cinta dalam jas putih

Dewa Penolong



Dewa Penolong

0Elsa masih terpaku memandangi nita yang walaupun tidak berdandan dengan riasan tebal, dia terlihat begitu cantik dengan penampilannya yang terlihat baru. Hanya dari rambutnya saja yang berubah, model rambut medium layer dengan Blunt end itu begitu cocok dan menambah menarik penampilannya.      

Kesan lembut dan sederhana begitu terlihat dari penampilan barunya kali ini. Dan dia puas dengan hasilnya.     

"Ada yang salah denganku? " Pertanyaan Nita membuyarkan decak kekagumannya.     

"Tidak " ada senyuman miring dari Elsa yang ditunjukan pada Nita, dia beranjak dari duduknya dan berdiri dihadapannya.     

"Yoga harus berhati-hati mulai sekarang " gelengan kepala menandakan rasa kasihannya dia tunjukan pada Nita.     

Dahi nita penuh dengan kerutan, tidak mengerti dengan maksud pembicaraan Elsa padanya terlebih lagi wanita itu kembali memperlihatkan wajah sinisnya.     

"Istrinya sudah cantik, dan bisa pergi kemanapun sendirian tanpa dia.. " ucap elsa, dia membalikkan badannya.     

"Ayo pergi! "      

Elsa melangkahkan kakinya terlebih dulu meninggalkan nita yang masih mencerna ucapannya tadi.     

Kedua alis Nita terangkat menanggapi perkataan elsa.     

"Apa dia pikir aku akan pergi keluar rumah sendirian, memakai mobil, berdandan cantik berpakaian bagus... " Nita berucap pelan seraya melangkahkan kakinya, "aku kan bukan wanita kelas tinggi seperti dia, aku sadar diri siapa aku! "     

"Aku kan cuma butiran debu.. " lalu tawa kecilnya muncul, menertawakan kelucuan yang dia buat sendiri dan dialah yang menertawakannya.      

Mungkin Elsa akan mengira dia akan dengan mudah mencari kesenangan sendiri diluar sana setelah apa yang dia lakukan pada Nita secara tidak langsung membawa kebaikan untuknya.     

"Amit-amit, jangan sampai aku gelap mata seperti itu! " Nita melakukan kebiasaannya mengusap perutnya jika ada sesuatu hal yang dia tidak ingin lakukan.     

Dia dengan cepat melangkahkan kakinya, agar mengimbangi langkah elsa. Nita berusaha tidak membuatnya marah karena langkah leletnya.     

"Sekarang kita pergi makan lalu berbelanja! " Elsa langsung memberikan perintahnya ketika nita baru saja masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengamannya.     

"Tapi ini sudah sangat sore, axel pasti sudah pulang.. " nita sengaja memakai axel sebagai alasan paling baik ketika Elsa masih mau mengerjainya dengan pergi ke tempat yang dia inginkan.     

"Kita bisa makan di rumah, mba Mumu pasti sudah memasak. Jadi kasihan jika tidak ada yang memakannya "     

"Iya baik, jika kamu tidak mau makan diluar. Kita berbelanja dulu sebentar! " Elsa akhirnya memberikan keputusan sepihak yang tidak boleh ditolak oleh nita.     

'Sabar nita.. ' ucapannya dalam hati yang harus menerima perintah elsa padanya. Dia menjadi sedikit kebingungan dengan sikapnya sendiri, semua yang diinginkan elsa selalu di lakukan.      

Pada kehidupan rumah tangga orang lain, tidak pernah dia mendengar seseorang mau melakukan semua hal secara bersama-sama dengan wanita yang notabene nya adalah  mantan istri dari suaminya.     

Tetapi Nita melakukannya, dia melakukan semua yang Elsa inginkan. Bahkan dia pun membiarkannya masuk kedalam rumahnya dan tinggal disana. Mungkin karena rasa iba yang selalu muncul sebagai kelemahan yang tidak pernah bisa dia hilangkan membuatnya menjadi seseorang yang tidak tegas bahkan untuk rumah tangganya sendiri.     

Sesekali nita melirik ke arah elsa ketika dia fokus mengemudi mobil yang dipakainya, ada sesuatu yang disadarinya.      

'Apa dia sengaja melakukan ini padaku? ' tanya nita dalam hatinya, 'dia seperti memberikan satu pelajaran penting untukku! '     

Dan yang muncul dipikiran nita adalah hal positif.      

***     

"Aku akan pergi kesana sebentar " ucap elsa ketika mereka sampai di pusat perbelanjaan yang Elsa inginkan.     

"Dan kamu pergi berbelanja kebutuhanmu sendiri! "     

Mulut Nita menganga mendengar ucapan Elsa padanya, dia pergi setelah berbicara padanya. Meninggalkan Nita sendirian di area parkir. Dan hanya ada dirinya saja bersama mobil-mobil mewah yang berjajar tanpa tuannya.     

Nita melayangkan pandangannya ke seluruh area parkir di luar gedung pusat perbelanjaan, dia melihat sebuah kursi yang berada tidak jauh dari mobilnya. Dan terduduk di kursi tersebut.     

"Apa aku boleh menangis? " Nita bicara pelan dengan dirinya sendiri.     

Sambil terduduk dia melamun sendirian untuk waktu yang lama, terdengar suara keroncongan di dalam perutnya. Dia merasakan kelaparan saat ini, dan tidak membawa uang sepeserpun. Semakin membuatnya ingin menangis sekencang-kencangnya. Mengasihani dirinya sendiri yang terlunta-lunta malam ini.     

"Nita " suara seorang laki-laki terdengar memanggilnya dari arah sampingnya.     

Nita menolehkan pandangannya ke arah disamping kirinya dimana suara seseorang memanggilnya.     

"Pak aditya " ucap Nita pelan, dia melihat sosok gagah yang berjalan menghampirinya. Entah di sengaja atau tidak, dia merasa tuhan selalu mengirimkan Aditya ketika tidak sedang bersama yoga untuk kejadian yang begitu kebetulan ini.     

"Tadi aku ragu-ragu memanggilmu " ucap aditya ketika berdiri disampingnya, matanya memandangi penampilan baru Nita. Dia tidak ingin cepat-cepat mengedipkan matanya hanya untuk dapat memandangi keindahan di hadapannya, dia menyukai penampilan nita sekarang ini. Begitu sesuai dengan wajah dan karakternya.     

Tatapan aditya pada nita membuatnya begitu malu, cara dia memandangi nita begitu terlihat bahwa laki-laki itu tengah menilai penampilan barunya.     

"Saya kebetulan sedang bermain disini, pak " nita memaksakan diri untuk tersenyum, meneutupi kenyataan menyedihkan yang dialaminya.     

Aditya tersenyum menganggukan kepala, "aku senang kamu baik-baik saja di masa cutimu "     

"Iya, terima kasih pak "     

Nita tiba-tiba meringis memegang perutnya, kali ini isi dari perutnya sudah tidak bisa diajak berkompromi olehnya, mereka sudah tidak bersabar ingin diberikan makanan. Sepertinya mereka tahu bahwa orang yang berada dihadapannya itu akan bisa membantunya mengatasi rasa lapar dan kepikunannya tidak membawa uang.     

"Kamu kenapa? " Aditya bereaksi terlalu berlebihan ketika melihat Nita yang meringis.     

Nita kebingungan akan memberikan jawaban seperti apa pada atasannya itu, jika dia berbicara bohong pastinya dia akan kelaparan. Dan kalaupun dia bicara pasti itu akan sangat mempermalukannya. Dilema besar tengah beradu di ujung bibir Nita.     

"Sewaktu kesini saya lupa tidak membawa dompet pak, jadi saya tidak bisa membeli makanan... " Nita akhirnya memutuskan untuk mempermalukan dirinya sendiri daripada harus mati kelaparan.     

"Perut saya sakit karena belum makan! " Dan di dalam hati Nita pun bergejolak, antara teriakan tangis dan rasa malunya. Wajahnya seketika memerah.     

Setelah tadi dia menjadi seorang supir dadakan, saat ini tiba-tiba berubah harus menjadi pengemis yang meminta atasannya untuk meminjamkannya uang supaya dia dapat membeli makanan yang akan membuat perutnya berhenti memarahinya dengan suara-suara anehnya. Betapa malangnya nasib Nita hari ini.     

Aditya terlihat menahan tawanya, dia semakin dibuat nita gemas memperhatikan setiap tindakan dan ucapannya.     

"Kebetulan aku juga belum makan, kita makan sama-sama " Aditya rela berbohong hanya untuk dapat membawa Nita agar mau menerima tawarannya.     

Nita tertegun, "tapi, pak aku pinjam saja uang. Aku akan makan di tempat itu saja "      

Tangan Nita menunjuk ke arah luar mall yang berjajar penjual makanan malam hari di emperan jalan-jalan.     

"Boleh juga " jawaban aditya diluar dugaan nita, dia justru menerima tantangan nita.     

Nita semakin tidak percaya dengan yang menimpanya hari ini, dia hanya mematung dan kebingungan. Dia tidak mungkin mengajak atasannya untuk makan di tempat seperti itu walaupun mungkin Aditya tidak akan mempermasalahkannya.     

"Kenapa masih diam? " Aditya menanggapi sikap diam Nita kali ini.     

"Kamu malu makan denganku? "     

"Bukan, pak " Nita menjawab dengan cepat, dia tidak boleh membuat aditya tersinggung oleh penolakannya. Dia lalu menghela nafasnya untuk beberapa detik.     

"Bapak tidak boleh makan di tempat itu " ucap Nita tanpa memberikan alasan pasti, "aku ikut saja, di tempat mana pak Adit akan makan. Aku ikut! "     

Aditya tertawa kecil, dia begitu bahagia ketika Nita menerima ajakannya.     

"Baiklah, kamu ikuti aku " dia berjalan lebih dulu dengan diikuti oleh nita dari arah belakang.     

Aditya sengaja membawa nita ke sebuah restoran yang menyajikan makanan khas Korea yang dia tahu Nita sangat menyukainya.     

"Pak Adit, bolehkan aku minta pembayarannya nanti setelah aku mendapatkan gaji " nita berkata pelan untuk membuat hanya Aditya saja yang mendengarnya.     

Aditya dibuatnya tertawa lagi, "iya baiklah, tapi harus kamu sendiri yang memberikannya padaku! "     

Nita tersenyum menganggukan kepalanya, dia dengan begitu polos menerima persyaratan dari Aditya yang sebenarnya menyimpan keinginan untuk bisa kembali bertemu dengannya begitu dekat.     

"Makanlah dulu makananmu " Aditya berkata sebelum dia menyeruput jus yang dipesannya.     

"Pak Adit, tidak makan? " Nita keanehan setelah begitu lama menunggu hanya ada minuman di hadapannya.     

"Kamu makan saja dengan tenang, aku akan dengan senang hati menunggumu walaupun untuk waktu yang lama " entah disadari atau tidak oleh Nita, Aditya menyimpan arti lain dari ucapannya tadi. Tapi sepertinya Nita tidak menyadarinya, karena dia begitu serius menyantap makanan yang dipesannya tadi.     

"Apa kamu kesini bersama dengan dokter Elsa? " Aditya dengan ragu melontarkan pertanyaan kali ini pada Nita, karena dia merasa hal ini sudah berada di jalur pribadi.     

Nita tersenyum kecil dan menjawabnya dengan anggukan. Dia hanya begitu penasaran ketika di area parkir tadi melihat sosok Elsa yang dikenalnya.     

Aditya tersenyum ketika mengetahui Nita tidak tersinggung oleh pertanyaannya tadi.     

"Mengapa bisa tiba-tiba kamu bisa pergi dengannya? Bukankah kamu tahu dia itu mantan istri dokter yoga? Jarang sekali aku lihat wanita pergi bersama dengan mantan istri suaminya.."     

Raut wajah Nita berubah seketika, dia yang sedang mengunyah makanannya terlihat kebingungan menjawab pertanyaan dari atasannya itu.     

"Maaf jika pertanyaanku menyinggungmu " Aditya kembali mengkoreksi pertanyaannya, "aku bukan bermaksud mencampuri urusan pribadimu, tapi aku hanya aneh ketika tadi melihat kamu dengan dokter Elsa muncul dari dalam mobil. Dan sikapnya padamu terlihat tidak baik, apalagi kemudian dia meninggalkanmu sendirian.. "     

"Tidak terjadi masalah seriuskah? " Aditya kembali bertanya pada Nita. Dia memperlihatkan kekhawatirannya pada Nita, dan sedikit berharap ada celah untuk dapat menjadi teman untuk mendengar Nita berkeluh kesah padanya.     

"Tidak , pak " nita hanya memberi jawaban pendek pada Aditya, dia memperlihatkan senyuman dari wajahnya dan kemudian melahap kembali makanannya. Karena yang terpenting saat ini adalah mengisi perutnya yang kelaparan agar dia bisa kuat. Ya, kuat menghadapi kenyataan bahwa dia tengah di uji kesabaran yang bertubi-tubi. Tapi dia tidak akan mengeluh, jika dia merasa masih dapat menghadapi Elsa akan dia hadapi sampai manapun.     

"Kamu tahu kan, aku selalu khawatir padamu. Dan selalu menyimpan perasaanku di dalam hati yang paling kecil, sehingga tidak akan ada orang yang mengetahuinya.. "     

Nita tersedak mendengar pernyataan aditya yang tiba-tiba terdengar olehnya, dia memegang dadanya dan menepuknya pelan.     

Aditya yang terkejut segera memberikan Nita segelas air minum, untuk mengobatinya.     

"Pak Adit kenapa berkata seperti itu " nada bicara Nita sedikit geram, "apa pak Adit disorientasi wajah? Pak Adit bicara dengan Nita sekarang bukan pacar bapak "     

Aditya tertawa kecil, menertawakan kepolosan nita. Entah memang dia tidak menyadari atau dia memang sengaja mengalihkan pembicaraannya.     

"Lupakan saja " diapun menyudahinya, dan tidak akan mengatakan lagi perasaannya karena dia sadar pada apa yang tidak mungkin didapatkannya.     

"Aku akan dengan senang hati menunggumu untuk waktu yang lama pun " ucap aditya pelan sebelum dia kembali menyeruput minuman miliknya.     

Walaupun suara Aditya begitu pelan, tapi Nita dapat dengan jelas mendengarnya. Dia hanya berpura-pura saja tidak mendengarnya dan mengabaikannya. Nita hanya tidak ingin seperti terlihat memberikan satu harapan pada laki-laki yang selalu memberikan perhatian yang baik padanya.     

"Maaf, mengganggu " tiba-tiba seorang menghampiri nita dan aditya, "saya dari pihak restoran sedang mengadakan lomba foto pasangan terbaik, apakah kakak berkenan untuk mengikutinya? "     

"Tidak, terima kasih " jawab Aditya.     

"Ikut saja, pak " Nita terlihat antusias dengan sebuah hadiahnya. "Kita kan hanya berfoto, aku tidak keberatan " Nita beranjak dari duduknya dan memindahkan kursinya untuk duduk disamping Aditya, dalam hatinya berpikir yoga tidak akan memarahinya jika hanya berfoto. Dia menganggap ini sebagai rasa terima kasih karena telah menjadi dewa penolong disaat dia kesusahan tadi.     

Aditya terpaku dengan ucapan Nita, dia terkejut karena wanita itu bersedia untuk berfoto dengannya.     

"Baiklah saya foto, kak " lalu mengambil foto Nita dan Aditya dengan kamera polaroid yang dibawanya. Setelah dia memperlihatkan gambarnya lalu pegawai itupun pergi membawa foto mereka.     

"Apa ya hadiahnya.. " Nita terlihat berpikir dalam senyumannya. Dia kembali duduk di kursi semulanya.     

Aditya tersenyum menggelengkan kepalanya, dia tidak pernah bisa untuk tidak merasa gemas pada setiap Nita menunjukan wajah imutnya ketika berpikir seperti itu. Membuatnya semakin terlihat menarik.     

Tiba-tiba ponsel Nita berdering, dengan cepat nita mengambilnya ketika melihat nama Elsa di ponselnya.     

"Nita! " Suara elsa berteriak membuatnya malu dihadapan Aditya, karena sepertinya dia dapat mendengar teriakan Elsa walaupun dari ponselnya.     

"Aku sudah berada di depan mobil, sekarang juga kita pulang! "     

"Iya, baiklah " Nita segera menutup pembicaraannya dengan Elsa.     

"Pak Adit maafkan aku " ucap nita, "sepertinya aku harus pergi sekarang, tapi aku akan ingat nanti jika aku bekerja untuk mengganti semua makanan yang bapak belikan hari ini "     

"Pergilah " Aditya tersenyum lebar, "biar aku yang traktir untuk hari ini "     

"Terima kasih pak " setelah berterima kasih Nita dengan cepat meninggalkan Aditya sendirian, dia tahu ini sangat tidak sopan tapi dia harus melakukannya atau dia akan membuat Elsa memarahinya lagi nanti. Dia lebih takut ketika Elsa memarahinya dibandingkan oleh Aditya yang menjadi atasannya yang dia tinggalkan begitu saja.     

"Ponselnya tertinggal " seorang pegawai restoran memberikan sebuah ponsel pada Aditya yang sedang berada di kasir.     

"Terima kasih " Aditya tersenyum ketika melihat ponsel milik nita, dia mengambilnya dan memasukkannya di dalam saku jas nya.     

"Bisakah saya meminta foto itu untuk saya? " Aditya menunjuk ke arah fotonya yang telah diambil beberapa saat yang lalu.     

"Tapi ini untuk lomba " jawab petugas kasir restoran.     

"Aku tidak akan mengikutinya " jawab Aditya, "aku hanya ingin foto itu "     

"Baiklah "      

"Terima kasih " Aditya tersenang ketika mendapatkan sebuah foto dirinya dengan Nita. Kesenangannya seperti mendapatkan sebuah kenaikan jabatan yang begitu tinggi.      

Dia begitu senang dengan apa yang dilihatnya saat ini, sebuah gambar sosok wanita yang di kaguminya begitu lama. Berharap suatu hari nanti foto itu akan menjadi kenyataan, dan wanita itu akan tetap berada disampingnya untuk selamanya menjadi miliknya.     

Tawa Aditya muncul, menertawakan khayalan tingkat tingginya yang membuatnya terjatuh begitu keras ketika dia menyadarinya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.