cinta dalam jas putih

Sebuah Intropeksi Diri



Sebuah Intropeksi Diri

0"Kamu keterlaluan sekali! " Cetus yoga pada elsa yang sedang menyandarkan tubuhnya di sofa di ruang tidur.     

Dia hanya memijat-mijat keningnya ketika yoga memarahinya.     

"Kamu tahu dia baru saja pulih dari kuretase keduanya.. "      

Elsa beranjak dari duduknya, berjalan menghampiri yoga. Dan berdiri tepat di depannya.     

"Apa kamu sangat mengkhawatirkannya? " elsa bertanya dalam tawa kecilnya yang sinis.     

"Dia masih baik-baik saja sampai saat ini, kenapa kamu begitu repot! "     

Yoga terlihat menarik nafasnya, mengatur emosinya agar tidak memuncak.     

"Karena kamu tahu sendiri dia tidak akan bisa menolakmu, dia menghormatimu! "     

"Seharusnya kamu berpikir " yoga melanjutkan kembali ucapannya.     

"Ketakutanmu terlalu berlebihan " elsa lebih mendekatkan dirinya pada yoga, "kamu takut ketika dia bisa melakukannya sendiri nanti kamu akan dilupakan oleh Nita?kamu takut dia dapat melakukannya sendirian tanpa bantuanmu! "     

"Kamu selalu membuatnya seperti anak emas yang semua kehidupan pribadinya tidak boleh dia lakukan sendiri " celetuk Elsa, "kamu hanya tidak ingin membiarkan dia berusaha sendiri agar seolah-olah kamu selalu berada disampingnya, alasan klasik laki-laki! "     

Yoga terdiam tidak mengerti dengan alur pemikiran Elsa. Dia selalu memiliki pemikiran negatif pada setiap tindakan yoga. Karena dia tidak perlu menjelaskan alasan dia selalu terlihat menganak emaskan Nita seperti yang di sebutkannya, elsa tidak akan memerlukan itu. Seseorang yang sudah membencinya tidak akan menerima alasan apapun, karena itu akan terlihat seperti sebuah pembelaan diri yang sia-sia.     

"Kamu pasti akan merasa.. " sindir Elsa, "karena hal seperti ini juga pernah kamu lakukan padaku dulu, dan aku tidak mau nita seperti itu! "     

Elsa menyadari satu ucapan di luar kontrolnya, dalam waktu seketika wajahnya berubah menjadi merah.     

Dan yoga menyadari itu, dia teraneh melihat Elsa yang menjadi salah tingkah setelah berucap tadi, ada yang disembunyikannya dalam ucapan yang tidak terkontrol olehnya.     

"Maksudku, supaya dia merasakan seperti apa rasanya aku dulu diperlakukan olehmu! " Elsa meralat kembali ucapan terakhirnya, akan tetapi dia tidak dapat menutupi wajahnya yang terlihat gelisah.     

"Kamu harus tahu perbedaanmu dengan Nita? " dia terlihat tidak menghiraukan perkataan terakhir elsa, "jika kamu menganggap tindakanku dulu mengekangmu, tidak dengan Nita. Dia selalu membuat aku selalu merasa dia membutuhkan sebagai suami, dia terpelajar dan berpendidikan tinggi sama seperti semua wanita modern di luar sana. Tetapi ketika berhadapan denganku dan putramu, dia seketika berubah menjadi seorang istri dan ibu sejati! "     

"Aku bukan bermaksud membandingkan kalian " yoga melanjutkan perkataannya, "aku minta maaf jika kata-kataku ini salah, bukankah akan lebih baik walaupun usiamu berbeda jauh dengannya kamu belajar padanya.. "     

"Karena aku berharap suatu hari nanti kamu akan kembali membina rumah tanggamu sendiri dengan bahagia" kali ini yoga memberikannya sebuah saran yang begitu cantik pada seseorang yang pernah menjalin kehidupan rumah tangga dengannya.     

"Jangan mempermalukan dirimu sendiri dengan melakukan hal seperti ini " perkataan bijak yoga ini begitu dalam hingga dapat menembus dinding-dinding keangkuhan Elsa saat ini.     

"Kita memang tidak bersama lagi, tapi kita harus satu pemikiran untuk memperbaiki kesalahan kita dulu! "      

Elsa semakin dibuat yoga menjadi tidak nyaman, dia mulai merasakan sesuatu yang membuatnya harus menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.     

"Jika sudah selesai, kamu boleh keluar dari sini! " Cetus elsa, dia meninggalkan yoga sendirian dan berjalan menuju kamar mandi.     

Mencari kotak tisu untuk dijadikan sebuah tampon, menahan hidungnya yang mengeluarkan darah kali ini. Dia menengadahkan wajahnya, agar darah yang keluar dari hidungnya tidak semakin banyak.     

'Aku tidak dapat menahannya! ' ucapan elsa begitu bersamaan dengan tetesan air mata dari kedua ujung matanya, membuatnya sedikit kerepotan untuk menghapus darah dari hidungnya dan air mata yang tidak dapat ditahannya.     

Seandainya dia dapat menemukan kembali orang seperti yoga, dia tidak akan pernah menyesali keputusannya dulu. Dan karena dari semua yang dia temui hanya yoga lah yang terbaik dari semua yang mengerti bagaimana memperlakukan seorang wanita dengan baik dan menghargainya, membuatnya memendam penyesalan yang begitu besar.     

****     

Yoga berjalan pelan menuju ke arah kamar Axel, dan berdiri di sisi luar pintu yang tidak tertutup rapat. Dia membuka dan mendapati wanita yang di elu-elukannya tadi dihadapan elsa tengah terduduk di tempat tidur bersama putranya.     

"Kenapa ayah berdiri disitu? " Axel yang menyadari kehadirannya menghampiri yoga dan menuntun tangannya agar ikut berjalan masuk ke dalam kamar bersamanya.     

Axel memang benar-benar pandai mencairkan suasana menjadi terasa menyenangkan, dia memaksa ayahnya itu untuk duduk disamping nita dan menyimpan tangan yoga yang pada awalnya dia pegang di atas tangan Nita.     

"Bubu kelelahan, yah.. " Axel berkata pada yoga, dia yang tidak ingin melewatkan momen kekeluargaan ini duduk di pangkuan yoga.     

"Jadi, ayah temani bubu disini! " Perintahnya, "aku akan pergi ke tempat mba Mumu.. "     

"Axel disini juga bersama bubu " tangan nita mengusap lembut rambut Axel.     

Pangeran kecilnya itu menggelengkan kepalanya, "aku tidak boleh mengganggu orang dewasa yang saling mencintai ketika mereka berdua "     

Nita dan yoga seketika saling bertatapan dengan wajah tidak percaya mendengarkan ucapan axel kali ini, putra mereka yang telah berusia sembilan tahun membicarakan tentang dua orang dewasa yang saling mencintai. Hal yang pertama kali didengarnya dan membuat mereka malu sendiri, karena baik nita maupun yoga ketika seusia axel tidak pernah membicarakan tentang yang namanya cinta.     

Axel beranjak dari pangkuan yoga, dan segera berlari menuju ke arah luar kamar miliknya. Diapun tidak lupa menutup pintu kamarnya, membuat hanya yoga dan Nita yang berada di dalam kamar axel.     

Tawa nita muncul dengan wajah yang masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Axel.     

"Itu benar putraku? " Yoga pun begitu terlihat tidak percaya dengan perkataan Axel.     

"Atau putramu? " Dia kembali mengutarakan pertanyaan yang sama.     

Nita tertawa kecil, "iya dia memang putraku bukan putramu! "     

"Apapun yang diucapkannya, selalu membuat aku tersenang karena kelucuannya " nita melanjutkan ucapannya. Selain senang karena ucapan Axel, ada yang lebih membuatnya senang yaitu melihat wajah yoga yang sebagai ayah kandung Axel seperti seseorang yang mengalami syok hanya karena ucapan aneh putranya.     

"Aku senang melihat oppa dokter syok seperti itu.. " ucap Nita, "kelihatan tampan! "     

yoga yang mendapat pujian dari sang istri berubah seketika menjadi salah tingkah, dia berpura-pura batuk untuk menghilangkannya.     

"Coba aku lihat " yoga membawa kedua kaki Nita berada di pangkuannya, dan lalu memijat telapak kaki nita dengan lembut.      

Jika kali ini ada yang mengatakan padanya bahwa dia seorang budak cinta yoga akan mengakui dan menerimanya, karena tidak dapat dipungkiri wanita di sampingnya itu telah membuatnya merasa kembali muda dan seoalah-olah ini merupakan rasa jatuh cintanya untuk pertama kali.     

"Dimana elsa mengajarimu tadi? " Lalu yoga mengeluarkan pertanyaannya pada nita, dengan tangannya yang terlihat fokus memijat telapak kakinya.     

Nita sedikit berpikir untuk beberapa detik, "aku tidak tahu tempatnya, tapi disitu ada lapangan besar dengan gedung-gedung tidak terpakai seperti sebuah stadion olahraga yang dibiarkan karena rumput-rumputnya sudah terlihat tinggi.. "     

Yoga memikirkan tempat yang disebutkan Nita, dan sepertinya dia tahu dimana tempat yang nita sebutkan.     

"Berapa lama kamu sampai ke rumah dari tempat itu? "     

"Satu jam "      

Tiba-tiba seketika tawa yoga muncul mendengar jawaban Nita, dia begitu tidak dapat menahan tawanya itu.     

Nita mengernyit, "kenapa tertawa? "     

yoga mencoba mengatur antara tawa dan ucapannya, "sayang, kamu tahu tempat itu ada di belakang perumahan kita. Jika kita memakai kendaraan kurang lebih hanya dua puluh lima menit, dan mungkin dengan berjalan kaki akan menghabiskan waktu satu jam. "     

"Pantas saja Elsa marah " nita pun mengingat kejadian tadi, "tapi jangan di tertawakan, jahat nih oppa dokter! "     

"Aku kan tidak tahu daerah sekitar sini! "     

Yoga memang tahu istrinya itu tidak mengetahuinya, karena dia keluar dari rumah jika bukan berangkat bekerja, pergi ke sekolah axel, dan pergi bersamanya itupun dia yang mengantarkan atau pak itor.     

Dalam tawa yoga, di pikirannya terbesir rasa bersalahnya. Dia akhirnya mengerti maksud dari ucapan Elsa tadi, dan kali ini dia mengakui betapa keegoisan yang dia anggap sebagai perhatian sudah memberikan dampak buruk pada istrinya itu.      

Dia tidak menyadari bahwa istrinya itu lebih muda darinya, dan dia tidak pernah memberikannya sedikit kebebasan pada nita untuk melewati satu waktu untuk dirinya sendiri.     

"Jadi jika mobil yang kamu bawa setara dengan waktu orang berjalan, itu disebut juga mobil siput " ledek yoga, membuat mata nita terbelalak dan mengeluarkan jurusnya. Kedua tangannya menggelitik pinggang yoga, membuatnya terjatuh di atas tempat tidur.     

"Menertawakan kekurangan orang itu lebih jahat! " Nita terus menggelitik yoga, membuatnya kegelian dan tidak dapat menghentikan tawanya.     

"Iya, aku menyerah. Aku minta maaf.. "  yoga mengibarkan bendera putih, dia mengakui kekalahannya pada Nita.     

"Janji terlebih dulu " Nita tidak lantas menghentikan serangannya sebelum mendengar yoga berjanji tidak akan menertawakannya lagi.     

"Iya aku janji.. " ucap yoga, perlahan-lahan tawanya memudar. Dan kini hanya tinggal senyuman di wajahnya yang memandangi Nita yang terduduk.     

"Kemarilah " yoga membawa nita untuk berbaring disampingnya, menyandarkan kepalanya di lengan yoga.     

Nita mengikutinya dan berbaring di samping yoga.     

"Maafkan aku karena tidak memberikanmu kesempatan untuk menjadi seseorang yang mandiri " yoga mengakui kesalahannya kali ini pada Nita.     

"Kenapa bicara seperti itu.. " Nita menyampingkan posisi tidurnya, memandang yoga.      

"Oppa dokter kenapa bicara seperti itu? " Ucapan nita bernada sedih, "aku tidak pernah berpikiran seperti itu, oppa dokter kan pemimpin rumah tangga jadi aku ikut-ikut saja. Mau ke jalan yang benar atau salah kan jadi tanggung jawab oppa dokter.. "     

Yoga tersenyum lebar, karena memang seperti inilah sifat nita. Dia tidak akan pernah menyalahkan apapun yang dia putuskan, apapun itu istrinya akan selalu dengan senang hati menerimanya. Dia tidak pernah memiliki pemikiran negatif padanya yang menjadi nilai tambah untuknya.     

"Kamu tidak marah pada Elsa? "      

Nita menggelengkan kepalanya, "hal seperti tadi sudah biasa aku dapatkan sewaktu kuliah "     

"Kakak kelasku di asrama dulu lebih galak dari dokter Elsa, jadi hal tadi itu bukan seberapa! "     

Yoga tertawa kecil, mengusap rambut Nita dengan lembut.     

"Kamu tahu aku beruntung bisa memilikimu, ingatkan aku jika ada kesalahan. Aku akan berusaha untuk mengintropeksi diri berubah menjadi lebih baik.. "     

"Kamu sudah terbaik! " nita mengusap pipi yoga dengan lembut.     

Dia juga akan sangat merasa beruntung mendapatkan laki-laki yang begitu mengerti wanita, menghormatinya dan selalu mendukung pekerjaannya..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.