cinta dalam jas putih

Tom and jerry



Tom and jerry

0Nita masih terdiam ketika muncul pertanyaan yang membuatnya begitu enggan menjawabnya, tidak akan ada manfaatnya itu siapapun.     

"Itu,,, " nita mulai mengeluarkan suaranya, sambil memandangi dua laki-laki yang sedari tadi begitu tidak sabar untuk mendengar jawabannya.     

"Rahasia! " cetus nita, dia lalu menjulurkan lidahnya ke arah mereka.     

Mereka yang pada awalnya begitu serius ingin mendengarkan jawaban nita, harus kecewa dengan jawaban yang nita berikan.     

Nita terkekeh melihat ekspresi mereka, para laki-laki yang bernasib sama, sulit untuk move on.     

"Jangan bilang dokter yoga! " dokter edwin bicara seolah dia tidak akan mempercayainya jika jawabannya adalah dokter yoga.     

Wanita semenarik dia tidak mungkin belum pernah berpacaran sebelum dia menikah dengan seniornya itu.     

Aditya hanya menanggapi dengan senyuman kali ini, dia tidak bisa seperti dokter Edwin yang berbicara seperti itu pada nita.     

"Pacarmu dulu pasti banyak yang patah hati " dokter edwin kembali menyambung ucapannya, "pasti kamu yang mengakhiri hubungan lebih dulu.. "     

"Jangan lihat sesuatu hanya dari fisiknya, dokter! " nita tidak setuju jika dia dibicarakan seperti itu, semua hal yang tidak pernah dilakukannya dia akan dengan berani menentangnya.     

Nita tertawa kecil, "yang setuju untuk curhat itu dokter dengan pak adit, saya sama sekali tidak menjawab akan curhat juga! "     

"Karena saya tidak suka curhat dengan laki-laki, apalagi orang yang diajak curhat itu susah move on! " lanjutnya nita dengan sedikit ledekan.     

"Untuk mengatasi masalah dirinya sendiri saja sulit, sekarang mau membantu orang! " ledek nita, dia lupa sedang bicara dengan siapa kali ini. Rupanya bukan kedua laki-laki itu saja yang telah lupa diri karena terkunci, saat inipun nita telah sama seperti mereka berdua.     

Aditya tertawa kecil, menertawakan dokter Edwin yang langsung nita beri kartu merah.     

"Tanya saja pak adit, tentang cinta pertamanya " tatapan Nita berganti ke arah Aditya, "siapa tahu sama-sama susah move on, jadi bisa masuk klub galamon sama-sama! "     

"Jahatnya, perkataanmu.. " ucap dokter Edwin pada nita, jika biasanya para wanita begitu menyukai pembahasan tentang cinta jika sedang berkumpul lain halnya dengan nita.     

Dokter edwin sedikit menebak pikiran nita, dia karakter orang pemilih. Memilih dengan siapa dia harus membicarakan hal pribadi dan apa saja yang boleh di ceritakan dan tidak harus diceritakannya. Jika mendapati wanita seperti ini, laki-laki manapun begitu beruntung memilikinya.     

Nita masih dalam tawanya, di pikiran terlintas jika dia mengatakan bahwa pacar pertamanya adalah Wildan yang tidak lain adalah keponakan dokter yoga, dapat dipastikan kemungkinan jawaban dari mereka. Yang pertama mereka akan menertawakannya, dan yang kedua mereka pasti akan mengatakan 'tragis' pada cinta pertamanya.     

Walaupun sebenarnya tidak semengerikan itu. Dia bisa membuktikan, bahwa tidak ada yang namanya cinta pertama sulit dilupakan. Ketika dia mendapat satu perhatian lebih dan kasih sayang dari yoga, hatinya mulai berubah dan bisa menerima cinta itu dengan baik. Dia lebih mementingkan kasih sayang yang berasal dari dalam jiwa dibanding cinta yang lebih banyak muncul dari nafsu. Cinta terakhir itu lebih indah dan kuat dari apapun.     

"C'est dommage je n'ai pas d'amor! " aditya tiba-tiba berkata dalam bahasa perancis.     

Nita dan dokter edwin dapat dengan jelas mendengar dan mengerti ungkapan hati aditya kali ini, itu sebuah bahasa yang memiliki arti bahwa dia harus mengasihani dirinya sendiri karena tidak mempunyai cinta sekarang ini.     

"Kenapa seperti itu? " dokter edwin teraneh, "ketampanan oke, pekerjaan sangat bagus dan menjanjikan masa depan cerah, baik pula. Mana mungkin tidak memiliki cinta sama sekali! "     

Mendengar pujian dokter edwin padanya, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

"Dia tidak melihat itu.. " aditya melirik ke arah nita, "kami ditakdirkan berdekatan bukan sebagai pasangan, tapi hanya seorang sahabat! "     

Jika aditya memandang nita seperti itu, dapat dipastikan bahwa 'dia' yang dimaksudkan Aditya adalah wanita yang saat ini tengah terkunci bersamanya saat ini.     

Nita hanya bisa menanggapinya dengan senyuman tipis, "mungkin tuhan belum memberikannya saat ini, dia tahu kapan waktu yang baik memberikan jodoh terbaik untuk pak adit "     

"Saya yakin orang-orang baik seperti pak Adit dan dokter edwin, akan diberikan pasangan yang paling baik juga! " ucap Nita, dia berharap semoga kali ini semua ucapannya itu akan menjadi doa untuk kedua laki-laki yang berada dengannya saat ini.     

Berharap di cerita kehidupan selanjutnya mereka mendapatkan pasangan terbaik yang akan menemani kisah hidup mereka nanti.     

Aditya tersenyum dalam anggukan kepalanya, mungkin seperti ini lebih baik. Melihatnya bahagia akan menjadikan satu kebahagiaan untuknya juga. Dia laki-laki dan dia harus kuat menerima kenyataan bahwa tidak selamanya cinta itu harus memiliki dan dimiliki.     

"Terbaik sekali doanya! " cetus dokter edwin.     

Dia pun semakin berharap situasi ini akan berlangsung lebih lama lagi, dia begitu suka dengan semua yang diucapkan oleh nita.     

"Terima kasih doanya.. " aditya tersenyum ke arah nita.     

"Karena aku yakin doa dari orang baik sepertimu akan dikabulkan Tuhan.. " pujinya.     

"Dan semoga wanita yang diberikan Tuhan nanti sama sepertimu! " cetus aditya dalam hatinya, dia mengakui tentang dirinya sendiri yang teramat sulit melupakan seseorang yang dia kagumi selama ini.     

"Baiklah, kita ganti topik saja! " dokter edwin membuat keputusan, menyimpan kedua tangannya di dahinya. Memperlihatkan pada semua orang bahwa dia sedang berpikir.     

"Bagaimana kalau kita membicarakan tentang film terbaru di bioskop? " tanyanya.     

Tampak nita dan aditya menggelengkan kepalanya tidak setuju.     

Aditya adalah orang super sibuk, di akhir pekan pun selalu dia pakai untuk bekerja. Dia adalah pekerja keras yang mengutamakan pekerjaannya dari kepentingan apapun.     

Sedang nita, dia sangat menghindari sekali menonton di bioskop karena terlalu merasa nyaman, dan selalu tertidur. Sehingga dia sama sekali tidak tahu jalan cerita film yang di tontonnya.     

"Kompak sekali! " cetus dokter edwin menanggapi jawaban aditya dan nita.     

"Kita bicarakan yang sedang viral di media sosial? " lagi-lagi dokter Edwin memberikan idenya, dia sudah seperti bukan sedang terkunci di satu ruangan. Tetapi membuatnya seolah-olah seperti perkumpulan ibu-ibu arisan, acara intinya hanya lima menit acara gosipnya memakan waktu berjam-jam.     

"Kita bukan panelis, dokter! " lagi-lagi nita memberikan tolakan, dia seorang wanita yang sudah menjadi ibu. Tetapi dia lebih memilih mengurangi melakukan dosa terindah seperti itu.     

Aditya akan mengikuti saja, dia hanya akan menyaksikan mereka yang selalu berdebat sedari tadi. Seperti Tom and Jerry.     

Dokter Edwin menggarukan kepalanya, dia mulai kebingungan membicarakan hal apa yang akan mengusir rasa jenuhnya karena masih terkunci di dalam ruangan.     

"Membicarakan makanan enak saja " ucapnya mendapat ide, "kemarin aku coba nasi goreng yang berada di depan rumah sakit, rasanya enak sekali! "     

Nita menggelengkan kepalanya pada senyuman miringnya.     

"Dokter Edwin " panggil nita, "kita sedang terkunci dan tidak tahu kapan akan keluar! "     

"Jika harus membicarakan makanan dan membayangkannya akan membuat kita sendiri semakin tersiksa! " cetusnya, lagi-lagi menolak dengan apa yang dokter edwin sarankan.     

"Kita harus menggunakan tenaga kita dengan hemat.. " nita melanjutkan perkataannya, "jangan mengobrol lagi, diam dan pikirkan bagaimana caranya kita keluar dari sini! "     

"Aku lapar! " teriakan nita dalam hatinya, sudah hampir dua jam mereka di ruangan ini. Perutnya mulai membunyikan alarm untuk dia isi, calon janinnya sudah membutuhkan nutrisi saat ini.     

Aditya tertawa kecil melihat kedua orang yang akan menjadi calon duta yang dia rencanakan saling adu argumen. Ini terlihat sempurna dimatanya, dia membutuhkan orang yang tegas seperti nita dan dokter Edwin yang memiliki ide yang luas. Selain sebagai seorang dokter dia juga penulis, dia bisa dengan cepat mengetahui hal apa yang diinginkan oleh orang-orang diluar sana.     

"Kita buat taruhan saja! " akhirnya dokter Edwin menyerah. Dia orang yang paling tidak bisa berhenti mengoceh dalam dua jam ini.     

"Aku berani taruhan orang yang pertama bukan kunci dari luar sana adalah dokter yoga! " ucapnya.     

"Jika aku benar, kalian berdua harus mentraktirku di restoran paling mahal di kota ini! " dia sedikit memaksakan kehendaknya.     

Nita mengernyit, "jangan terlalu mahal, nanti gajiku tidak cukup! "     

Perkataan nita membuat aditya dan dokter Edwin tertawa bersamaan.     

"Derita anda! " ucapan dokter Edwin menjulurkan lidahnya ke arah Nita, kali ini seperti sedang menguji kesabaran nita.     

Nita menanggapinya dengan matanya yang terbelalak.     

"Kalo bukan dokter, sudah aku aku gulung seperti kertas lalu aku lempar jauh-jauh! " cetus nita dalam hatinya penuh kekesalan yang muncul karena rasa lapar yang dirasakannya.     

"Biar aku yang traktir kalian berdua! " aditya menjadi penengah, menghentikan adu argumen dari pihak nita yang menjadi oposisi.     

Membuat mereka berdua terdiam dan hening dalam seketika, semua mata mereka terus fokus pada jarum yang masih terus berputar, berharap ada seseorang yang melihat pesan mereka dan membukakan pintunya.     

Lima menit berlalu dari diamnya mereka***     

Terdengar suara dari arah dibalik pintu, mereka tersenang karena telah datang seseorang yang menyelamatkan mereka. Sesuai perjanjian yang mereka ributkan tadi, dengan mata yang begitu tajam siap menatap orang yang telah membukakan pintu tersebut.     

Selang beberapa detik pintu pun terbuka dan munculah sosok yang mereka tunggu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.