cinta dalam jas putih

Permainan



Permainan

0Nita menghentikan mobil yang dikemudikannya tepat di depan rumahnya, seperti biasanya Elsa terlebih dulu meninggalkannya. Dia masih terduduk sendiri ketika telah mematikan mesin mobilnya, dia sedikit ketakutan untuk masuk ke dalam rumah melihat jam di tangannya yang menunjukan waktu setengah sepuluh malam.     

"Oppa dokter pasti akan memarahiku juga! " Nita memasang wajah sedih yang dapat dia lihat sendiri kaca spion di mobilnya. Jika dia mempunyai keberanian untuk tidak pulang mungkin dia akan melakukan itu.     

Jauh dari nita yang masih berada di dalam mobil karena ketakutannya. Elsa berjalan memasuki ruangan tengah rumah, dan mendapati yoga yang terduduk di sofa.     

"Dimana nita? " Yoga teraneh ketika melihat Elsa yang memasuki rumah dia tidak mendapati sosok Nita di belakangnya. Wanita itu dengan lurusnya melewati yoga yang sedari tadi menunggunya.     

"Telponku kenapa tidak kamu jawab tadi? "     

"Masih di mobil " jawab Elsa pendek, "dan soal telpon aku hanya sedang malas bicara saja denganmu! " Dia berniat untuk pergi dari hadapan yoga sekarang juga, dia sudah malas mendengar ocehan laki-laki itu.     

"Tunggu! " Cetus yoga dengan cepat menghentikan langkah kaki Elsa yang baru satu langkah dari tempatnya semula.     

Yoga menghampirinya dan berdiri di hadapan Elsa, "aku sudah mengatakan ini beberapa kali padamu, tolong jangan paksakan kebiasaan yang sering kamu lakukan dulu pada Nita. Dia sedang masa pemulihan sekarang ini.. "     

"Tapi dia baik-baik saja " Elsa menanggapi ucapan yoga yang bernada kesal padanya dengan begitu datar, "aku capek sekarang, mau ke kamar! " Dia lalu melangkahkan kakinya pelan untuk meninggalkan yoga yang memarahinya.     

"Elsa! " Yoga memanggilnya dengan sedikit berteriak, tiba-tiba terasa olehnya genggaman tangan seseorang ketika dia akan meluapkan kemarahannya yang membuatnya sedikit bisa menahannya karena genggaman tangan nita yang begitu dikenalnya walaupun tanpa harus melihatnya.     

Dia menoleh ke arah Nita sekilas sebelum akhirnya dia kembali pada Elsa.     

Dalam hitungan beberapa detik yoga menyadari baru perubahan penampilan dari istrinya itu. Dan lalu diapun kembali menoleh ke arah nita dan kali ini memandanginya, walaupun sebelumnya Nita sudah terlihat cantik tapi kali ini dia jauh lebih cantik didalam tatapan mata yoga.     

Dia menelan ludahnya bulat-bulat memandangi kecantikan istrinya itu, ini kedua kalinya dia jatuh cinta kembali pada pandangan pertama saat melihat Nita. Dan yang pertama, adalah ketika nita memperkenalkan dirinya sebagai pegawai baru.     

"Kamu tidak perlu berterima kasih " suara elsa membuyarkan decak kagum yoga akan penampilan istrinya itu saat ini.      

"Dasar laki-laki! " Gumam elsa pelan.      

Dia kembali melanjutkan langkahnya, yang membuat yoga semakin terkesal. Dia teringat pada apa yang ingin dia katakan pada Elsa lalu melepaskan genggaman tangan Nita, berniat untuk membuat Elsa mendengarkan apa yang diucapkannya saat ini.     

"Jangan " Nita meraih tangan yoga berusaha mencegahnya, lalu dia memberikan usapan lembut di punggung yoga agar dapat meredakan emosinya saat ini. Langkah yoga terhenti dan berbalik.     

"Apa kamu juga mau membelanya? Kamu juga sama seperti dia tidak menjawab telponku? "      

Nita sedikit tersentak dengan ucapan yoga yang berbalik marah padanya.     

"Kamu harus tegas pada dirimu sendiri! " Cetus yoga, "ingat kesehatanmu! "     

Ketika usapan lembut yang Nita berikan tidak dapat meredakan amarah yang ada pada suaminya itu, nita lalu dengan segera memeluknya. Memberikan pelukan yang sangat erat.     

"Kanita.. " ucapan yoga perlahan-lahan memelan karena pelukan istrinya tersebut.     

Seketika pelukan nita itu seperti sebuah air dingin yang tertumpah dari ujung kepala hingga keujung kakinya, membuat luapan amarahnya yang bergejolak luluh seketika dan hanya kesejukan yang dia rasakan saat ini.     

Nita tersenyum dalam pelukan yoga, dia dapat mendengarkan irama detak jantung yang mulai teratur ketika dia memeluknya. Nafasnya pun mulai berjalan dengan normal, dia akan memeluknya untuk beberapa saat sampai dia memastikan emosi yoga tidak berada di puncaknya.     

"Oppa dokter, aku minta maaf " lalu Nita memutuskan untuk bicara ketika merasakan kedua tangan yoga yang akhirnya melingkar di bahunya.     

"Aku tahu aku salah, karena melupakan waktu begitu banyak hari ini. Maafkan aku sudah membuat hal yang tidak bermanfaat dalam menghabiskan waktu! "     

Yoga menahan tawanya, jika nita berkata seperti ini dia merasa telah menjadi sangat tua. Dia seperti sedang dipeluk putrinya yang bersalah dan meminta maaf padanya, dalam pikirannya mungkinkah akan seperti ini dia dan putrinya di masa depan nanti jika tuhan masih memberikannya kesempatan untuk hidup lebih lama.     

"Sudahlah " ucap yoga lembut, "kamu tahu dengan pasti jawabannya kalau aku tidak akan pernah bisa tidak memaafkanmu! "     

Nita tersenyum kecil, ilmu yang dia dapatkan tentang teori sebuah sentuhan pada seseorang yang tengah emosi ketika dia melakukan perawatan tadi ternyata memang begitu ajaib. Dia dapat dengan lebih mudah mengendalikan amarah yang hampir saja yoga lemparkan pada Elsa tadi. Nita bukan ingin membela Elsa, tapi dia hanya tidak ingin ada keributan jika bisa menyelesaikannya secara baik-baik.     

"Ikut denganku " yoga lalu meraih tangan Nita untuk ikut berjalan bersamanya menuju ke suatu tempat. Dia membawa nita ke kamar Axel.     

"Cepat bersihkan tubuhmu " ucap yoga, "kamu pasti belum makan, jadi aku akan membawa makanan kesini.. "     

"Tapi aku bisa mengambilnya sendiri nanti " Nita merasa dia seperti istri manja yang setiap apapun selalu di persiapkan oleh yoga. Walaupun sebenarnya ada alasan lain yang dia sembunyikan.     

"Tidak apa-apa, tidak setiap hari aku bisa menyiapkan makanan untukmu! "      

Nita mengernyit, dia tidak mungkin mengatakan pada suaminya itu saat ini jika tadi dia secara tidak sengaja makan malam dengan pak adit setelah baru saja meredakan amarahnya.     

"Buah-buahan saja, aku sedang diet " nita akhirnya harus berbohong dengan alasan tingkat dewa yang dipakai seorang wanita ketika menolak secara halus makanan.     

Dia lalu masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan seluruh keringat yang berada di tubuhnya.     

"Aku jadi merasa bersalah seperti ini karena sudah berbohong tadi " Nita berucap pelan ketika dia telah selesai mandi dan merapikan rambutnya di depan cermin.     

"Ini makananmu " yoga muncul di balik pintu, menyimpan buah potong kesukaan Nita di meja belajar milik Axel.     

Dia berdiam diri disamping nita, dan memandanginya yang sedang merapikan rambut dengan penampilan barunya itu.     

"Kenapa melihatku seperti itu? " Wajah Nita memerah karena malu dengan yoga yang memandanginya begitu serius.     

Tawa yoga muncul, "kamu cantik sekali dengan penampilan barumu, tadi itu aku pikir bukan istriku yang tiba-tiba muncul dan memegang tanganku! "     

"Hampir saja, aku pikir aku sudah jatuh hati dengan perempuan cantik tadi! " Yoga melanjutkan rayuan gombalnya.     

"Ahh, dia mulai lagi.. " ucap nita pelan, "manis sekali ucapannya, sampai madu pun sepertinya kalah saingan dengan ucapan manisnya oppa dokterku ini! "     

Yoga tertawa kecil ketika ucapannya disamakan dengan sebuah madu, wanita di hadapannya itu benar-benar sudah membuatnya kehilangan kesabaran untuk tidak melakukan sesuatu karena wajah imutnya yang selalu muncul ketika dia bicara.     

"Apa ini juga lebih manis dari madu yang kamu sebutkan tadi.. " yoga meraih pinggang ramping Nita, dan mendekatkannya. Untuk lebih dekat dengannya, dan mencium bibir nita.     

"Nanti Axel masuk ke kamar! " Nita menjauhkan wajahnya dari yoga seraya melihat ke arah pintu kamar.     

"Kamu kan seharian ini jalan-jalan, jadi tidak akan tahu kalau hari ini axel menginap di rumah temannya untuk mengerjakan tugas sekolah "     

"Ah, iya benar juga " nita tertawa malu karena kesalahannya.     

"Dia diberi tugas oleh sekolah karena telat masuk kelas tadi pagi! " Lalu yoga memberitahukannya hal penting, yang sebenarnya telah Axel larang untuk dia bicarakan pada bubu kesayangannya itu. Tapi mungkin jika dia mengatakannya pada Nita, akan membuat Nita berusaha lebih baik belajar mengemudi.      

"Aku jadi merasa bersalah " Nita mengerucutkan bibirnya, wajahnya terlihat begitu menyesal.      

"Jika Axel disini aku pasti memeluknya " nita melanjutkan ucapannya, "tapi karena disini hanya ada ayahnya, aku peluk saja ayah Axel! "     

Kedua tangannya berpindah, melingkar di leher yoga.     

"Seharian tidak melihat oppa dokter membuatku sedih sekali "      

"Benarkah? " Yoga jadi kegeeran di beri kata-kata yang telah membuatnya terbawa perasaan bahagia.     

Nita tersenyum dan menyipitkan matanya, membuat yoga tidak dapat menahan dirinya untuk tidak mencium bibir nita. Ini pertama kalinya mereka berciuman di kamar tidur milik putra mereka.     

"Jangan terus menggodaku " yoga tersenyum tipis, "aku takut tidak bisa menahan diriku untuk tidak melakukan itu! "     

Nita terkekeh mendengar ucapan yoga yang mencoba kuat.     

"Apa kamu mau nanti aku ke kamar elsa dan melakukannya dengan dia karena kamu masih berada dalam masa pemulihan! "     

Nita memeloti yoga dan mencubit kecil pinggangnya, "jahat sekali omongannya, jangan bicara seperti itu. Jadi benar-benar takut sekarang! "     

Yoga tertawa puas melihat ekspresi nita menanggapi ucapan leluconnya tadi, dia memperlihatkan ketakutannya.      

"Lebih baik kita tidur saja " dia lalu membawa Nita untuk berbaring diatas tempat tidur.     

"Lusa kamu dan Axel ikut saja ke acara pelatihanku di luar kota "     

"Oppa dokter pelatihan ke luar kota? " Suara Nita begitu pelan, "tapi Elsa bagaimana? "     

"Diakan hanya tamu saja, aku akan membawa kamu dan axel. Jadi sebelum kamu bekerja lagi, kamu bisa menyegarkan pikiranmu jauh dari Elsa yang selalu menyusahkanmu "     

Nita terdiam sejenak, dan lalu melebarkan senyuman sebagai tanda dia menyetujui semua yang sudah direncanakan yoga.      

"Tidurlah " yoga membawa nita yang berbaring kedalam pelukannya. Dia selalu ingin tidur dengan memeluk nita sepanjang hidupnya nanti.     

"Aku tidak bisa tidur " nita berusaha memejamkan matanya setelah beberapa waktu. Tetapi tidak dapat dilakukannya, hanya ada kegelisahan di dalam pikirannya.     

"Kamu kenapa? " Yoga menyadari Nita tidak dapat tidur.     

"Aku hanya ingin mengatakan sesuatu dulu " Nita lalu mengaku, dia telah menyembunyikan sesuatu yang dia lakukan tadi.      

Dari awal sampai dengan akhir secara detail Nita menceritakan semuanya yang dia lakukan dari awal smapai dengan tiba-tiba dia makan bersama Aditya.     

Yoga menertawakan nita, "untung kamu cantik jadi pak aditya juga mau mengajakmu makan. Iya tidak apa-apa, biar nanti aku yang membayarnya jika bertemu pak aditya dan mengucapkan terima kasih karena sudah menolong istriku "     

Tetapi di dalam hatinya, disamping dia merasa sedih karena mendengar istrinya harus terlunta-lunta seperti itu yoga merasa sedikit cemburu. Karena dia tahu Aditya menyimpan perasaan pada Nita, apalagi setelah melihat perubahannya hari ini membuatnya harus meningkatkan perhatian agar istrinya tetap menjadi miliknya saja.     

"Aku sedih karena ternyata orang pertama melihat penampilan baru istriku itu adalah pak aditya bukan aku "      

"Jangan bicara seperti itu " Nita menciumi pipi yoga, dan kemudian menenggelamkan kepalanya di dada yoga.     

"Aku hanya ingin kamu yang melihatku saja " Nita mengeluarkan jurus untuk membuat suaminya itu tidak lagi mengingat ceritanya, dia menciumi leher yoga yang otomatis membuatnya merasakan kegelian.     

"Hentikan! " Yoga berusaha mengelak, "kamu mau ada kejadian aku ke kamar elsa karena tidak dapat melakukannya denganmu! "     

Yoga menapis semua kekhawatirannya pada Nita, kenyataannya wanita sama sekali tidak pernah bisa berbohong padanya. Apa yang dia lakukan di belakang pastilah Nita akan menceritakannya, tidak seperti dirinya.     

Nita tertawa kecil, "serahkan saja padaku suamiku tersayang... "     

Yoga mengerutkan dahinya mendengar ucapannya istrinya tersebut, terlebih lagi dia mulai melakukan serangan dia menciumi padanya.     

Yoga tertawa tanpa suara menanggapi tingkah istrinya itu yang terkesan liar. Wanita itu membuatnya tidak berkutik, menciumi seluruh tubuhnya.     

Nita tersenyum dan mengedipkan satu matanya ke arah yoga sebelum akhirnya dia memutuskan untuk melakukan hal dewasa yang berbeda dari biasanya.     

***     

"Pagi sekali sudah bangun " yoga melihat nita sudah berpakaian rapi dengan wewangian yang memenuhi seluruh ruangan.     

"Aku mau ke rumah sakit sebentar untuk melihat laporan "      

"Kemarilah " yoga melambaikan satu tangannya ke arah Nita.     

"Tidak mau " dia menolak seraya menjulurkan lidahnya. Dia tahu pasti yoga akan mengacak-acak lagi penampilannya yang sudah rapi.     

"Aku tahu pasti ada yang ketagihan! " Ledek Nita.     

Yoga tertawa kecil mendengar ledekan dari istrinya itu, dia lalu beranjak dari tempat tidurnya. Dia berjalan menuju ke arah Nita yang menghindarinya. Mereka seperti sedang melakukan permainan kucing-kucingan.     

"Jangan acak-acak lagi! " Teriakan nita muncul ketika yoga berhasil menangkapnya, sepagi ini mereka sudah membuat permainan selayaknya anak kecil.     

"Aku mandi dulu " yoga yang memeluk nita dari arah belakang, "kita berangkat sama-sama, sayang.. "     

Nita tertawa geli mendengar ucapan pagi dari suaminya itu. Dengan cepat dia melepaskan diri dari pelukan suaminya itu dan pergi keluar dari kamar.     

Ketika langkahnya menuju ke arah dapur, dia mendengar sesuatu dari kamar elsa. Langkahnya terhenti menuju arah dapur dan berbelok ke arah kamar elsa.     

Dia sedikit ragu untuk masuk ketika melihat pintu kamar yang sedikit terbuka, tetapi karena dia mendengar Elsa yang terbatuk begitu lama diapun akhirnya masuk tanpa ijin. Dia mendengar arah suara elsa dari kamar mandi.     

"Dokter elsa.. " nita pun segera membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci, melihat Elsa yang terduduk lemah dengan darah yang memenuhi lantai kamar mandi.     

Elsa yang pada awalnya terkejut melihat Nita yang tiba-tiba masuk ke kamar mandi, seketika menutup matanya.      

Dengan cepat Nita berjalan cepat menuju ke arah Elsa, membersihkan darah yang masih terlihat keluar dari kedua hidungnya dengan tangan kosong. Karena dia kebingungan tidak menemukan tisu.     

Tangannya bergetar melihat darah yang begitu banyak, seluruh pakaiannya pun ikut dibanjiri oleh darah Elsa...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.