cinta dalam jas putih

Wanita Tua



Wanita Tua

0"Kenapa disimpan dimana saja! " Cetus nita seperginya axel dari kamar mereka, dia langsung mengambil barang yang telah mempermalukannya dihadapan putranya itu. Pada kenyataannya axel sama sekali tidak mengetahui tentang benda tersebut. Hanya orang tuanya saja yang lebih dulu tidak berwajah dihadapannya.     

"Aku pikir sudah kamu simpan dengan baik " yoga menanggapi perkataan nita.     

Wajah Nita terlihat kesal, "kan oppa dokter yang bawa! "     

"Kamu yang pertama memberikannya! " Yoga menjawab kekesalan nita.     

"Yoga! " Nita sedikit geram, dia terkesal sepertinya laki-laki itu tidak pernah disiplin dalam menyimpan barang pribadi. Harus selalu ada wanita di belakangnya yang mengingatkannya, mereka tidak pernah bisa dewasa.     

"Kanita! " Tidak seperti nita yang bernada tinggi ketika menyebut namanya, dia masih bernada datar bahkan diiringi dengan tawa kecilnya.     

Dia dan nita kemudian saling memandang untuk beberapa waktu, dan akhirnya tawa kecil pun muncul secara bersamaan.     

"Apa lagi? " Yoga yang terduduk disamping nita menyikut kecil dengan tangannya.     

Wanita itu hanya memalingkan pandangannya, menyembunyikan senyumannya yang tidak bisa ditahannya.     

"Kanita! " Yoga kembali menyikutkan tangannya pada nita, dia sedang sengaja membuat wanita disampingnya itu kesal padanya.     

"Istri cantikku! " Dan kali dia berpindah posisi ke arah dimana nita memalingkan pandangannya, yoga sedikit menundukan kepalanya untuk melihat wajahnya.     

Nita tidak dapat menahan tawanya dihadapan yoga, dan mengerutkan dahinya.     

"Aku malu sekali pada Axel! "      

Yoga tersenyum, "aku lebih malu lagi.. "     

Nita mengernyit ada yang aneh dengan jawaban yoga yang hanya mengikutinya.     

"Kenapa menjawabnya seperti itu! " Nita melayangkan satu cubitan kecil di pinggang yoga, membuatnya merasakan kegelian.     

"Aku sekalian balas karena tadi sudah mempermalukan ku dihadapan Axel! " Cetus Nita, "kenapa oppa dokter bilang pada Axel kalau yang dipegangnya itu obat sakit kepala milikku! "     

Yoga dibuatnya semakin tidak dapat menahan tawanya, ditambah tangan-tangan nita yang terus saja menggelitiknya.     

"Memang itu obat sakit kepala " jawab yoga, "tapi aku yang memakainya, bukannya kamu senang kalau aku memakainya? "     

Nita dibuatnya semakin salah tingkah karena malu, mungkin bagi yoga ini bukan pertama kalinya dihadapkan oleh pertanyaan axel yang memerlukan jawaban yang bijak. Bagi nita yang belum memiliki pengalaman berkeluarga sebelumnya, semua itu sangat memalukan.     

"Seperti ini ya kalau kita bertengkar! " Cetus Nita, "ternyata wanita memang yang paling banyak bicara ketika marah.. "     

Dia menyandarkan kepalanya di bahu yoga, tangan mereka saling berpegangan.     

"Tidak apa " yoga mengusap lembut rambut Nita, "wanita memang harus seperti itu, jika dia sudah diam aku yang akan kerepotan! "     

Nita tersenyum sekilas, beberapa detik kemudian mereka terdiam.      

Yoga lalu merangkul kan tangan kanannya di pundak nita.     

"Kamu baik-baik saja? " Tanya yoga, "kamu mau berbagi cerita denganku? "     

Nita tersenyum menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin menceritakan keresahan dalam hatinya pada suaminya itu.     

"Bu bidan! " yoga memanggilnya, melihat istrinya itu hanya terdiam hanya melingkarkan kedua tangan di pinggangnya.     

"Kalau besok hasil tes darahku positif, apa yang akan oppa dokter lakukan? "      

Yoga tersenyum kecil, "kalau kamu positif tentu saja aku juga akan positif, apa perlu aku sebutkan lagi kejadian di tempat tidur tadi? "     

Nita tertawa kecil, dia hanya mengingat ucapan yoga yang akan terus bersamanya apapun hasilnya nanti.     

"Jika ternyata hasilnya nanti salah satu diantara kita yang positif bagaimana? " Tanya Nita kembali.     

"Aku tetap menemanimu, tenang saja.. " jawab yoga, "karena aku sadar, aku yang terlihat kuat seperti ini akan sangat lemah jika tidak ada kamu! "     

"Tapi kamu, seorang wanita yang terlihat lemah. Akan tetap kuat walaupun tanpa kehadiranku.. " lanjutnya.     

"lalu bagaimana jika ternyata aku yang positif? " Yoga balik bertanya pada nita.     

"kita harus tetap bersama-sama! "     

"Jadi berjanjilah jangan meninggalkan aku, dan aku akan berjanji hal yang sama apapu yang akan terjadi pada kita nanti! " ucap yoga seraya memeluknya dan mencium keningnya.     

Nita tersenyum dengan ucapan yoga yang memberikannya semangat, dia berharap itu bukan hanya sebuah janji seorang laki-laki yang begitu manis ketika dikatakan saja, tetapi akan menjadi kenyataan. Menemaninya pada situasi seperti apapun.     

***     

Pagi ini nita berjalan menuju poliklinik penyakit dalam, dia telah lebih dulu menghubungi dokter mei untuk berkonsultasi.     

"Periksakan saja dulu " dokter mei memegang kedua tangan nita dan tersenyum ke arahnya.     

"Hasil laboratorium itu pasti, jadi hal yang pertama kamu lakukan adalah melakukan skrinning itu sekarang! "      

Dan kemudian dokter mei mengambil selembar kertas pemeriksaan laboratorium, di terlihat menuliskan beberapa pemeriksaan yang akan dilakukan pada nita.     

"Aku akan mendoakan semoga hasilnya tidak terjadi apa-apa " ucap dokter mei, "orang baik seperti kamu tidak boleh tersakiti sedikitpun dalam bentuk apapun! "     

Nita tersenyum tipis, "kenapa seperti itu, aku juga kan manusia dokter! "     

"Aku ingin kamu yang melahirkan anakku nanti! " Cetusnya.     

Nita tertawa kecil, "terima kasih doa nya dokter, semoga tuhan membalas doa yang dokter berikan untuk saya dengan kebahagiaan yang berlipat ganda "     

"Amin " jawabnya, "jika nanti hasilnya negatif, kamu harus melakukan tes ulang setelah tiga bulan kemudian "     

Nita menganggukan kepalanya, dia beranjak dari duduknya. Setelah memberikan satu pelukan pada dokter mei, nita segera berjalan menuju ke arah laboratorium.     

"Duduk sebelah sini, nak! " Seorang nenek tua yang terduduk di sebuah kursi tunggu dihadapannya tersenyum ke arahnya.     

"Terima kasih " nita terduduk disamping wanita tua yang seluruh rambutnya telah memutih, dengan kebaya berwarna hijau tua yang dipakainya ditutupi oleh syal rajutan berwarna putih tulang.     

"Bekerja disini? " Tanyanya.     

Nita tersenyum, "iya, nek. "     

Wanita itu tersenyum menganggukan kepalanya, "kamu tahu apa yang membuatmu cantik dimata semua orang? "     

Kedua alis Nita terangkat, senyumannya muncul. Pertanyaan dari wanita itu terdengar aneh baginya. Dia tanpa tedeng aling-aling mengatakan hal seperti itu.     

"Karena kamu memiliki hati yang cantik " jawabnya, "hati yang cantik akan mengalahkan segalanya, bahkan laki-laki angkuh sekalipun akan bertekuk lutut padamu! "     

'Wow! ' cetus Nita dalam hatinya, tawa kagetnya muncul mendengar ucapan wanita tua yang sama sekali tidak dikenalnya. Dia sendiri tidak tahu bahwa dia akan sehebat itu, mungkin wanita itu memang sedang ingin mengobrol dengannya. Dan nita hanya akan mendengarkan saja perkataannya.     

"Kamu bersinar sekali! " Cetusnya, lalu dia memegang satu tangan Nita.     

"Tapi akan ada cahaya yang rela redup untukmu " ucapnya, "tapi itu semua justru akan menguatkanmu, kamu akan menjadi wanita yang pertama membuat semua orang berprofesi sama denganmu bangga! "     

Nita mengernyit, dia semakin kebingungan dengan semua yang diucapkan oleh wanita tua disampingnya itu. Wanita tersebut semakin memegang tangan nita begitu erat, dan matanya memandang tajam ke arah nita. Membuatnya merasakan satu ketakutan yang teramat hebat untuk pertama kalinya.     

"Dengarkan nasehatku " dia bicara pelan pada nita, agar supaya orang-orang yang sedari tadi lalu lalang tidak dapat mendengarnya.     

"Janganlah kamu mudah mengucapkan janji, itu seperti sebuah hutang yang harus kamu bayar lunas! " Wanita itu bicara begitu dekat di telinga Nita, "karena sebentar lagi kamu akan ditelan oleh janji baik yang sudah kamu berikan. Apapun yang terjadi nanti padamu, tetaplah berbuat kebaikan.. "     

"Karena itu senjata yang paling kuat untukmu! " Dia terus mengucapkan perkataan anehnya, walaupun dengan nafas yang terlihat terengah-engah.     

"Bidan kanita " suara panggilan namanya oleh petugas laboratorium mengejutkannya yang tengah serius mendengar semua ucapan-ucapan wanita disampingnya itu.      

Yang pada awalnya dia tidak menganggapnya serius, berubah membuatnya menjadi seperti satu ancaman yang akan terjadi padanya. Membuatnya merasakan ketakutan yang teramat besar.     

Dia memberanikan diri menatap wajah wanita yang baru saja mengocehkan satu ramalan mengerikan tentangnya, sebelum dia masuk ke dalam ruangan laboratorium dia kembali menoleh ke arah wanita itu, senyuman lebar dia perlihatkan ke arah Nita. Dan lambaian tangannya ke arah nita ketika akhirnya mereka harus berhenti bicara karena nita telah lebih dulu melakukan pemeriksaan.     

"Hasilnya hanya beberapa menit lagi " ucap petugas laboratorium pada Nita, dia tersenyum ke arah nita.     

Nita tersenyum aneh melihat petugas laboratorium yang bernama Gian itu terus memperhatikannya.     

"Petugas barukah? " Tanyanya.     

Nita tersenyum kaget mendengar pertanyaannya, mungkin yang seharusnya bertanya seperti itu adalah dia. Sepertinya karena dia telah lama bekerja di dalam ruangan laboratorium membuatnya tidak mengenal satu persatu semua pekerja di rumah sakit.     

"Melakukan pemeriksaan lebih awal memang bagus untuk pekerjaan kita yang memiliki resiko tinggi seperti ini " ucapnya.     

"Iya " jawaban nita di iringi dengan tawanya yang begitu dipaksakan.     

"Hasilnya negatif " dia tersenyum lebar ke arah Nita, "aku print dulu hasilnya! "     

Jari-jarinya dengan lihai mengetikan hasil pemeriksaan yang dilakukannya.     

"Kamu sudah menikah? "     

Nita tercengang dengan pertanyaannya kali ini, dia lalu tersenyum menggelengkan kepalanya.     

"Sudah, dokter yoga suami saya! " Jawaban nita itu membuat kerja dari jari-jarinya yang tengah mengetik terhenti. Terlihat raut wajahnya yang berubah seketika. Jawaban Nita sudah membuyarkan seluruh konsentrasi pekerjaannya, dan nita hanya begitu senang setelah menyebutkan nama yoga sebagai suaminya.     

"Dokter IGD minta hasil laboratorium ibu helsyi Cito! " Teriak satu petugas laboratorium di belakang nita.     

"Hasil tes darah dari nenek yang memakai baju hijau tua tadi? " Tanya Gian kembali menatapi layar komputernya, "bukankah dia dari poliklinik dalam? Kenapa dokter IGD meminta hasilnya? "     

"Lima menit yang lalu dia jatuh pingsan dan dibawa ke IGD! " jawab satu rekannya yang lain.     

Nita terkejut dengan obrolan para petugas laboratorium tersebut, pasalnya beberapa menit yang lalu dia telah berbicara panjang lebar dengan nenek tersebut. Sesuai dengan ciri-ciri yang mereka sebutkan.     

"Aku ambil kertas hasil tes nanti! " Cetus Nita pada petugas bernama Gian, dia dengan segera berjalan menuju ke arah luar ruangan laboratorium. Dan sosok wanita tua itu sudah tidak ada.     

Dengan segera melangkahkan kakinya menuju ke arah ruangan insatalasi gawat darurat.     

Tampak beberapa perawat dan dokter tengah melakukan pemasangan intubasi pada wanita yang beberapa saat yang lalu memegang tangan dan tersenyum padanya. Dia begitu tidak percaya dengan semua yang dilaluinya hari ini.     

'Aku membuat orang berpisah dengan keluarga mereka? ' tanyanya dalam hati, dia teringat kembali pasien perdarahan yang kemarin mengucapkan hal yang sama dengan ucapan nenek tersebut.     

Lalu di berjalan ke arah ruangannya yang hanya beberapa langkah dari instalasi gawat darurat.     

"Ibu darimana saja? " Tanya aline ketika melihat nita.     

Nita tersenyum kecil, "maaf, tadi harus ke laboratorium melakukan pemeriksaan dulu! "     

"Ada apa? " Nita kembali bertanya pada aline yang memegang buku status pasien.     

"Tadi ada petugas ICU kesini, tapi ibu sedang diluar. Jadi dia menitipkan padaku " jawab aline, "dia melaporkan kematian pasien yang kemarin dilakukan HSV karena perdarahan post partum lambat, atonia uteri .. "     

Nita yang terkejut dengan segera merebut status pasien yang masih berada di tangan aline, dia memastikan bahwa pasien tersebut adalah pasien dengan tes HIV positif yang kemarin bicara padanya.     

Dan yang dia ingin pastikan pun terjawab dengan benar ketika dia melihat laboratorium tersebut. Membuatnya semakin merasakan kesakitan di dalam hatinya yang teramat sangat...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.