cinta dalam jas putih

Memulai dari awal kembali



Memulai dari awal kembali

0Telinga nita masih berdengung ketika dia merasakan dingin pada sekujur tubuhnya, matanya masih sulit dia buka. Membuatnya ingin berteriak dan menangis sekencang-kencangnya.     

Akan tetapi dia begitu sulit melakukannya, hanya tetesan air mata yang keluar dari sudut matanya terasa membasahi pipinya.     

"Kamu akan baik-baik saja.. " suara khas milik yoga adalah suara pertama yang dapat di dengarnya, Nita pun dapat merasakan usapan lembut yoga menghapus air matanya dan kemudian mengusap rambutnya.     

Setelah beberapa waktu berlalu, nita pun dapat membuka matanya secara perlahan. Sosok pertama yang ditangkapnya pun adalah yoga yang dengan sabar menemaninya      

"Semua sudah selesai! " Yoga berpindah posisi, dia terduduk di samping nita di tempat tidur yang sama dengannya.     

Senyuman lemah terlihat diwajah Nita, dia menatap ke sekeliling ruangan. Semua telah berganti, bukan lagi ruang IBS yang dingin dan mengerikan untuknya. Dia telah terbaring di ruang perawatan.     

"Istirahatkan saja " usapan lembut kembali yoga berikan di rambut nita, dia memandangi nita dengan tatapan yang penuh kelembutan.     

Wanita yang terbaring lemah dihadapannya itu hanya bisa menjawab dengan anggukan kepalanya, tanpa ada sisa tenaga. Sistem syarafnya masih terdapat efek-efek obat anestesi yang membuatnya tidak berdaya.     

"Kamu wanita yang hebat " yoga mencium kening nita, dia hanya terlalu kebingungan untuk mengekspresikan rasa bahagianya karena kali ini nita dapat melalui tindakan kuretase dan tidak terjadi hal yang dia takutkan seperti di kuretasenya yang pertama.     

"Oppa dokter " suara pertama nita terdengar, "panggilkan perawat, aku... "     

Ucapan nita terputus karena dia dengan cepat menutup mulutnya dengan satu tangannya. Dia menahan rasa mual yang muncul dengan tiba-tiba, dan seperti ada satu tahanan dari dalam perutnya yang begitu kuat membuatnya ingin memuntahkan semua isi dari dalam perutnya.     

"Sebentar " yoga bergegas turun dari tempat tidur, menuju ke suatu tempat dan dengan cepat dia kembali kehadapan nita. Membawakan sebuah bengkok dan dibawanya kehadapan nita.     

"Muntahkan saja " ucap yoga, "itu efek dari anestesi tadi.. "     

Nita menyipitkan matanya, dia tidak ingin membuat yoga melihatnya memuntahkan sesuatu. Dia tahu, tidak semua petugas kesehatan akan baik-baik saja melihat seseorang muntah. Nita begitu malu jika suaminya itu melihat keadaannya sekarang ini.     

"Apa? " Dahi yoga berkerut ketika melihat satu tangan nita menunjuk ke arah belakangnya. Itu seperti sebuah perintah padanya untuk balik kanan dan jangan melihat nita ketika dia sedang muntah.     

Yoga tersenyum mengerti apa yang dimaksudkan oleh istrinya itu, dia lalu berpindah. Ketika Nita sudah tidak dapat lagi menahan rasa mualnya, yoga berdiri di belakang nita dan justru membantunya memberikan pijatan di leher belakang nita.     

"Hal kecil seperti itu tidak akan membuatku membiarkanmu sendirian! " Cetus yoga, dia lalu membersihkan wajah nita dengan handuk kecil yang sudah dibasahi nya.     

"Kamu berkeringat " dia dengan sentuhan lembutnya mengusap keringat yang berada di wajah dan leher Nita.     

"Kamu mau mengganti pakaianmu? " Tanya yoga, "karena keringat akan membuatmu tidak nyaman ketika istirahat "     

Nita masih dapat tersenyum di sisa-sisa efek obat anestesi yang didapatnya, yoga tidak memberikan perawatan sekecil apapun pada perawat ruangan. Semua dia sendiri yang lakukan, menggantikan pakaian nita pun dilakukan oleh yoga sendiri.     

'Coba siapa yang tidak iri padaku? ' cetus nita dalam hatinya, ketika dia telah selesai berganti pakaian dan mendapati suaminya itu merapikan kembali pakaian ke dalam tasnya.     

'Cuma ada satu dan sudah menjadi milikku! " Umpatannya dalam hati, matanya masih terus memperhatikan semua gerakan dari suaminya itu.     

"Masih pusingkah? " Yoga kembali duduk disamping nita.     

"Tidak "     

"Kamu mau aku merubah posisi tidurmu menjadi semi Fowler? "      

Nita menjawab dengan anggukan kepalanya, yoga menekan tombol disamping tempat tidur dimana Nita terbaring.      

Merubah posisi tidurnya menjadi setengah duduk, dan kali ini mereka telah duduk berhadapan.     

"Terima kasih " nita mengusap pipi yoga dengan tangannya yang masih terpasang infus.     

"Itu semua sudah kewajiban ku! " Ucap yoga, dia tersenyum lebar melihat wajah Nita yang berangsur-angsur terlihat segar. Dia dapat pulih dengan cepat, wajah Nita yang pada awalnya begitu pucat telah terlihat kembali memerah. Tetap terlihat cantik walaupun dia baru saja melewati tindakan yang berbahaya.     

"Oppa dokter "      

"Ya? "     

Nita tersenyum malu, dia terlihat menarik-narik lengan baju suaminya itu.     

"Ada apa? "      

"Aku.. " nita terlihat melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan rawat inap.     

Yoga teraneh melihat sikap nita seperti itu, "apa kamu pusing? "     

"Aku lapar! " Cetus Nita.     

Seketika tawa kecil yoga muncul, mendengar jawaban mencengangkan dari seorang wanita yang beberapa saat lalu terbangun dari efek bius karena kuretase.     

"Aku kan harus puasa dari jam tiga subuh! " Cetus Nita, dan melihat ke arah jam di dinding. "Dan sekarang sudah jam dua siang! "     

"Perutku keroncongan! " Lanjut nita.     

"Tapi pak itor belum datang " yoga menyimpan kedua tangannya di pipi yoga, dia sudah dapat menghirup napas lega ketika melihat istrinya itu sudah mempunyai keinginan kembali.     

"Oppa dokter saja yang beli! " Nita mendorong kecil tubuh yoga, "aku tidak apa-apa sendirian, aku lapar! "     

Yoga menarik nafasnya dalam-dalam, "iya baik "     

Dia segera beranjak dari duduknya, "jangan melakukan hal apapun ketika aku pergi! "     

Nita tersenyum, "iya, siap! "     

"Belikan aku nasi goreng, ramen, dan makanan pedas-pedas! "      

Gelengan kepala terlihat dalam senyuman yoga mendengarkan keinginan aneh dari istri kesayangannya itu, dia lalu melangkahkan kakinya menuju ke luar ruangan untuk membawakan nita makanan.     

Senyuman di wajah nita perlahan hilang seiring dengan perginya sosok yoga, dia mencoba menginjakan kedua telapak kakinya di lantai. Lalu dia mencoba untuk berdiri diantara kedua kakinya sendiri, tangannya masih berpegang pada sisi tempat tidur.     

'Aku bisa.. ' ucap nita dalam hatinya, ketika melangkahkan kakinya secara selangkah demi selangkah menuju kamar mandi. Dengan segera dia masuk ke dalamnya, menutupi wajahnya yang tidak dapat menahan air matanya.     

Setelah begitu lama menahan rasa sakit hatinya melihat semua yang telah yoga lakukan padanya, dia tidak dapat memberikan kebahagiaan pada suaminya saat ini. Hanya memberikannya kesusahan karena harus merawatnya.     

'Aku hanya meminta Tuhan memberikanmu kebahagiaan saja, jangan ada lagi yang membebanimu! ' ucap nita dalam hatinya, dia mencoba untuk tidak menangis lagi. Berusaha mengatur nafasnya, dan menyebut nama tuhan untuk tidak menangis lagi. Karena itu akan membuat yoga curiga melihat matanya yang memerah nanti. Dia mengipaskan satu tangan di wajahnya, terdiam untuk beberapa saat didalam kamar mandi.      

"Mataku tidak boleh terlihat merah! " Cetus nita memandangi dirinya sendiri di depan cermin, fokus pada matanya yang masih memerah.     

Lamunannya muncul ketika dalam pandangannya di sebuah cermin, kekuatan kali ini sangat berbeda pada kuretasenya yang pertama. Dia hanya berpikir selalu ada pelangi indah setelah badai besar yang dilewatinya, apa yang sudah direncanakan tuhan harus diterimanya dengan baik, karena hidup itu berjalan kedepan. Mulai saat ini dia harus menutup buku masa lalunya, dan memberikannya sebuah judul 'kenangan terindah '.     

'Sudah tidak terlihat! ' umpat nita dalam hatinya, memperhatikan matanya yang menurutnya telah terlihat seperti semula. Dia harus bergegas kembali ke tempat tidur, atau nanti yoga akan memarahinya karena melanggar peraturan yang yoga buat tadi.     

Cairan infus yang nita pegang mendadak terjatuh ketika dia membuka pintu kamar mandi, bersamaan dengan seseorang yang membuka pintu ruangan dimana dia dirawat.     

"Ibu! " Seketika semua orang berteriak histeris melihat nita yang berdiri di depan pintu kamar mandi dengan cairan infus tergeletak di lantai.     

Nita tertegun melihat seluruh staf ponek berjalan cepat ke arahnya, mereka menuntun dan memegang infus yang terpasang pada nita. Dengan cepat membawanya ke tempat tidur.     

"Ini yang di kuret terlalu kuat! " Cetus aline seraya membenarkan posisi infus Nita yang telah di penuhi darah.     

"Kenapa tidak memanggil perawat, Bu! " Erin memasang wajah khawatirnya.     

Nita menyimpan satu jarinya di depan mulutnya, diperlihatkan pada erin. Dia ingin erin dan aline tidak membahasnya, karena yoga sudah mendengarnya raut wajahnya terlihat berbeda membuat nita tidak memberanikan dirinya untuk menatapnya.     

Tidak lama setelah stafnya yang telah memenuhi ruangan, muncul dua orang laki-laki yang selalu menempel padanya. Sosok dokter edwin dan aditya telah berdiri dihadapannya. Dengan masing-masing tangannya yang sudah memegang sesuatu yang pastinya akan mereka berikan untuk nita.     

"Terima kasih pak Adit, dokter Edwin, sudah mau menjenguk saya " ucap nita pada dua laki-laki yang selalu berada di dekatnya ketika mendapatkan kesusahan sekecil apapun.     

"Aku hanya kesal karena tidak bisa menikah dengan putri dokter yoga! " Cetus dokter edwin, "kebetulan aku baru dapat oleh-oleh dari keluargaku yang baru berlibur dari Korea "     

"Ini! " Dia menyimpan sekotak coklat di pangkuan nita, "dan ini aku bawakan bunga untukmu! "     

Lalu satu buket bunga mawar kuning diatas kotak coklat yang diberikannya tadi.     

"Dan ini cerita terbaruku! " Dan untuk yang terakhir dia menyimpan satu buku novel berjudul 'Kim min rae' pada nita, di pangkuannya sudah bertumpuk begitu banyak pemberian dokter edwin.     

"Wow! " Cetus Nita pelan, dia terkejut dengan semua yang diberikan oleh dokter Edwin padanya sebagai bukti kepeduliannya pada Nita.     

"Terima kasih dokter " nita tersenyum lebar ke arah dokter Edwin.     

Dan kali ini pandangannya beralih pada sosok Aditya yang berdiri di samping kanannya.     

Dia tersenyum ke arah Nita, "kamu benar-benar lebih hebat, sangat diluar dugaan! "     

"Seperti baru saja aku melihatmu masih dalam efek obat " ucapnya, "dan sekarang kamu telah kembali seperti Nita yang kemarin aku lihat, wanita yang penuh kekuatan! "     

Nita tersenyum lebar, "terima kasih pak, semua ini karena doa dari teman dan keluarga terbaik saya.. "     

"Gunakanlah waktu cutimu untuk beristirahat dengan baik " ucapnya, "untuk sementara waktu jangan pikirkan tentang pekerjaanmu, pikirkan saja kesehatanmu terlebih dulu "     

"Baiklah, terima kasih pak "     

"Ini untuk menemanimu ketika cuti nanti " dia lalu menyimpan sebuah buku disamping nita, karena semua tangannya sudah dipenuhi oleh pemberian dokter edwin tadi.     

"Yakinlah pada apa yang kamu percayakan untuk mengubah hidupmu lebih baik " kata-kata bijak muncul dari bibir Aditya khusus dia berikan untuk nita.     

Nita tersenyum kecil menoleh ke arah buku yang diberikan oleh aditya, sebuah buku yang begitu terkenal dan menjadi buku paling memberikan inspirasi hidup yang ditulis oleh penulis terkenal stephen M.R covey berjudul 'the speed of trust' sebuah buku yang seperti pernah dia lihat didalam mimpinya dulu. Dan saat ini menjadi sebuah kenyataan telah berada di sampingnya.     

"Bu, bagi kami satu saja cowok-cowok kerennya! " Bisik shasya ketika kedua atasannya bicara dengan kepala ruangan mereka.     

"Jiwa kejombloan kami meronta-ronta Bu! " Kali ini ucapan Rafa membuat semua orang yang berkumpul tertawa, mereka menghibur nita.     

"Ibu kan sudah punya dokter yoga " ucap erin, dia berani berbicara ketika ketiga atasannya itu sudah tidak berada di ruangan dimana mereka berkumpul sekarang.     

"Berikan pak aditya untuk saya Bu.. " Erin memasang wajah memelas menempelkan kedua telapak tangannya, "kalau pak aditya mau menerimaku, akan kubuat hidupnya berfaedah! "     

Dan tidak ada yang tidak tertawa mendengarkan ocehan erin kali ini, Nita pun dibuatnya tertawa. Walau dengan satu kesedihan, tidak dapat melihat tari di tengah-tengah mereka.     

"Sudah, kita harus memberikan waktu kepada kepala ruangan kita untuk beristirahat! " Karin kali ini membenarkan posisi selimut yang di pakai Nita, dia membantu membereskan semua barang-barang yang diberikan oleh dokter edwin dan pak aditya.     

"Cepat sembuh! " Karin memegang tangan Nita.     

Ucapan sahabatnya itu memberikan satu semangat pada diri Nita, "aku titip ponek padamu untuk sementara waktu.. "     

"Siap " ucap Karin.     

"Kalian semua bekerja samalah dengan baik dan jaga kesehatan kalian " ucap Nita pada seluruh stafnya yang berada di hadapannya.     

"Baik, bu " mereka semua menjawab dengan kompak, dan memberikan pelukan pada nita sebelum akhirnya mereka berpamitan.     

***     

Suasana sepi begitu terasa ketika malam menjelang, nita tidak dapat memejamkan matanya malam ini. Dia begitu tidak tega untuk membangunkan yoga yang terlelap di sofa yang berada di dekat tempat tidurnya.     

'Tadi pagi aku tidur seharian, dan sekarang aku sulit tidur! ' cetus Nita dalam hatinya, dia sudah mengganti posisi tidurnya, berbalik ke sebelah kanan dan saat ini telah berubah ke sebelah kiri.     

"Ada apa? " Suara yoga di belakangnya membuat Nita seketika berbalik karena terkejut. "Apa yang kamu rasakan? Kenapa tidurmu gelisah seperti itu? "     

"Aku tidak bisa tidur " rengeknya pada yoga, "aku sama sekali tidak mengantuk! "     

Yoga tersenyum kecil mendengar rengekan Nita, dia membawa sesuatu dari dalam tasnya sebelum akhirnya dia berbaring disamping nita di tempat tidur yang sama.      

Memberi pelukan di belakang Nita, dan memasang headset di telinga kirinya.     

"Kita mulai kembali semuanya dari awal " yoga memegang erat tangan nita, "semua harus kita lalui bersama.. "     

Nita tersenyum, musik piano 'Canon' yang diputarkan oleh yoga untuknya seolah memberikan ketenangan padanya saat ini. Musik itu seolah telah menghipnotisnya dalam hitungan beberapa detik.     

Nita berbalik ke arah yoga, saat ini mereka saling berhadapan.     

"Terima kasih sayangku, hari ini sudah menemani dan merawatku dengan begitu baik.. " nita mengusap pipi yoga, "semoga tuhan membalas kebaikan suamiku ini dengan kebahagiaan yang berlipat ganda! "     

"Dan kebahagiaanku adalah melihat senyumanmu dan Axel " ucap yoga mengecup kening Nita, permintaannya pada tuhan saat ini hanya satu. Untuk tidak membuat wanita yang berada dalam pelukannya itu kembali diuji kesabaran yang begitu berat...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.