cinta dalam jas putih

Si jenius yang cantik



Si jenius yang cantik

0"Sebentar,, aku tidak bisa menahan tawaku! "     

Tawa yoga terdengar menggelegar di dalam kamarnya, mereka berdua telah berada di tempat tidur malam ini. Dia tidak dapat menahan tawanya ketika nita pertama kali menceritakan kejadian yang dialaminya siang tadi, dia harus terkunci dengan dua laki-laki keren. Dan dengan ocehan lucu nita menirukan gaya dokter edwin, membuatnya yakin kedua laki-laki itu tidak akan pernah bisa menang darinya.     

"Lucu kan! " cetus nita, dia baru saja menceritakan kejadian unik yang baru pertama kali dia alami selama bekerja di rumah sakit. Terkunci dengan dua orang laki-laki.     

"Dokter juga manusia.. " ucap yoga, "dia tidak selamanya selalu serius, ada waktunya mereka bercanda juga! "     

"Tapi dokter Edwin itu melebihi perempuan cerewetnya.. " nita mengatakannya dengan pelan, dia jadi bisa mengenal lebih dekat dengan sosok dokter edwin dan Aditya.     

Mereka berdua benar-benar diluar dugaan nita, sama-sama lucu dan melankolis.     

"Tapi mereka bisa kalah sama perempuan! " cetus yoga mengusap dagunya sendiri, "dua orang itu tidak tahu wanita yang terkunci dengan mereka bermain curang! "     

Nita terkekeh, "salah sendiri, mau main taruhan sama perempuan yang lemah dan sedang hamil! "     

"Kena dokter Edwin aku kerjain! " lanjutnya, di wajah nita terlihat begitu puas telah melakukan satu trik yang membuat laki-laki paling cerewet dan membuatnya kikuk karena pertanyaan cinta pertama tadi di aula, harus kalah telak dan rela mengeluarkan uang yang cukup besar untuk mentraktirnya makan di restoran yang mahal.     

Yoga hanya bisa menertawakan nita, melihat wajahnya yang begitu puas dia tahu wanita itu sudah dibuat kesal oleh dokter Edwin. Dia saja selama ini selalu berusaha untuk tidak membuat wanita disampingnya itu berada dalam keadaan bad mood, itu akan sangat menyusahkannya. Akan seperti yang dilakukannya pada dokter edwin saat ini.     

Nita sudah bisa membayangkan nanti ketika dia makan enak di restoran mahal dan gratis pula, betapa menyenangkannya hidup ini baginya. Ini yang dia sebut wanita itu sosok yang situasional, mereka akan dengan cepat mendapatkan semua jalan keluar dengan cara mereka sendiri. Semua wanita di dunia adalah sosok yang paling hebat.     

Dia kembali mengingat kejadian tadi siang, kebanggaannya yang bisa mengalahkan dokter edwin dan membuat dia harus menelan kata-katanya dengan utuh.     

***kejadian sebelum pintu dibuka seseorang..     

"Aku berani taruhan orang yang pertama bukan kunci dari luar sana adalah dokter yoga! " ucapnya dokter edwin.     

"Jika aku benar, kalian berdua harus mentraktirku di restoran paling mahal di kota ini! " dia sedikit memaksakan kehendaknya.     

Nita mengernyit, "jangan terlalu mahal, nanti gajiku tidak cukup! "     

Perkataan nita membuat aditya dan dokter Edwin tertawa bersamaan.     

"Derita anda! " ucapan dokter Edwin menjulurkan lidahnya ke arah Nita, kali ini seperti sedang menguji kesabaran nita.     

Nita menanggapinya dengan matanya yang terbelalak.     

"Kalo bukan dokter, sudah aku aku gulung seperti kertas lalu aku lempar jauh-jauh! " cetus nita dalam hatinya penuh kekesalan yang muncul karena rasa lapar yang dirasakannya.     

Ketika dia terkesal seperti itu, dia meremas-remas ponselnya dengan penuh kekuatan. Tanpa dokter edwin dan aditya ketahui, ponselnya tiba-tiba menyala walaupun dengan kondisi baterai yang lemah. Dan tidak lama ponselnya bergetar, dia menerima pesan singkat dari yoga.     

'Aku baru selesai operasi, sekarang juga aku kesana!'     

Pesan yang dikirimkan yoga masuk hanya dalam waktu beberapa detik saja, dia melihat pesan yang yoga dikirim masih baru.     

Dan munculah ide cemerlang di pikirannya, untuk membuat dokter cerewet itu kalah telak. Walaupun sedikit dengan kecurangan tapi nita merasa dia pantas mendapatkannya karena sudah membuat nita begitu kesal.     

'Jangan oppa dokter, suruh saja Dion atau siapapun tidak boleh oppa dokter. Kalau masih ingin tidur didalam kamar suruh orang lain sekarang!'     

Nita mencoba bersikap seolah tidak terjadi apapun. Situasi saat ini sangat mendukung kemenangannya hingga delapan puluh persen.     

Karena ruang aula sering dipakai tempat ujian kompetensi, meja yang berada di depan nita pun tertutup. Membuat dia leluasa mengetik pesan.     

"Ini seperti sedang menyontek disaat ujian! " cetus nita dalam hati, dia baru menyadari bahwa perbuatan menyontek saat ujian itu membuat kemungkinan seseorang mempunyai penyakit jantung.     

Dia asal menebak, terbukti ketika dia sembunyi-sembunyi seperti itu jantungnya bekerja dua kali lebih cepat. Hanya ada kepanikan di dalam pikirannya, dia takut dokter edwin mengetahui kecurangannya. Dia mulai berpikir aneh, tidak ada hal yang paling menyenangkan dari kecurangan yang dia perbuat kali ini.     

Dengan cepat dia mengirimkan pesannya.     

"Maafkan, calon bayiku! " nita mengelus perutnya, seraya berkata dalam hatinya "ini mama lakukan untuk membuat dokter itu tahu, supaya jangan menganggap remeh dengan kepintaran tersembunyi wanita! "     

Nita sengaja membalas tatapan dokter edwin yang begitu tajam, seraya mengusap dagunya dan tawa liciknya ke arahnya.     

"Aku menantangmu! " cetus dokter edwin dalam hatinya, dia hanya memberikan satu isyarat dengan dua jarinya yang semula menunjuk matanya sendiri berganti dia tunjukan pada nita.     

"Aku tahu kamu tadi sempat mengirimkan pesan pada dokter yoga! " lagi-lagi dokter Edwin berkata dalam hatinya dengan tawa kesenangannya, "karena kamu kesayangan dokter yoga, pasti dengan cepat dia akan menyusul kesini! "     

Senyum miring terlihat di wajah dokter Edwin yang masih dalam tatapannya pada Nita.     

"Makan enak! " cetusnya kembali dalam hatinya, dokter edwin mengosok-gosokan kedua telapak tangannya.     

Nita menanggapinya dengan senyuman ketus, dia pun dengan sengaja membiarkan dokter edwin tersenyum senang sebelum tahu siapa pemenangnya. Menerbangkannya setinggi mungkin lebih dulu, dan nanti dia akan melepaskannya dari ketinggian dan terjatuh kemudian.     

"Dia tidak tahu sedang melawan siapa! " nita pun hanya berbicara dalam hatinya, dia terlihat menyilangkan tangannya.     

"Dia terlalu meremehkan seorang wanita " ucapnya, "Mungkin dia belum pernah merasakan the power of emak-emak! "     

Senyuman tipis nita perlihatkan padanya, sebenarnya dia belum bisa tenang saat ini. Dia sedikit ketakutan jika yoga belum membaca pesannya, saat ini dia tidak dapat melihat ponselnya karena dia sedang diawasi oleh lawannya.     

Ada sang penengah diantara mereka, yaitu Aditya. Dia hanya bisa tersenyum dalam gelengan kepalanya, dua orang yang akan dia jadikan duta rumah sakit itu sedang melakukan genjatan senjata.     

"Aku kan sudah bilang kalau aku yang akan traktir kalian.. " aditya mengucapkan kembali apa yang sudah diucapkannya tadi.     

Dokter Edwin menggerakkan kedua alisnya ke atas dan kebawah masih dalam lengkungan bibir membentuk senyuman.     

"Laki-laki sejati tidak akan pernah menarik ucapannya! " dokter edwin memperlihatkan kelima jarinya pada aditya, dia begitu berlebihan. Mungkin karena kesehariannya menulis dan membaca novel, membuat semua sikapnya terbawa dalam arus cerita yang dia buat sendiri.     

"Baiklah.. " aditya mengangkat kedua tangannya, dia akan mengikuti saja permainan mereka.     

Senyumannya muncul, melihat secara bergantian ke arah nita dan dokter Edwin. Kali ini dia merasa bahwa pemenangnya adalah si jenius cantik di hadapannya. Entah berdasarkan apa dia berpikir seperti itu, dia hanya sangat senang karena nanti dia akan kembali berada dengannya begitu dekat dan kali ditambah makan bersama. Walaupun itu harus merogoh kocek yang sedikit besar, dia akan rela melakukannya.     

"Dia boleh sombong sekarang.. " nita tertawa dalam hatinya, "lihat apa yang akan kita temukan dalam beberapa detik kedepan! "     

Dia lalu melihat ke arah jarum jam tangan yang dipakainya, jika dia tidak salah perkiraan akan ada seseorang datang membukakan pintunya.     

Dia mulai menghitungnya dalam hati, "lima,,, empat,,, tiga,,, dua,,, satu! "     

Walaupun perkiraannya meleset tiga detik, apa yang diprediksikannya benar-benar tepat. Ada seseorang yang terdengar seperti tengah membuka kunci pintu dari arah luar.     

Tidak lama pintu terbuka dan munculah sesosok orang yang mereka tunggu. Seorang laki-laki muncul dari balik pintu, dan tersenyum ke arah mereka bertiga.     

"Yes! " cetus nita sedikit keras agar dokter Edwin yang berdiri disampingnya bisa mendengar euforia kemenangannya ketika sosok yang muncul dari balik pintu adalah dion perawat anestesi di ruang IBS sesuai dengan yang nita perintahkan pada yoga.     

"Maaf pak dokter " ucap nita, "jangan lupa traktir makan enaknya di restoran yang paling mahal! "     

Mulut dokter edwin tidak dapat tertutup, dia masih menganga melihat seseorang yang datang membukakan kunci pintu tersebut bukan yoga.     

"Saya sebenarnya tidak suka sombong, tapi saat ini saya sedang bahagia atas kemenangan saya! " cetus nita bersiap untuk pergi dari ruangan yang membuatnya menjadi orang yang berbeda.     

Senyuman lebar terlihat di wajahnya ke arah dokter Edwin dan aditya yang dia tinggalkan lebih dulu.     

***dan semua kembali ke suasana malam dimana nita berada di dalam tempat tidurnya bersama yoga...     

"Sicantik yang jenius! " cetus yoga, dia pun harus membayangkan perjuangannya tadi ketika menerima pesan bernada sedikit ancaman dari istrinya itu.     

"Bu bidan tahu tidak? " ucap yoga, "tadi itu, ketika mendapat pesan sebenarnya hampir saja aku yang membukakan pintunya! "     

"Karena tadi aku sudah berada di depan pintu aula! " yoga melanjutkan ucapannya, "tapi karena aku tidak mau tidur di kamar tamu, aku juga yang mengalah kembali ke ruang IBS mencari dion dan mengatakan semua yang nyonya besar suruh.. "     

Nita tertawa kecil, "tidak apa-apa, hitung-hitung olahraga! "     

Nita menepuk kecil perut yoga, masih six pack ketika Nita menyebutnya harus berolahraga.     

Yoga tertawa kecil, yang pasti dia tidak akan melanggar semua yang sudah nita perintahkan untuknya, dia hanya terlalu cinta pada wanita yang telah memenuhinya hatinya itu. Apapun akan dia lakukan, jika hanya harus kembali ke ruang IBS dari lantai tiga itu hanya tantangan kecil untuknya.     

"Dokter Edwin yang buat gara-gara, aku juga harus kena imbasnya! " cetus yoga menggelengkan kepalanya.     

Dia memandangi wajah nita yang begitu datar menanggapi semua ucapannya.     

"Bagaimana kalau sekarang kamu terkunci denganku? " celetuk yoga.     

Membuat nita langsung menoleh ke arahnya, terlihat tawa tidak percayanya akan ucapan yoga kali ini.     

"Pasti menyenangkan! " godanya, dia mulai mendekatkan bibirnya di pipi Nita.     

Kedua tangan nita berusaha menahannya, dia terus melakukan perlawanan kecil.     

"Aku mau bermain seperti waktu kalian terkunci tadi! " ucap yoga, "aku cemburu mengetahui istriku berada di satu ruangan begitu lama dengan dua laki-laki muda dan keren! "     

"Hentikan.. " nita tertawa kecil, "itu kejadian yang benar-benar tidak bisa diprediksi! "     

"Kalau begitu ayo kita lakukan hal yang sama seperti tadi denganku! " yoga mulai bertingkah seperti anak baru gede yang cemburu dengan pasangannya, dia tidak rela jika hanya dua laki-laki itu yang merasakan keseruan bersama dengan nita tadi siang. Dia pun menginginkan hal yang sama.     

"Baiklah, aku turuti.. " nita menyetujuinya, dia tersenyum ke arah yoga.     

"Anggap saja ini sebagai ucapan rasa terima kasihku yang tulus, karena oppa dokter mau membantuku tadi! "     

Dia menarik nafasnya dalam-dalam, matanya pun menatap wajah yoga yang berada disampingnya.     

"Tadi itu ada pertanyaan dari dokter Edwin " ucapnya pada yoga, "dia bertanya tentang cinta pertama.. "     

"Jadi kita mulai bagian pertama,,, " dia memegang kedua sisi pipi yoga dengan tangannya.     

"Sekarang mulai ceritakan siapa cinta pertama oppa dokter! " cetusnya, "tidak boleh berbohong, boleh dilebih-lebihkan, tapi jangan dikurangi! "     

Dan pernyataan pertama dari nita itu membuatnya tertegun, dia terasa sulit untuk berkata-kata. Hal ini membuatnya begitu menyesal memiliki keinginan yang menjebak dirinya sendiri.     

Yoga hanya bisa memandangi wajah nita, perlahan senyuman terbaiknya luntur berganti menjadi satu ekspresi penuh rasa gugup.     

Dan dia harus memberikan jawabannya pada si cantik yang jenius di hadapannya ini...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.