cinta dalam jas putih

Hari Ibu



Hari Ibu

0Nita memutarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah, dan melangkahkan kakinya ke arah dapur.     

"Mba, axel sama pak dokter dimana? " Nita bertanya pada mba mumu yang sedang sibuk memasak.     

"Tadi saya lihat di depan rumah, bu "      

"Pak itor kemana? " Nita bertanya kembali ketika menyadari tidak melihat sosok pak itor.     

"Di depan juga, Bu "      

Dia memutuskan untuk tidak mengganggu pekerjaan mba Mumu, dan mencarinya sendiri.      

"Tidak ada! " Nita bicara pada dirinya sendiri ketika telah sampai di teras depan rumah. Dan memutuskan untuk mencarinya di kamar Axel, tetapi baru saja melangkah nita berbalik ke arah depan. Matanya melihat dengan pasti ke arah garasi, dia tidak menemukan mobil milik yoga.     

"Apa mereka pergi? " Tanya nita teraneh, "ini jarang sekali, oppa dokter membawa axel jalan-jalan sore. Biasanya dia selalu sibuk karena operasi cito! "     

Lengkungan bibir membentuk senyuman terlihat di wajah Nita, dia akan memberikan kedua ayah dan anak itu waktu berdua untuk bisa saling mengakrabkan diri. Supaya ikatan mereka lebih kuat dan membuat axel terus menyayangi orang tuanya walaupun dia telah besar nanti.     

Dia memutuskan untuk kembali ke dapur dan membantu mba Mumu di dapur yang tengah sibuk memasak untuk makan malam hari ini.     

"Apa ibu mau memberitahu saya, apa yang kita harus berikan di hari ibu? " Tetiba mba Mumu bertanya hal yang membuat nita tertegun dengan pertanyaannya yang tidak seperti biasanya.     

Nita tersenyum lembut, "mba tahu darimana kalau besok itu hari ibu? "     

"Anak saya,Bu " jawabnya dengan senyuman malu-malu, "tadi pagi dia menelpon saya, dia mengatakan karena besok ada ujian sampai malam hari. Jadi dia mengatakannya hari ini, dia bilang selamat hari ibu.. "     

Nita teringat kedua putra mba Mumu yang     

Sedang menjalani pesantren di kota asalnya sekarang ini.     

"Tadi pas mba belanja sayuran, teman PARTI bilang katanya harus memberikan hadiah untuk menghormati ibu kita! " Ucapan mba Mumu ini otomatis membuat Nita tertawa kecil, dia membuat sebuah kata-kata yang lucu.     

"Parti itu yang di komplek berapa mba? " Nita bertanya masih dalam tawanya, tangannya masih memotong sayuran yang di peganginya ketika bertanya pada mba Mumu.     

"Itu bukan nama orang bu " jawab mba Mumu dengan datar, "teman-teman disini yang membuat nama itu, yang artinya perkumpulan asisten rumah tangga komplek intan.. "     

Dan akhirnya nita dinyatakan kalah oleh ucapan mba Mumu, kali ini yang tidak bisa membuatnya tidak tertawa keras hingga mengeluarkan air mata dan membuat perutnya sakit.     

"Hebat sekali mba sudah punya komunitas " puji nita masih dalam tawanya, tangannya sibuk menghapus air matanya. Pipinya pun sudah terasa sakit karena tidak berhenti tertawa.     

"Iya bu aneh-aneh kalau berkumpul dengan yang muda-muda " tanggap mba Mumu dengan mengerucutkan bibirnya.     

"Tidak apa-apa mba, asal berfaedah " nita terlupa selalu membawa kata-kata yang biasa digunakannya bersama sahabat-sahabatnya untuk candaan.     

"Maksud saya bermanfaat " lalu dia mengkoreksi ucapannya agar lebih bisa dimengerti mba Mumu.     

"Banyak,bu " kali ini mba Mumu terlihat semangat, dia mengeluarkan ponsel miliknya dan diperlihatkan kepada Nita.     

"Kita membuat grup di WhatsApp bu, ada arisan PARTI, acara kumpul masak lalu makan bersama, jenguk anggota yang sakit atau nikahan, banyak sekali bu. Canggih jaman sekarang bu! "     

Mata nita membulat dan lagi-lagi tawanya muncul, ketika melihat grup yang mba Mumu ceritakan. Dan yang membuat tawanya muncul kembali ketika melihat foto-foto lucu di grup milik mba Mumu yang menurutnya candid nya terlihat natural dan lebih bagus dari model.      

Ornamen yang mereka pakai pun alami yang tersedia dari alam, berfoto dengan memakai kalung petai dan membuat mata palsu dari jengkol itu membuat tawanya tidak berhenti. Sampai kebanggan mereka berfoto dengan memegang sapu dan pembersih lantai memperlihatkan dedikasi tinggi mereka terhadap pekerjaannya.     

"Dan nanti kami mau buat perjusami bu, katanya untuk merayakan satu tahun terbentuknya PARTI! "     

"Mba! " Teriak nita disambung dengan tawanya yang tidak terputus, bersambung terus menerus. Dia sudah tidak sanggup untuk tertawa lagi.     

"Anniversary, mba... " Nita memegang perutnya yang kram karena terus tertawa.     

"Kalau perjusami itu, perkemahan jumat-sabtu-minggu, mba.. " dia membenarkan kata yang dimaksud oleh mba Mumu.     

"Lha mana saya tahu to bu " mba mumu nyengir ketika dia malu karena salah berucap.     

Dia bersyukur sekali bisa tertawa senang seperti karena mba Mumu, bukan maksud menertawakan kepolosan yang seperti memperolok. Sepertinya mba mumu memang diciptakan Tuhan untuk membuatnya bahagia.     

"Mba mumu semisal ditanya anaknya mau minta hadiah apa untuk hari ibu, apa yang mba minta? " Nita lalu melontarkan pertanyaan yang di awal pembicaraan ditanyakannya.     

"Apa ya.. " dia sedikit berpikir untuk beberapa detik.     

"Gak aneh-aneh bu, yang penting anakku rajin belajarnya, jadi anak yang berbakti sama orang tuanya. Mereka sudah jadi anak baik saja saya sama bapak sudah bangga dan itu seperti hadiah terindah dalam hidup saya... " jawaban sederhana keluar dari bibir mba mumu.     

Jawaban sederhana yang mewakili semua ibu di dunia, yang tidak akan pernah memberatkan anak-anaknya.     

Nita tersenyum, "anak-anak mba itu sudah rajin belajar dan menjadi anak baik di pesantren, jadi mba sudah dapat hadiahnya! "     

Nita memeluk mba mumu dari arah belakang dan membayangkan dirinya memeluk sosok ibu yang tidak pernah muncul di pikirannya, tetapi setelah mendengar ucapan mba mumu membuatnya mengingat kembali sosok yang telah lama dilupakannya.     

"Selamat hari ibu, mba... " kedua tangan nita melingkar di dada mba mumu, matanya terpejam untuk beberapa detik.     

'Selamat hari ibu ' dan kali ini ucapan dalam hatinya dia tujukan untuk sang ibu, yang walaupun tidak berada di dekatnya akan selalu dia doakan.     

"Selamat hari ibu juga untukmu.. " ucap mba mumu memberikan usapan lembut di tangan Nita, dia tidak pernah bisa menyangka majikannya itu memeluknya. Selain semua penghuni rumah tempatnya bekerja begitu bersikap sangat sopan dan memperlakukannya seperti anggota keluarga mereka sendiri. Itu yang membuatnya tidak ingin berpindah ke tempat lain, bahkan jika diijinkan dia ingin terus bersama dengan keluarga ini.     

"Darimana? " Nita sudah berdiri di depan pintu dengan tangannya yang menyilang. Memperhatikan langkah yoga dan Axel menuju ke arahnya.     

Yoga tersenyum ke arah axel yang juga menanggapi ucapan nita dengan senyuman.     

"Aku sudah ajak ayah nongkrong, bu! " Axel lalu berucap, "inikan hari yang jarang terjadi, ayah berada di rumah sore hari "     

Jika jawaban axel sudah seperti itu, Nita tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Ini memang kejadian yang harus mereka manfaatkan, lagipula dia tidak perlu menaruh kecurigaan pada yoga kemana dia pergi. Sudah ada Axel yang menjadi penjaga dan pemberi informasi penting jika ada sesuatu yang dilakukannya.     

***     

"Kenapa dengan pipimu? " Pertanyaan yoga muncul ketika nita keluar dari kamar mandi mengusap kedua pipinya, pakaiannya telah berganti dengan robe rambutnya pun terurai rapi malam ini.     

Nita berjalan lebih dekat ke arah tempat tidur, dan duduk di samping yoga yang selalu melakukan kebiasaannya sebelum tidur dengan membaca buku.     

"Pasti ini karena tadi aku tidak berhenti tertawa! " Ucap nita masih terus memegang kedua pipinya.     

Yoga menutup buku dia memutuskan untuk menyudahi aktivitas membacanya, sepertinya obrolan dengan istrinya saat ini akan lebih menyenangkan.     

"Kalian membicarakan apa sampai tertawa seperti itu? " Yoga bertanya kembali pada Nita, dia begitu penasaran dengan apa yang sudah mereka bicarakan tadi.     

"Jadi tadi itu mba mumu cerita tentang hari ibu, tapi tiba-tiba dia menceritakan tentang perkumpulan yang dibuat teman-temannya di komplek ini... " Nita mulai menceritakan semua yang dibicarakan tadi bersama mba Mumu yang membuatnya tidak bisa berhenti tertawa, perut dan pipinya menjadi kaku.     

Yoga bisa membayangkan bagaimana tadi istrinya itu dibuat tertawa oleh semua yang diucapkan mba Mumu.     

Diapun malam ini bisa tertawa hanya dengan mendengarkan cerita dari nita, sayang sekali tadi sore dia tidak dapat ikut tertawa bersamanya karena harus mengantar axel yang ingin membeli satu hadiah yang akan dia berikan esok hari pada nita.     

"Tunggu dulu " yoga memperhatikan wajah nita lebih dekat padanya.     

"Ada apa? "     

"Coba lihat kesebelah sini.. " satu tangan yoga memegang dagu nita, mengarahkan wajah Nita untuk menoleh ke arah kiri.     

"Coba tersenyum " lalu yoga memintanya memberikannya senyuman.     

Mata nita berkerut dalam tawanya yang keanehan dengan permintaan yoga.     

"Ini! " Cetus yoga, lalu jari telunjuknya tersimpan tepat di lekukan yang membentuk sebuah lesung pipit tepat di pipi dibawah mata sebelah kanan.     

"Kenapa aku baru menyadarinya sekarang ya? " Yoga bertanya pada dirinya sendiri, lesung pipit yang berada di pipi sebelah kanan dibawah matanya terlihat begitu jelas.     

"Whisper dimple ini sepertinya sesuai dengan karaktermu, memiliki sifat dewasa dan terbuka. Kamu teman curhat yang baik dan pendengar setia.. "     

Nita tertawa kecil ketika suaminya itu mulai mempraktekan ilmu psikologi yang dimilikinya, tetapi ucapannya justru terdengar seperti ramalan untuknya.     

"Aku juga tidak tahu punya lesung Pipit, karena kalau aku tertawa aku tidak bisa melihatnya. Dan aku tidak bisa terus-terusan bercermin! "     

"Nanti malah disebut kecentilan.. " nita melanjutkan ucapannya sambil mengedipkan matanyanya seperti boneka Barbie di hadapan yoga.     

Tawa yoga muncul walaupun tanpa suara, "aku kalah lagi! "     

Dia sudah mulai tergoda oleh nita saat ini, selain sikapnya yang seperti boneka hidup robe yang dipakainya itupun membuatnya semakin menarik perhatian dan memprovokasinya.     

"Pipimu masih sakit? " Yoga membawa tubuh nita untuk masuk kedalam pelukannya.     

Nita tertawa kecil dia tahu apa yang sudah dipikirkan suaminya itu.     

"Tidak, sudah sembuh! " Nita memberikan jawaban dengan menjulurkan lidahnya.     

Yoga pun ikut tertawa sepertinya rencana yang telah dia buat itu sudah bocor dan diketahui oleh Nita, dan dia kalah telak.     

"Olahraga wajah bagus dilakukan di malam hari! " Tetapi yoga akhirnya melakukan apa yang direncanakannya juga walaupun telah diketahui oleh Nita.     

Diapun memulai memberikan ciuman di bibir nita yang berada di pelukannya, dia harus lebih bersabar hanya dengan mencium bibir nita saja.      

***     

"Ibu duduk disini! " Axel pagi-pagi sekali membawanya ke ruang makan, bahkan dia belum sempat merapikan rambutnya. Tetapi axel terus memaksany untuk ikut.     

"Baiklah.. " nita berucap dengan penuh kesabaran.     

Axel tersenyum ke arah nya untuk beberapa detik dia berlari ke arah dapur dan kali ini dia membawa mba mumu untuk duduk disamping nita. Lalu dia kembali berlari ke arah kamarnya, tidak lama kemudian dia muncul dengan menyembunyikan kedua tangannya ke punggung.     

Dia hanya mesem-mesem ketika telah dekat dengan nita.     

"Selamat hari ibu! " Lalu menyimpan sebuah kotak berukuran 18x12x5 cm, berwarna biru langit dihadapan nita. Dan diakhiri dengan ciuman di pipi Nita.     

"Terima kasih " ucap nita, dia tidak menyangka tahun ini dia yang diberikan ucapan sebagai seorang ibu.     

"Selamat hari ibu juga mba Mumu! " Lalu kotak berukuran dan berwarna sama dia berikan pula pada mba Mumu, dan memeluknya.     

"Terima kasih mas Axel " mata mba mumu mulai berkaca-kaca, axel sama seperti kedua orang tuanya yang memperlakukannya begitu baik.     

"Selamat hari ibu, sayang " tiba-tiba yoga muncul dari arah belakang Nita, satu ciuman di kening nita sebelum akhirnya dia menyimpan sebuah kotak yang besar berwarna merah hati di hadapannya.     

Dia tersenyum tidak habis pikir, hari ibu pertamanya seperti hari ulang tahun yang meriah penuh dengan hadiah. Dan walaupun seperti itu dia akan begitu mensyukurinya.     

Selamat hari ibu,     

Aku berdoa semoga bubu yang selalu bahagia ketika bersamaku...     

Karena aku juga bahagia dengan bubu     

Jangan berhenti mendoakan aku dan selalu menjadi ibu terbaik yang membuat iri seluruh anak-anak di sekolahku, hehehe..     

Tawa nita muncul ketika membaca surat yang Axel selipkan di antara hadiahnya, sebuah Bros berbentuk hati dengan ornamen batu hias berwarna merah delima. Axel memang pandai mencarikan hadiah untuknya, jika pada ibunya saja sudah begitu bagus bagaimana jika Axel besar nanti dan sudah saatnya mempunyai seorang pacar. Pastinya akan lebih cepat terkena diabetes karena terlalu manis.     

"Kenapa senyum-senyum sendiri seperti itu? " Yoga lalu bertanya karena sedari tadi kebingungan melihat istrinya yang tersenyum sendiri sambil membaca sebuah surat.     

Nita tersenyum ke arah yoga, "pasti oppa dokter yang ajarin axel membuat kata-kata seperti ini! "     

Dia lalu memberikan surat yang Axel buat untuknya pada yoga, ayah dan anak itu memiliki kesamaan yang menurut nita sama-sama sangat manis.     

"Aku juga tidak tahu dia menulis surat " dia lalu menerima kertas berisi kata-kata yang Axel buat sendiri. Dan lalu membacanya, ada rasa tidak percaya putranya itu lebih pintar membuat kata-kata dibandingkan dirinya.      

"Apa oppa dokter mengingatkannya membelinya juga untuk ibu kandungnya? " Kali ucapan nita mengingatkan yoga.     

Yoga terdiam sejenak, memunculkan spekulasi pada Nita bahwa dengan diamnya yoga dia telah lupa.     

Tetapi senyumannya muncul kemudian.     

"Tentu saja aku tidak lupa, aku pasti di ceramahi sampai panas kupingku kalau sampai aku lupa! "      

Kedua alis Nita terangkat, "oleh siapa? "     

"Kamu! " Jawab yoga lalu dengan cepat kabur dari pandangan nita, karena jika tidak dia akan terkena jurus cubitan pelebur Sukma milik nita.     

Pupil mata nita membulat besar seakan-akan keluar dari tempatnya, setelah mendengar perkataan yoga tentangnya. Dia membawa kotak yang yoga hadiahkan untuknya untuk dia buka nanti di dalam mobil di depan si pemberi hadiah, agar dia bisa dengan langsung mengomentari hadiah yang diberikan yoga padanya.     

Ternyata setelah menjadi seorang istri dan menjadi ibu, bakat dadakannya sebagai komentator mencuat secara alamiah. Selain dari bakat terpendamnya menjadi koki hebat dan pengelola keuangan serta pengatur keindahan rumah yang muncul tanpa harus sekolah terlebih dahulu bisa dia dapatkan hanya dengan menjadi seorang ibu rumah tangga...     

(Bangga menjadi ibu rumah tangga, wanita tercerdas di bumi yang Tuhan ciptakan )     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.