cinta dalam jas putih

Kanita Dan Yoga



Kanita Dan Yoga

0"Ada yang bingung.. " suara nita pelan, lirikan dan senyuman nita yang terlihat oleh yoga membuatnya memasang wajah yang serba salah.     

"Bingung menghitung cinta, jadi lupa yang mana cinta pertamanya! " ada sedikit sindiran halus pada ucapan Nita kali ini, dia masih tetap berada dalam tatapannya.     

"Mulai lagi.. " yoga tertawa kecil.     

Dia menggosok dagunya, matanya menerawang ke arah lain dia terlihat sedang berpikir.     

Nita mengerucutkan bibirnya, dia masih menunggu jawaban dari yoga. Dia senyum-senyum sendiri setelah puas membuat suaminya harus berpikir keras seperti itu malam ini.     

Yoga melihat ke arah nita dan tersenyum.     

"Sepertinya kamu! " jawabnya pendek.     

Sontak saja nita tertawa, dia begitu terkejut mendengar jawaban rayuan nomor wahid dari laki-laki disampingnya.     

"Jangan takut kalau mau jawab jujur, aku tidak apa-apa pak dokter! " cetus nita.     

Yoga tersenyum, "tadi pertanyaanmu apa? "     

"Siapa cinta pertama oppa dokter! "     

Yoga menganggukan kepalanya seraya tersenyum, "memangnya jawaban aku salah? "     

"Kamu kan memang cinta pertama aku.. " yoga melanjutkan perkataannya. Dia hanya tidak menyebutkan bahwa cintanya pada nita itu terjadi ketika pertama kali melihatnya di ruang bersalin dihari pertama kerjanya.     

"Masa aku.. " nita menyalahkan jawaban yoga itu, dia tidak ingin yoga memberikan jawaban seperti itu hanya supaya nita tidak marah padanya.     

"Kalau kamu tanya pacar pertama aku.. " yoga sedikit mengkoreksi pertanyaan nita, "baru aku jawab, pastinya bukan kamu. Ada Amanda teman smu dulu.. "     

"Seperti kalau kamu tanya istri pertama aku, jawabannya pastilah Elsa! " yoga memencet dengan lembut hidung nita.     

Nita terlihat mengerutkan dahinya, sekarang dia mulai berpikir kembali tentang kesalahan pada pertanyaan yang disebutkannya tadi.     

"Bingung kan dengan pertanyaan sendiri! " cetus yoga menertawakan nita dia berhasil mengecohnya dengan pertanyaan yang dia buat sendiri, jika tadi siang istrinya lah yang lebih pintar menjawab pertanyaan dari dokter Edwin. Malam ini yoga yang menjadi setingkat lebih tinggi dari nita.     

"Jadi apa bedanya.. " ucap nita, "kalau pacaran kan pasti ada cintanya juga, oppa dokter! "     

Yoga tersenyum, "ini yang membuat wanita selalu salah kaprah dengan pertanyaan jebakan dari laki-laki, ketika diberi satu pertanyaan oleh mereka wanita selalu lebih dahulu bawa perasaan. Padahal inti dari pertanyaannya tidak tahu! "     

"Yang namanya pertanyaan itu ada jawaban pasti sayangku " yoga melanjutkan perkataannya, "jadi akan lebih baik kalau diberikan satu pertanyaan itu, terlebih dahulu kamu pahami pertanyaannya baru menjawabnya.. "     

Nita tertawa kecil dan kali ini dia bingung pertanyaan santai seperti inipun dibuat seperti sedang ujian oleh yoga, dia telah melupakan sesuatu. Yoga itu selain berprofesi dokter dia juga seorang konsulen dan dosen. Salah jika dia memberikan pertanyaan abal-abal padanya, dia itu ahlinya membuat pertanyaan paling rumit.     

"Iya, aku salah bertanya tadi.. " nita mengakui kesalahannya, dia tersenyum ke arah yoga dan memutuskan untuk mengikutinya saja. Daripada nanti diberikan ceramahan pelajaran lebih panjang dan lebar lagi.     

"Kenapa cinta pertamanya aku? " lagi-lagi nita bertanya pada yoga mengenai hal tersebut.     

"Karena aku mencintai kamu begitu kuat, dan kamu harus tahu cinta yang kuat itu adalah cinta sejati. Buat aku cinta yang sejati itu cinta pertamaku" jawabnya, dia tidak akan pernah menghitung cintanya pada nita. Dia hanya akan menjadi yang terakhir untuknya. Setelah kegagalan yang pernah dilaluinya membuatnya begitu banyak belajar, bahwa untuk maju dan bisa merubah hidupnya dia harus mau berdamai masa lalunya. Berdamai dengan tidak mengungkit dan berbuat kesalahan kembali seperti yang telah dia lakukan di masa lalu.     

"Yang harusnya kamu tanyakan itu, alasan aku mencintaimu " yoga mencubit kecil pipi nita kali ini, "supaya nanti jawaban aku panjang lebar, isinya racun indah semua. Yang akan membuat kamu tergila-gila nanti! "     

Nita menertawakan kepercayaan diri yoga yang begitu besar saat ini.     

"Tidak akan ada alasan untuk mencintai seseorang " ucapnya, "aku hanya begitu sangat beruntung mempunyai suami seperti oppa dokter! "     

"Kenapa? " tanya yoga     

Nita tersenyum lebar, "not as good as you! "     

"Wow.. " mata yoga berbinar-binar diberi pujian oleh nita seperti itu, dan ternyata yang kali ini yang menjadi tergila-gila adalah dirinya. Setiap perkataan yang diucapkan nita dari bibirnya selalu memiliki makna yang berarti begitu dalam walaupun hanya satu ucapan saja.     

Tidak hanya padanya saja, semua orang yang mengenalnya lebih dekat pasti akan selalu dibuatnya nyaman dan berarti.     

"Kamu salah.. " ucap yoga kali ini, "justru aku dan Axel begitu beruntung memilikimu! "     

"Kamu tahu kenapa? " dia kembali menatapi wajah nita.     

"Karena setelah menikah denganmu, aku merasakan semangat yang lebih pada pekerjaanku sampai aku mendapat posisi seperti saat ini. Semua karena aku ingin kamu melihatku dengan bangga " dia memberikan penjelasannya pada nita.     

"Dan, axel selain mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Diapun mengalami perubahan terbaik karena kasih sayangmu.. "     

"Jadi, kami selama ini tidak akan seperti ini jika tanpa kehadiranmu disini! " yoga melanjutkan perkataannya, "sedangkan kamu, tanpa kehadiran kami pun aku yakin kamu akan bisa menjadi seperti saat ini karena kemampuan yang kamu miliki "     

Nita tersenyum malu, "aku jadi merinding seperti ini mendengar ucapan oppa dokter! "     

"Kamu adalah takdir yang tuhan berikan untukku dan axel, kamu adalah satu-satunya orang yang akan kami lindungi sampai akhir dunia ini. Ini janji dua kesatriamu! "     

Nita tersenyum memeluk yoga, seperti inilah yoga padanya, selalu membuatnya istimewa dengan kata-katanya yang penuh arti.     

Diluar sana dia sama sekali tidak pernah sedikitpun memperlihatkan perhatiannya yang begitu mencolok padanya, dia terkenal paling dingin dan bersikap dingin bahkan ketika disampingnya ada nita. Tapi jika sudah berdua seperti ini, semua kata-kata paling manis akan selalu dia terimanya.     

Untunglah manis yang yoga berikan dalam batas wajar dan tidak akan membuatnya mempunyai penyakit gula karena terlalu banyak menerima sesuatu yang selalu manis dari yoga setiap harinya.     

"Coba kalau kamu menikah dengan Wildan, pasti tidak akan dibuat manis seperti ini setiap hari! " cetus yoga memuji dirinya sendiri.     

Lagi-lagi membuat nita tertawa, "dia kalah cepat sama pamannya, langsung ditikung! "     

Yoga dan nita sama-sama tertawa, dia menatap wajah yoga yang juga menatapnya.     

"Seorang wanita akan lebih memilih laki-laki yang serius dan membuktikan keseriusannya, dibandingkan hanya berkata-kata indah! " ucap nita, dia memberikan alasan besar mengapa dia memilih menikah dengan yoga. Walaupun pada awalnya dia melihat axel yang begitu dekat dengannya. Merasakan iba pada anak sekecil itu tidak memperoleh kasih sayang seorang ibu. Sang pencipta telah memberikannya lelaki terbaik walaupun alasan pertamanya muncul dari rasa iba, tetapi dia memulainya dengan hati yang baik.     

"Terima kasih sudah mau menemani kehidupanku dan axel saat ini.. " yoga memeluk nita, diciuminya pipi terus menerus.     

"Terima kasih juga sudah membahagiakanku "     

Kali ini giliran nita yang memberikan ciuman di pipi yoga.     

Yoga selalu memperhatikan hal sekecil apapun, termasuk ucapan terima kasih pada istrinya itu. Dengan begitu dia akan terlihat menghargai semua yang telah dilakukan nita padanya.     

Dan malam ini seperti sebuah kisah cerita yang khusus dibuat untuk pasangan paling romantis dan terbaik, Kanita dan yoga.     

Pagi ini nita tengah berdiri disebuah lapangan bersama semua kepala ruangan lain untuk mengikuti apel harian.     

Terlihat olehnya sosok wanita yang berdiri di sampingnya tersenyum ke arah Nita.     

"Bidan kanita? " panggil seseorang disampingnya dengan suara pelan.     

Nita tersenyum ke arah wanita dengan identitas kartu pekerja bernama Detia itu. Dia sedikit mengingat wanita itu adalah kepala ruang anak.     

"Iya, bu " ucap nita dengan sangat sopan, dia menghormatinya karena sepertinya usia wanita itu lebih tua darinya.     

"Kebetulan sekali, aku bertemu denganmu disini! " ucapnya, dia melihat nita seperti telah menemukan satu peti harta Karun. Teramat sangat senang.     

"Aku dengar ada bidan yang akan menikah dengan dokter dhanu " ucapnya, "apa bidan itu dari ruang ponek? "     

"Apa? " nita terkejut mendengar perkataan dari wanita yang sama sekali tidak memiliki ke akraban dengannya. Ternyata wanita itu bukan seorang pengagumnya, melainkan orang yang sangat ingin tahu tentang kehidupan orang lain.     

Dan yang mengejutkan adalah tentang perkataannya mengenai dokter dhanu yang akan menikah.     

"Semua orang sudah membicarakannya, tidak mungkin bidan kanita tidak tahu! " cetusnya.     

Nita tertegun, kemarin dia hanya terkunci dua jam di aula dan berita besar sudah muncul tanpa sepengetahuannya.     

"Saya tidak tahu, bu " jawab nita, dia memperlihatkan wajahnya yang terlihat kebingungan.     

"Jangan panggil ibu.. " ucapnya pada nita seraya tersenyum, "kita satu angkatan dulu sewaktu kita ikut tes masuk ke rumah sakit ini! "     

"Aku juga baru mendapat SK menjadi kepala setelah bidan Kanita.. " lanjutnya.     

Nita tersenyum kaget, wanita disampingnya seusia dengannya. Dia salah menilai, dan hanya menilai dari wajahnya.     

"Itukan jahat sekali membuat rumah tangga orang hancur! " dia kembali melanjutkan gosipnya.     

Nita tersenyum, ucapannya membuat nita bermain kesimpulan dalam pikirannya. Pantas saja wanita disampingnya itu terlihat lebih tua, jika setiap pagi yang dilakukannya adalah membicarakan hal yang tidak berfaedah. Sarapan paginya tidak dimulai dengan pikiran dan ucapan yang sehat.     

"Benarkan wanita seperti itu menyebalkan? " tanyanya pada nita.     

"Saya tidak bisa menghakiminya seperti itu karena tindakan yang dilakukannya, kita harus tahu terlebih dahulu alasannya melakukan itu.. " jawaban nita itu membuat wanita bernama detia itu menutup mulutnya seketika, "saya tahu harus seperti itu " tanggapnya, "tapi kanita, pikiran seperti itu akan jarang diterima oleh semua orang disini. Kami hanya tahu yang benar dan salah, tidak mendengarkan alasan.. "     

"Kita harus bisa menyesuaikan diri dengan kemauan orang banyak " ucapnya, "satu prinsip bagus akan terkalahkan oleh ribuan prinsip yang tidak bagus! "     

"Iya benar " nita menganggukan kepalanya, memang seperti itulah sifat kebanyakan dari semua orang di tempat kerjanya.     

"Sepertinya memang harus merubah pola pikir! " cetus nita dalam hatinya dia lalu menarik nafasnya dalam-dalam.     

"Semua orang sudah membicarakan tentang salah satu stafmu sekarang " dia memberitahukan nita tentang apa yang sedang banyak orang bicarakan saat ini.     

"Kamu harus cepat bertindak " lanjutnya, "ini akan merubah nama baikmu sebagai kepala ruangan! "     

"Terima kasih atas sarannya " nita tersenyum ke arah detia, dia mencoba menerima semua saran yang sudah disebutkannya tadi sebagai bentuk penghargaan dari perhatian detia padanya.     

Dia berjalan cepat menuju ke ruangannya setelah apel selesai. Ada sedikit kekesalan di dalam hatinya, semua orang seperti sedang menguji mentalnya saat menjadi kepala ruangan saat ini. Tidak pernah ada yang membicarakan tentang hal lain selain membicarakan kehidupan orang lain.     

Langkahnya terhenti ketika mendapati tari yang tengah membereskan persiapan alat di ruangan.     

"Tari " panggil nita.     

Tapi tari tidak merespon panggilannya, dia hanya terus saja melakukan pekerjaannya itu.     

Melihat tari yang seperti itu, dia mengalah. Dan menghampiri tari untuk lebih dekat melihatnya.     

"Tari.. " kali ini nita memegang pundaknya dengan lembut.     

"Ibu, selamat pagi " tari tersenyum ke arah Nita sekilas, dan kembali fokus pada pekerjaannya.     

Nita melihat dengan jelas kedua matanya yang memerah, walaupun tari hanya sekilas melihat ke arahnya.     

"Lihat aku! " nita memerintahkannya untuk menghentikan pekerjaannya tersebut.     

Tari tidak menggubrisnya, dia memang menghentikan pekerjaannya tersebut tapi dia masih membelakangi nita.     

Karena seperti itu, membuat nita menggunakan kedua tangannya untuk membawa tari menghadap ke arahnya dan menatap wajahnya.     

Dia hanya tertunduk dipandangi nita seperti itu.     

"Kamu kenapa? " tanya Nita, "kenapa kamu menangis? "     

Tari yang awalnya tertunduk kemudian mengangkat wajahnya menatap nita.     

"Ada apa? " tanya nita, dia berusaha bertanya dengan sangat baik agar tari tidak tersinggung.     

"Ibu jahat sekali.. " ucapnya tiba-tiba. "ternyata ibu sama saja seperti mereka semua! "     

"Jahat? " nita mengernyit, dia sama sekali tidak tahu kejahatan apa yang dia lakukan pada tari.     

Dia begitu syok mendengar ucapan tari yang tiba-tiba seperti itu padanya pagi ini. Dia sama sekali tidak pernah menyangka pagi ini akan mendapat pujian yang begitu terdengar menyeramkan di pagi indahnya ini....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.