahnya pastilah dia akan menyerap pada apa yang selalu dilihatnya sekarang ini. Mengingat di usianya saat ini pasti dia sedang berada di kehidupan adaptasi sosialnya.     

"Ada apa dengan semua orang? " Tanya nita dalam hatinya, dia diperhatikan oleh semua mata yang memandanginya yang memegang tangan axel.     

"Apa aku tidak boleh membawa seorang anak di usiaku saat ini! " Cetusnya, tatapan mata mereka itu ungkapan decak kagum atau justru sebaliknya Nita pun tidak mengetahuinya. Yang pasti dipandangi seperti itu membuat Nita menjadi salah tingkah.     

Apa karena axel yang dibawanya berwajah tampan seperti ayahnya, atau mereka melihat nita yang cantik. Dan sepertinya itu cocok jika mereka menyangka axel adalah putra kandungnya. Kali perjalanan menuju ruang perawatan Elsa seperti sebuah perjalanan sangat panjang dan tersimpan banyak hambatan.     

"Akhirnya, sampai juga! " Nita menarik nafasnya ketika telah berada di depan pintu ruang rawat Elsa. Dia mengetuk pintu satu kali dan membukanya dengan perlahan, memastikan Elsa masih berada di dalamnya.     

Setelah menangkap sosok Elsa yang masih terbaring di dalamnya Nita bergegas masuk dengan membawa Axel bersamanya.     

Elsa tersenyum tipis ke arah Nita, memperhatikan mereka berdua berjalan ke arahnya.     

"Hei, kenapa Axel semakin lama menjadi semakin mirip denganmu? " Tanya elsa.     

Tangannya meraih axel agar dia terduduk di dekatnya     

"Mungkin karena karena sudah lama denganku " nita menanggapi ucapan Elsa.     

Baginya dia akan senang sekali jika semua orang menyebut axel adalah putranya dibandingkan ketika semua orang menamainya hanya seorang ibu sambung. Tidak ada yang salah dengan predikat tersebut menurut nita, selama dia menyayangi Axel dia tidak perlu selalu menunjukannya dihadapan semua orang.     

"Selamat hari ibu " ucap Axel.     

Dia lalu memberikan kotak hadiah kecil yang dibelinya khusus untuk ibu kandungnya.     

Elsa terpaku untuk beberapa waktu dia begitu tidak percaya putranya itu masih mengingatnya setelah apa yang dia lakukan padanya dulu. Matanya mulai berkaca tetapi belum tertumpah menjadi lelehan air mata.     

"Terima kasih " akhirnya satu ucapan keluar dari bibirnya.     

"Boleh aku buka? " Tanyanya.     

Axel menjawab dengan satu anggukan kepala dengan senyuman polosnya.     

Tangan Elsa terlihat gemetar ketika membuka penutup kotak hadiah yang axel berikan. Bukan isinya yang dia begitu inginkan, dengan Axel mengingat dan masih mengakui keberadaannya itu sudah seperti hadiah yang tidak akan pernah bisa hilang walau sampai dia tidak berpijak dibumi lagi.     

"Cantik sekali.. " Elsa mendapati sebuah kotak musik kecil berbentuk hati dengan warna merah muda. Dan ketika dia membuka penutupnya terdengar alunan musik yang sepertinya tidak asing dan pernah di dengarnya.     

Nita tersenyum karena mengetahui musik yang di putar tersebut, dia lebih berbangga kali ini karena kepintaran putranya memilihkan sesuatu hadiah yang sangat bermakna untuk seseorang.     

"Ibu seperti pernah mendengar lagu ini.. " Elsa menatap Axel yang melihatnya ke arah kotak musik yang dia putar.     

"River flow in you " jawaban Axel kembali mengingatkan pada sebuah lagu yang pernah di dengarnya.     

"Iya, kamu memang anak pintar " Elsa mengusap lembut rambut Axel.     

"Kenapa kamu memberikan ibu lagu itu? " Lalu dia pun kembali bertanya pada Axel, tangannya kini mendekap tubuh putranya itu yang semakin besar.      

"Aku selalu memainkan lagu itu ketika Lea piano di sekolah, ibu guru seni musik yang mengajarkanku " suara axel muncul untuk jawabannya yang pertama.     

"Dia bilang lagu itu bercerita tentang seseorang didunia ini yang merasa dirinya hanya sendiri di dunia ini, padahal dia itu hebat. Hanya saja dia tidak pernah mengikuti kata hatinya, tapi mengikuti kata orang lain.. "     

Nita yang mendengarkan jawaban Axel yang dia tujukan pada sang ibu dibuatnya tertegun, rasa takjub yang begitu besar. Dia yang menjadi orang dewasa saja tidak pernah mengartikan kata-kata dari sebuah lagu yang di dengarnya, dan axel telah membuatnya begitu malu, sepertinya dia harus banyak belajar juga dengan Axel.     

Elsa tersenyum tipis, "lalu kenapa kamu memberikan ibu kotak musik? Kalau aku boleh tahu apa yang kamu berikan untuk nita? "     

"Karena kotak musik itu berisik, bu. Dan ibu membutuhkan itu supaya meramaikan suasana di rumah ibu " jawab Axel, "bubu tidak membutuhkannya karena aku dan ayah sudah sangat berisik di rumah! "     

Lalu tawa lebarnya dia perlihatkan ke arah Nita yang sedari tadi tidak melepaskan pandangannya.     

"Aku memberikan bubu bros hati, supaya orang yang melihatnya mengetahui kebaikan hatinya! " Jawaban Axel itu membuat nita tersipu malu karena pujian seorang anak kecil yang menurutnya adalah mahluk cantik paling jujur di seluruh permukaan bumi.     

"Kamu pintar sekali " puji Elsa, dia lalu memeluk tubuhnya. "Aku merasa tenang karena sekarang aku tahu kamu belajar dengan baik! "     

Axel menganggukan kepalanya, "dia yang selalu mengajariku, terkadang jika dia sibuk dia lebih dulu membantuku belajar dengan masih memakai seragam kerjanya! "     

Bisikan Axel padanya itu membuatnya terenyuh, mungkin inilah yang banyak orang-orang sebutkan. Saudara sendiri menjadi orang lain sedang orang lain menjadi saudara, putranya sendiri yang merasakannya.     

"Kemarilah " pinta Elsa pada Nita untuk lebih mendekat ke sampingnya dan Axel.     

Nita melangkahkan kakinya lebih dekat ke arah Elsa.     

"Terima kasih sudah menjaga putraku " Elsa memegang satu tangan Nita.     

"Semua sudah menjadi kewajiban ku " jawab Nita diiringi dengan senyuman, "lagipula Axel anak yang pintar, dia bisa dengan cepat belajar.. "     

Elsa tersenyum lebar mendengar ucapan-ucapan Nita pada Axel yang terdengar begitu memujinya.     

"Selamat hari ibu " ucap Nita seraya mengusap lembut punggung Nita.     

"Selamat hari ibu juga untukmu "     

Nita melirik ke arah jam di tangannya, dan mengalihkan pandangannya ke arah Axel.     

"Ayo, kita bergegas untuk pergi ke sekolah! "     

Axel menjawab dengan anggukan kepalanya.     

"Bubu tunggu diluar, kamu harus berpamitan pada ibu dengan baik! "     

"Siap! " Teriak Axel, menyimpan telapak tangan di keningnya menunjukan sikap hormat.     

Nita tertawa gemas tetapi dia harus bergegas keluar dari ruangan, memberikan kesempatan mereka berdua untuk beberapa waktu.     

Ketika berada di luar ruangan, Nita yang menyukai momen kebersamaan Axel dan Elsa lalu teringat dengan satu kotak hadiah yang axel sisakan untuknya.     

Satu tangannya merogoh kedalam tas miliknya, dan menggapai kotak tersebut dengan mudah. Dia terlihat membolak-balik kotak tersebut, dia begitu penasaran dengan isi di dalamnya.     

Setelah melihat sekelilingnya dan yakin tidak ada seorang pun yang melihatnya, nita membukanya dengan pelan agar tidak merusak penutupnya.     

"Ini... " Ucap Nita pelan, matanya lama untuk berkedip ketika melihat isi dari kotak tersebut.     

Sebuah gantungan kunci bingkai foto sebagai gantungannya berukuran sangat imut.     

Dia mendapati foto dirinya telah tersimpan di dalam bingkai tersebut, pantas saja Axel mengatakan itu untuk nenek. Lalu senyumannya muncul, dia kembali memasukannya kedalam kotak dan disimpan kembali di dalam tas nya.     

Dia lalu kembali melihat ke arah jam tangannya, Axel belum muncul sehingga membuatnya memutuskan untuk menunggunya dengan duduk di sebuah kursi yang tepat berada di depan pintu ruangan elsa.     

"Coba kita berfoto dengan ponsel baru! " Lalu jiwa kenarsisannya muncul, dia membuat senyuman indah sebelum kamera ponsel miliknya mengambil gambar cantiknya.     

Dia menahan tawanya melihat hasil yang ditunjukan, kegiatan yang sangat berfaedah di antara kesendiriannya yang tengah menunggu.     

"Nita " suara seorang wanita dari samping Nita membuatnya sangat terkejut dan hampir melemparkan ponsel barunya itu.     

Dengan segera dia menyelamatkan ponsel miliknya di dalam tas miliknya, dan menoleh ke arah sebuah suara yang sangat mengejutkannya.     

Matanya berhenti di sebuah titik dimana suara itu berada, mulutnya masih belum tertutup ketika perlahan-lahan senyumannya menghilang dari wajahnya.     

Senyum nita yang hilang itu pun disambung oleh senyuman dari wajah seseorang yang dipandanginya.     

"Ibu.. " suara Nita pelan ketika memanggil sosok wanita yang telah melahirkannya yang telah lama tidak ditemuinya, karena telah dianggap tidak ada olehnya.     

Sekarang ini dia berdiri dihadapan nita dan tersenyum ke arahnya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.