cinta dalam jas putih

Lelaki kedua dan ketiga



Lelaki kedua dan ketiga

0Elsa membuka matanya ketika dia mendapati nita yang menopang tubuhnya, seluruh pakaian yang awalnya begitu bersih dan rapi dibanjiri oleh darahnya.     

"Tolong! " Teriak nita.     

"Jangan berteriak! " Elsa memegangi tangan Nita, dia tahu pasti Nita akan berteriak meminta tolong pada penghuni rumah, dan dia tidak mau nita melakukan itu.     

"Aku tidak apa-apa.. " lanjutnya dengan nafasnya yang terengah-engah.     

"Tidak apa-apa katamu! " Cetus Nita dengan nada yang tinggi, "yang seperti ini kamu bilang tidak apa-apa! "     

"Aku tidak mau kamu mati sekarang "ucapan Nita begitu kasar karena kecemasan yang melandanya.     

"Aku belum sempat membalas perbuatanmu " ucap nita dengan tetesan air matanya, "dan berterima kasih padamu.. "     

"Bodoh " celetuk Elsa di saat masa kritisnya dia sempat menertawakan nita. Dan kembali terbatuk. Memang menurut dia ini hal biasa karena jauh sebelumnya dia selalu mengalami hal seperti ini hanya sendirian.     

"Bawa aku ke tempat tidur sekarang dan ambilkan obatku! " Elsa mencoba untuk mengumpulkan kekuatannya untuk bangun dan berdiri, tetapi dia tidak bisa. Sampai kemudian yoga datang dan masuk ke dalam kamar mandi dan mengangkat tubuh Elsa dengan kedua tangannya, menuju ke tempat tidur.     

Matanya tidak pernah lepas dari sosok Nita, entah siapa yang dia khawatirkan. Mantan istrinya atau wanita yang saat ini menjadi istri kesayangannya. Kenyataannya dia mengkhawatirkan nita yang seluruh pakaian dan tangannya dipenuhi oleh darah Elsa.     

"Dimana obatmu? " Tanya nita dengan penuh rasa gugup, dan yoga melihatnya.     

"Di tas hitam " jawab Elsa lemah.     

Melihat tangan nita yang gemetar yoga menghampirinya.     

"Bantulah Elsa mengganti pakaiannya " ucap yoga mengambil alih mencari obat milik Elsa yang Nita cari.     

"Kita akan membawa dia kerumah sakit "     

Yoga melanjutkan ucapannya, lalu kembali mencari obat milik Elsa.     

Nita pun segera mencari pakaian milik Elsa setelah mendapatkannya dia bergegas menghampiri Elsa.     

"Ini obatnya " yoga menyimpannya di meja yang terletak di samping tempat tidur.      

"Aku akan menyiapkan mobil terlebih dulu "     

Nita tersenyum menganggukan kepalanya, setelah yakin yoga sudah keluar dari kamar Nita membantu Elsa mengganti pakaiannya.     

"Aku merusak rencanamu untuk pergi berdua dengan yoga hari ini " ucap elsa, dia beranjak untuk duduk membuka kancing pakaiannya satu persatu.     

"Tidak perlu dipikirkan " tanggap Nita, "aku bisa ganti pakaianku nanti, dan kita bisa pergi nanti "     

Dia masih sedikit terkesal karena telah dengan mudah dibohongi oleh Elsa tentang kondisi kesehatannya. Nita merasa dirinya begitu sangat bodoh dan jahat tidak mempedulikan Elsa.     

Matanya terfokus pada luka bekas operasi di perutnya, dan itu bukan operasi saecar. Sayatannya sedikit besar dan memanjang. Selain itu luka memar di tangan, mungkin terjadi karena dia terjatuh di kamar mandi tadi.     

"Maafkan aku " Nita berucap pelan, "aku sama sekali tidak mengetahui keadaanmu sekarang ini.. "     

"Sudah, jangan mellow seperti itu! " Cetus Elsa, "aku kesini bukan untuk memunculkan rasa ibamu, aku tidak perlu dikasihani! "     

"Dikasihani " nita mengernyit mendengar Elsa yang setelah meminum obatnya dia kembali ke sikap semula, yaitu marah-marah.     

Yang membuatnya tercengang adalah ketika Elsa selesai mengganti pakaiannya, dia dengan mudah untuk beranjak dari tempat tidurnya sendirian walaupun masih sempoyongan. Ini sangat menakjubkan hingga membuat Nita lupa untuk menelan air ludah dalam beberapa detik. Wanita di hadapannya itu benar-benar luar biasa.     

"Cepat ganti pakaianmu! " Cetusnya, lalu memberikan empat bungkusan yang tertutup dan penuh misteri, karena Nita tidak mengetahui dengan jelas isi dari bungkusan tersebut.     

"Kamu akan ikut dia pelatihan lusa.. " Elsa mengucapkan satu perkataan yang kembali membuatnya tertegun, teraneh dari mana Elsa mengetahuinya.     

"Kamu boleh pergi, tapi Axel tidak! " Elsa lalu memberikan ucapan yang membuat nita kembali terdiam tidak dapat mengeluarkan kata-kata. Didalam pikiran Elsa terlintas ketika semalam dia mendapatkan sebuah pesan dari teman satu angkatannya bahwa akan ada acara seluruh obgyn di luar kota. Dia yakin pasti yoga termasuk di dalamnya.     

"Jadi sekarang pergilah ganti pakaianmu " suara elsa membuyarkan keterkejutan nita yang mendengar semua perkataan elsa padanya.     

"Baiklah " Nita beranjak dari duduknya, dia memutuskan untuk menunda menanggapi semua perkataan elsa.      

Dia harus cepat untuk berganti pakaian agar tidak membuat yoga menunggunya lama. Setelah selesai dan merapikannya nita berjalan menuju ke arah luar kamar.     

Langkahnya terhenti ketika dari arahnya dia melihat yoga yang menuntun Elsa untuk membawanya ke dalam mobil. Dia sedikit risih memandanginya, karena mempertanyakan dirinya sendiri yang berada di tengah-tengah mereka.     

Yoga menyadari ada dua mata yang sedang memperhatikannya, dia lalu menoleh ke arah dimana nita berdiri di belakangnya. Mereka saling memandang kali ini, ada senyuman kecil di wajah Nita yang diperlihatkan untuk yoga yang menandakan bahwa dia mengijinkan yoga membantu elsa. Rasa cemburu yang sempat terlintas di pikirannya adalah hal wajar yang muncul, tapi nita berusaha untuk tidak membesarkannya karena dia tahu kejadian yang sebenarnya.     

"Aku lupa dimana ponselku! " Nita berjalan menuju ke arah mobil seraya mencari ponselnya di dalam tas, dia mencoba mengingat kembali dimana terakhir menggunakannya.      

"Sepertinya di restoran kemarin malam! " Cetus nita pelan, dia menutupi perasaan sedihnya ketika masuk ke dalam mobil di kursi belakang. Dia telah kehilangan ponselnya.     

Yoga mencuri pandang pada nita dari arah kaca yang berada di depannya, nita yang menangkap pandangan yoga menganggukan kepala dengan pelan. Tidak akan menjadi masalah untuknya untuk duduk dimanapun sekarang walaupun saat ini dia adalah istri yoga.     

Hal yang utama kali ini adalah kesehatan Elsa, meskipun mereka telah berpisah secara tidak baik tetapi mereka masih harus berhubungan baik demi axel putra mereka satu-satunya.      

***     

"Aku saja yang antar Elsa ke IGD " Nita mengambil alih ketika sampai di depan pintu instalasi gawat darurat.     

Dia tidak mau orang-orang yang mengenal suaminya itu berpikir hal aneh ketika dia mengantar Elsa ke rumah sakit. Gosip di tempatnya bekerja lebih kejam dari gosip artis di televisi menurut nita.     

"Nanti aku menyusul ke poliklinik setelah Elsa masuk ke ruang perawatan "     

"Baiklah, hati-hati " ucap yoga.     

Dia semakin bangga dengan sikap nita, begitu memiliki kebaikan yang tidak berbatas pada siapapun. Jika wanita penyabar dan penuh perhatian seperti nita sudah dimilikinya, dia hanya akan berusaha untuk menjaganya agar tetap bersamanya di sepanjang hidupnya.     

(Pengharapan kedua, dari seorang laki-laki pada Nita.. )     

"Aku akan ke ponek sebentar " ucap Nita pada Elsa setelah dia memberikan resep obat yang di berikan dokter jaga untuk Elsa.     

"Ya " jawab Elsa dengan lemah, terlihat wajah pucat pasi karena mengalami perdarahan hebat.     

Dalam langkah kecilnya Nita menyadari alasan Elsa sering berdandan tebal akhi-akhir ini.     

"Aku rindu sekali tempat ini " ucap Nita dalam hatinya ketika sampai di pintu ruangan tempatnya bekerja yang tidak jauh dari ruang IGD.     

Dia memandangi aline dan erin yang tengah membereskan peralatan, mungkin karena masih pagi ruangan masih sepi dari pasien. Karena pagi hari pasien lebih banyak berdatangan ke poliklinik dan hanya yang terjadi kegawatan jika masuk ke PONEK.     

"Selamat pagi " sapa erin ketika mengetahui ada seseorang yang masuk, tanpa melihat Nita karena fokus dengan kesibukannya.     

"Selamat pagi " nita menjawab sapaan Erin.     

Mereka begitu mengenal suara Nita, dengan cepat menoleh ke arah suara dan begitu senang melihat sosok kepala ruangan mereka.     

"Ibu! " Nita mendapat pelukan dari kedua rekan kerjanya itu.     

"Lihat, ibu kita ini sedang cuti malah semakin cantik! " Puji aline.     

"Cantik sekali! " Erin berkata hampir dengan teriakan karena tersenang, dan melihat penampilan baru pimpinan mereka itu.     

"Kapan ibu kembali bekerja? " Erin terlihat tidak sabar.     

"Kamu ini, biarkan ibu sehat lebih dulu " aline menyikut Erin dan memelototinya tanpa melepaskan pelukan mereka pada Nita.      

Mereka sepertinya sudah sangat merindukan kehadiran pimpinan yang selalu membuat tempat bekerja menjadi keluarga kedua.     

"Dimana laporan yang harus aku tanda tangani " tiba-tiba suara muncul membubarkan suasana pelukan rindu dari ketiga wanita luar biasa.     

Dokter Edwin muncul diantara mereka, dan berdiri mendekati nita memastikan apa yang dilihatnya itu memang benar. Dia ingin memastikan apakah memang benar Nita wanita yang dilihatnya begitu menarik hati.     

"Aku pikir ada pasien " ucap dokter Edwin, "ternyata kepala ruangan PONEK yang sedang cuti "     

"Laporan di meja ibu dokter " aline memberitahukan letak sesuatu yang ditanyakan pada dokter Edwin.     

"Aku ambilkan, dok " nita berjalan ke arah ruangannya, karena di laporan tersebut pun harus di tanda tangani olehnya.     

Dokter Edwin mengikuti langkah nita dari belakang, dia belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Ada satu hal yang lebih membuatnya takjub melihat sosok Nita kali ini.     

"Kamu terlihat sudah sehat " dokter Edwin duduk di kursi di depan meja tempat nita bekerja.     

"Iya, terima kasih atas bantuan dokter sewaktu saya berada di ruang operasi " Nita melemparkan senyumannya, dan terduduk di kursi kebesarannya.     

Dia membuka map berwarna biru di atas mejanya, dan mencoba membaca kembali laporan yang sudah dibuatkan oleh karin.     

"Coba kalau kamu masih sendiri " ucap dokter Edwin, "pasti sekarang juga aku akan membawamu ke rumahku, bertemu dengan orang tuaku setelah itu kita menikah besok hari. Dan walaupun itu tanpa persetujuanmu, aku tetap maju "     

Nita tertawa kecil menggelengkan kepalanya ketika mendengar ocehan dari dokter Edwin yang menurutnya sama sekali tidak berfaedah.     

"Atau kalau tidak, aku akan lakukan seperti di dalam drama korea. Melamarmu di hadapan semua orang.. " ocehannya kembali muncul membuat telinga nita panas.     

"Jangan berlebihan dokter! " Cetus Nita, kedua matanya memandangi sosok dokter Edwin yang kerennya tertutupi oleh sikap penuh leluconnya.     

"Jangan membuat seolah-olah tidak ada lagi wanita di rumah sakit ini! " Nita melanjutkan perkataannya.     

"Tanda tangan disini " Nita menyodorkannya sebuah kertas dan menunjukan tempat yang harus dokter Edwin tanda tangani.     

"Setelah tanda tangan dokter harus cepat menemui wanita-wanita yang membutuhkan dokter di ruang bersalin! "     

"Bilang saja kamu mengusirku secara halus " dokter Edwin tertawa mendengarkan setiap kata-kata Nita yang selalu membuatnya tertawa senang seperti ini, memang tidak bisa dipungkiri bahwa yang pertama dia lihat dari seorang wanita adalah penampilan. Tapi yang membuatnya tidak bisa move on dari patah hatinya hanya wanita yang berada dihadapannya itu. Wanita yang selalu membuat hatinya tertawa senang seperti sekarang ini.     

"Kamu mau aku tunggu tidak? " Dia lalu bertanya pada nita ketika satu tangannya membubuhkan tanda tangan di kertas yang telah nita tunjukan padanya.     

"Menunggu apa, dok? "     

"Menunggumu sendiri nanti " jawaban dokter edwin membuat kedua mata nita terbelalak dan memasang wajah marahnya.     

"Jahat sekali dokter! " Cetus nita seraya mengelus perutnya, berharap apa yang diucapkan dokter Edwin itu tidak menjadi sebuah doa.     

"Aku sudah selesai, aku pergi sekarang! " Dokter Edwin terkekeh dengan tindakan imut Nita itu, jika Nita tahu bahwa yang diucapkannya itu bukan semata lelucon saja. Dia juga berharap itu adalah sebuah doa yang tiba-tiba akan terjadi padanya nanti.     

(Harapan lelaki ketiga pada Nita.. )     

Laki-laki itu perlahan menghilang dari penglihatannya, dia sedikit bernapas lega sekarang.     

Dia harus kembali pada Elsa yang sudah memasuki ruang perawatan VVIP. Setelah melakukan pemeriksaan darah lengkap kadar hemoglobin Elsa menurun menjadi 7,4 gr.     

Ketika nita memasuki ruangan dimana Elsa terbaring dengan transfusi darah, dia seperti telah mengalami kejadian ini sebelumnya.      

"Tidak perlu memandangiku seperti itu " celetuk Elsa, "aku tahu kamu pasti merasa kasihan padaku! "     

"Bukan kasihan, tapi kagum. Karena kamu begitu kuat dan bisa menghadapinya sendirian.. "     

Tawa Elsa kali ini terlihat tidak memiliki kekuatan, "kamu juga wanita seperti itu, hanya saja kamu menyembunyikannya dari semua orang! "     

"Iya aku tetap kalah " nita menghampiri Elsa dan duduk di kursi disamping tempat tidurnya.      

"Kamu mau sesuatu makanan? " Dia menawarkannya pada Elsa.     

Elsa menggelengkan kepalanya, menolak tawaran Nita. Mencoba memejamkan matanya untuk beristirahat. Tapi sepertinya begitu sulit, dia hanya bisa memandangi Nita yang sedang membaca sesuatu setelah tadi pergi ke ruang PONEK.     

"Aku ingat " nita menghentikan aktifitas membacanya, dia lalu mengambil tas milik Elsa dan mengambil beberapa peralatan berhias milik elsa.     

"Aku coba, semoga aku bisa " dia memandangi wajah Elsa yang menurutnya selalu terlihat cantik walaupun tanpa riasan.     

"Nah, pakai warna ini " akhirnya dia hanya memberikan perwarna bibir, lipstik dengan warna coral pink itu sangat cocok untuk kulit putihnya.     

"Apa-apaan ini! " Cetus elsa, tetapi dia tidak dapat menolak semua tindakan Nita. Karena semua tenaganya sudah keluar besar tadi ketika dia terjatuh di kamar mandi.     

"Pasien juga harus cantik! " Nita tidak menanggapi ketidaksukaan elsa akan tindakan yang dilakukannya kali ini, entah kenapa dia begitu ingin sekali memakaikan lipstik pada elsa.     

Dia merasa akan baik untuknya dan sepertinya Elsa akan bertemu dengan seseorang hari ini. Dia berpikir mungkin itu adalah suaminya, yoga.     

Terdengar ketukan dari arah luar pintu membuat nita berhenti segera memasukan semua kembali kedalam tas dan muncul yoga dari balik pintu, ternyata dia tidak sendirian ketika masuk ke dalam ruangan terlihat seseorang lain bersamanya.     

Ada seseorang yang ikut dengannya dan elsa dengan sangat baik mengenalnya, membawa sekeranjang buah di tangannya.     

Senyuman lebar terlihat di wajah dokter arga ketika melihat Elsa, walaupun wanita itu terbaring lemah dengan infus yang berisi tranfusi darah.     

"Sepertinya aku pergi ke kantin saja dulu " ucap Nita dengan senyuman lebarnya ke arah Elsa.     

Dia berjalan menuju ke arah yoga, meraih tangannya untuk ikut bersamanya keluar dari ruangan membiarkan mereka berbicara serius berdua saja...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.