cinta dalam jas putih

Cahaya redup



Cahaya redup

0"Bukankah hasilnya negatif, kenapa masih terlihat sedih seperti itu? " Yoga mendapati nita yang sepulang dari rumah sakit tadi terlihat aneh, dia terlihat larut dalam lamunan ketika menyendiri.     

Kali ini wanita itu berdiri di sudut kamar, menatapi suasana diluar rumahnya dari arah jendela kamarnya.     

"Oppa dokter percaya dengan ramalan? " Tanyanya, tatapannya tetap fokus pada sesuatu diluar jendelanya meskipun yoga sudah berdiri di belakangnya.     

"Ramalan seseorang tentang kita, ketika kehidupan orang tersebut akan berhenti! " Lanjut Nita, dia memainkan jari telunjuknya di kaca menggambar sesuatu abstrak yang tidak berbentuk.     

Yoga tersenyum tipis menanggapi ucapan Nita, sepertinya wanita kesayangannya ini telah begitu banyak dihadapkan dengan berbagai kepelikan dalam pekerjaannya yang sangat berat akhir-akhir ini. Dia memeluk nita dari arah belakang dan menempelkan dagunya di bahu nita.     

"Lihat aku! " Cetus yoga.     

Nita menoleh ke arahnya dan senyumnya muncul diantara kesedihannya.     

"Bagaimana kalau besok kita mengunjungi pamanmu? "      

"Atau kita pergi ke pantai supaya beban pekerjaanmu hilang? " tanya yoga kembali, "atau kamu mau kita berdua ke hotel yang pernah kita kunjungi dulu? "     

Yoga mengedipkan kedua matanya beberapa kali ke arah Nita, membuat wanita dalam pelukannya itu tertawa kecil.     

"Genit! " Cetus nita memencet hidung yoga.     

"Aku sudah seperti boneka belum? " Setelah bertanya seperti itu, yoga menertawakan pertanyaannya sendiri. Diikuti oleh tawa nita yang begitu gemas melihat tingkah konyolnya yang menirukan gaya boneka cantik. Seketika dia melupakan ramalan yang di ucapkan wanita tua tadi. Yoga pasti tidak akan pernah mengijinkannya cemberut sedikitpun, dia pasti akan selalu mengganggunya.     

"Pak aditya sudah bilang padamu? " Tanya yoga kembali, "tentang tari "     

Nita menggelengkan kepalanya, "tentang apa? "     

"Tari mengundurkan diri hari ini " jawabnya, "dan pak aditya menanyakan padaku orang yang akan menggantikannya.. "     

'Dia bahkan tidak berpamitan denganku! ' cetus nita dalam hatinya, dia merasa mungkin ada satu kesalahan pada dirinya sehingga tari tidak membicarakannya terlebih dulu padanya.     

"Kamu mau aku masukan siapa? " Pertanyaan dari yoga membuatnya kembali fokus pada laki-laki yang memeluknya itu.     

Nita tersenyum kecil, "terserah oppa dokter saja.. "     

"Kamu mau aku masukan ivanna atau Dewi? " Yoga tiba-tiba memberikannya satu pilihan aneh, "kamu masih mau memberikan mereka pelajaran karena tidak menyukaimu? "     

Dahi nita berkerut, dia tertawa kecil mendengarkan tawaran dari suaminya itu.     

"Sejak kapan oppa dokter jadi pendendam seperti ini! " Cetusnya, dia mencubit kecil kedua pipi yoga dan memainkannya seperti sebuah mainan squishy. Membuat Nita tidak dapat menahan tawanya.     

"Jadi siapa yang kamu mau untuk mengganti tari? " Yoga sulit untuk berbicara karena nita masih memainkan pipinya.     

"Siapa saja " jawab nita, "tapi jangan mereka, kasihan nanti mereka tersiksa karena harus berada di bawah instruksi aku, itu pasti akan mencabik-cabik harga diri mereka. Pekerjaan yang mereka lakukan pun pasti bukan dari dalam hati mereka, biarkan mereka nyaman di pekerjaan mereka sekarang.. "     

Yoga tersenyum menganggukan kepalanya dia masih merelakan pipinya dipermainkan seperti itu oleh istri kesayangannya itu.     

"Rugi sekali mereka tidak bersama dengan orang pandai seperti ini! "      

Nita tersenyum kecil, "tidak apa-apa, yang terpenting adalah aku tidak akan merugikan hidup siapapun. Tidak semua orang akan suka dengan kita dan tidak semuanya benci dengan kita! "     

"Tiga hal yang menghancurkan hidup kita itu amarah, keangkuhan dan dendam! " Nita melanjutkan ucapannya, kali ini nita merasakan satu kehampaan dalam hatinya yang muncul tiba-tiba. Dia seperti merasa kehilangan sesuatu yang biasa menemaninya.     

Nita terlihat berpikir dalam waktu beberapa detik, sepertinya ada hal yang sedang dia pikirkan sampai wajahnya begitu serius dihadapan yoga.     

"Ada apa? " Dia begitu penasaran dengan apa yang dipikirkan nita.     

"Kenapa aku merasa sepertinya ada yang hilang dalam diriku, aku merasakan kesepian sekarang ini.. "     

Mendengar ucapan istrinya itu, yoga teraneh. Sedari tadi dia berada di hadapannya dan tidak melepaskan pelukannya. Tetapi nita masih merasakan kesepian.     

"Sebaiknya kamu istirahat.. " yoga membawanya ketempat tidur.     

"Jangan kemana-mana! " Nita berbaring di samping yoga, dan merebahkan kepalanya di dada yoga.     

"Aku merasa sepi sekali saat ini.. " nita melingkarkan satu tangannya di pinggang yoga.      

Mencoba menutup matanya dalam kegundahan dalam dirinya yang muncul tiba-tiba. Ketika perasaan bersalahnya muncul mendengarkan rekan kerjanya itu mengundurkan diri tanpa berpamitan terlebih dahulu padanya.     

Dahi yoga berkerut ketika memandangi wajah nita yang tertidur pulas.     

'Apa yang membuatmu sesedih ini! ' ucapnya dalam hati, dia mengusap lelehan air mata di ujung mata nita yang sepertinya tidak disadari olehnya. Air mata itu muncul ketika dalam tidur lelapnya.     

Membuat yoga seketika ingin masuk ke dalam mimpi istrinya itu, dia begitu ingin mengetahui mimpi yang membuat air mata nita muncul.     

***     

Nita menghampiri edna yang tengah terduduk mencatat laporan harian pasien poliklinik.     

"Serius sekali! " Suara nita mengejutkannya, dan membuat pekerjaannya itu terhenti seketika.     

Sahabatnya itu tersenyum ke arah Nita yang sudah terduduk di sampingnya.     

"Nyonya dokter tumben ke poli! " Bisik Edna, "kamu mau periksa pasien dokter ya? "     

Nita mengernyit, "Pasien dokter? "     

Edna terkekeh, dia mendekatkan bibirnya di telinga Nita.     

"Sudah beberapa hari ini dokter selalu didatangi pasien itu! " Bisik Edna, "dia masih muda, cantik, seksi! "     

Nita tertawa kecil, kedatangannya hari ini adalah untuk melihat perkembangan kehamilannya. Tetapi ternyata dia mendapatkan informasi penting tentang suaminya itu.     

Tidak lama ketika mereka tengah mengobrol pintu ruang pemeriksaan terbuka, muncul seorang wanita tinggi, berkulit putih dan berambut ikal panjang tergerai di bawah bahunya. Mata indahnya menatap ke arah Nita, dan senyumannya muncul ke arahnya. Karena dia penggila drama Korea wanita itu terlihat seperti artis Yoo in na di mata Nita.     

"Terima kasih dokter! " Suara yang keluar dari mulutnya terdengar begitu lembut di telinga Nita.     

Kali ini mata nita berganti ke arah suaminya yang terkejut melihatnya yang sudah terduduk di hadapannya.     

Senyuman yoga terlihat berbeda, "sama-sama "     

Yoga terlihat mengantar wanita tersebut sampai ke depan pintu ruang poli kebidanan.     

'Jadi sekarang pasiennya cantik-cantik seperti ini, diantar juga sampai depan pintu!' cetus Nita dalam hatinya, bibirnya masih merekah dan menunjukan senyuman. Tapi tidak ada yang mengetahui bahwa dia tengah cemburu dengan pasien cantik suaminya saat ini.     

'kenapa juga Edna tidak boleh berada di dalam sana! ' ada satu kekesalan dalam umpatannya itu,     

'jadi sekarang main privasi-privasi juga ya! ' nita terus mengumpat dalam hatinya.     

"Ada yang bakalan lempar-lempar piring nih! " Edna bicara pelan pada nita yang masih memperhatikan yoga yang mengantar pasiennya itu.     

Nita sempat tertawa kecil dalam kecemburuannya, sahabatnya itu selalu saja memunculkan kata-kata lucu.     

"Bukan mau lempar piring! " Cetus Nita, "aku kesini mau main dokter-dokteran dengan atasanmu itu! "     

Nita menunjuk ke arah perutnya, "ini hasil dari sering main dokter-dokteran! "     

Edna tertawa tanpa suara, menutup mulutnya. Agar yoga tidak mendengar tawanya, karena kali ini sepertinya telah tertular olehnya. Menjadi seorang yang suka mengeluarkan kata-kata yang lucu.     

Mereka seketika terdiam, dari tawa dan obrolan lucu mereka ketika melihat yoga berjalan ke arah Nita.     

"Ada apa? " Yoga lalu bertanya pada nita yang kedatangannya begitu tiba-tiba siang ini.     

Nita tersenyum beranjak dari duduknya, dia tidak menjawab pertanyaan yoga. Hanya melangkahkan kakinya menuju ke ruangan pemeriksaan, dan lalu terduduk di atas tempat tidur yang dipakai untuk memeriksa pasien.     

Yoga hanya terlihat menggosok-gosok hidungnya, menahan tawanya ketika nita tidak menjawab pertanyaannya.      

Dia terduduk di kursi di dekat tempat tidur yang Nita duduki.     

"Ada apa sayangku? " Yoga mencoba mengeluarkan rayuan mautnya.     

Nita menanggapi rayuan tersebut dengan senyuman, dia bersikap seolah tidak hal apapun yang terjadi.     

"Aku mau di periksa oleh dokter yang terkenal dan paling keren se rumah sakit ini! " Ucapan nita pun membuat tawa yoga tidak dapat tertahan.     

"Dengan senang hati aku akan periksa " yoga menanggapi ucapan Nita, "aku senang sekali mendapat pasien cantik seperti ini, sepertinya pemeriksaan yang akan dilakukan kali ini memakan waktu lebih lama... "     

"Aku akan senang sekali! " Yoga melanjutkan bualannnya.     

Di ujung pintu, Edna menggelengkan kepalanya melihat kelakuan suami istri dihadapannya sekarang. Mereka benar-benar seperti tengah melakukan permainan anak kecil, bermain dokter-dokteran. Mereka tidak terlihat seperti pasangan yang selalu romantis, sikap mereka masih seperti dulu. Terlihat jelas seperti seorang staf yang menghadap konsulennya, sangat kaku dan tidak ada romantis-romantisnya sama sekali.     

Edna lalu masuk dan berdiri di samping Nita.     

"Ayo berbaring ibu pasien! " Cetusnya pada nita.     

Nita tertawa kecil ketika edna menginstruksikan padanya untuk berbaring. Diapun mengikuti apa yang diperintahkan oleh sahabatnya itu.     

Terlihat edna menyelimuti kaki hingga perut bagian bawah. Menyimpan sedikit gel ultrasound tepat perut nita.     

"Silahkan pak dokter " ucapnya kemudian pada yoga, dia mundur beberapa langkah memudahkan yoga membawa probe usg dan berselancar di perut nita.     

Yoga tidak tampak memandangi wajah Nita, dia terlihat bersikap biasa saja ketika tadi sempat melihatnya keluar dari ruang pemeriksaan dan mengantarkan wanita muda tadi.     

Matanya kembali fokus ke arah layar USG, dia mensetting beberapa ukuran dari pemeriksaan awal. Senyumannya tiba-tiba memudar perlahan-lahan, dia lalu kembali melakukan setting kedua kalinya. Seperti tengah meyakinkan pemeriksaannya, menghidupkan suara yang khusus untuk mendengarkan bunyi jantung bayi, tetapi tidak terdengar apapun.     

"Ada apa? " Nita menangkap sesuatu yang tidak beres dari wajah suaminya itu, lalu matanya melihat ke arah layar USG dimana janinnya telah tampak.      

Terlihat oleh Nita, calon janinnya itu telah terbentuk walaupun hanya cikal bakal tulang belakangnya saja yang terlihat jelas. Kepalanya pun belum terbentuk dengan jelas, terlihat seperti berekor. Yang nita tahu akan menjadi tulang ekor dan nanti akan tumbuh kaki dan tangan-tangan kecilnya.     

"Apa pernah terjadi spootting? " Tanya yoga pada nita.     

"Tidak pernah " nita menjawab seraya memastikan kembali ingatannya, dia memang tidak pernah mengalami hal seperti yang yoga tanyakan.     

Wajah yoga terlihat berbeda, ada satu guratan kecemasan terlihat jelas padanya. Diapun tidak seperti biasanya begitu lama melakukan pemeriksaan yang sudah jelas-jelas terlihat olehnya hanya untuk memastikan sesuatu.     

"Nita " panggilnya.     

Dia lalu merubah posisi layar USG ke arah nita, agar dia dapat melihatnya dengan jelas. Satu jarinya menunjuk ke arah tepat di tengah-tengah janinnya.     

"Ini sudah delapan-sembilan Minggu, dan yang aku tunjuk ini adalah letak jantungnya " yoga terlihat begitu berat untuk melanjutkan ucapannya ketika melihat senyuman nita begitu bahagia dan antusias pada janinnya.     

"Tapi jantungnya tidak berdetak! " Lalu dia pun memutuskan untuk memberitahu nita tentang apa yang sudah ditemukannya.     

"Apa? " Suara nita pelan, dia melihat ke arah yoga. Memastikan bahwa apa yang sudah di ucapkan oleh suaminya itu bukan termasuk candaan yang lucu saat ini.     

"Pak dokter lihat lagi dengan jelas! " Nita begitu tidak percaya dengan apa yang yoga sebutkan tadi. Cahaya hidupnya telah redup sebelum dia dapat berkembang lebih lama di dalam rahimnya.     

"Ini IUFD... " Suara yoga memelan, dia memegang tangan nita begitu erat.     

"Nita.. " Edna yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan mereka begitu tidak percaya dengan hasil pemeriksaan kehamilan sahabatnya itu.     

Nita terdiam tanpa suara, dia seperti mendapat satu runtuhan seluruh gedung ruangan tempatnya terbaring saat ini. Membuatnya terjebak di dalam reruntuhan, tanpa dapat bergerak maupun bersuara. Dia hanya bisa melelehkan airmatanya yang muncul dari ujung matanya, meratapi kepergian pelita hidupnya itu...     

Note :     

Spootting : perdarahan sedikit-sedikit.     

IUFD : kematian janin di dalam rahim sebelum sempat dilahirkan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.