cinta dalam jas putih

Hampir Sempurna



Hampir Sempurna

0"Bubu! " tiba-tiba axel muncul dari balik jendela mobil yoga yang telah menunggu Nita.     

"Axel.. " nita terkejut melihat putranya itu sudah berada di dalam mobilnya bersama yoga.     

"Tidak usah sayang " nita menghentikan axel yang telah membuka pintu mobil untuk berpindah ke kursi belakang.     

"Bubu di belakang saja.. " dia lalu membantunya untuk menutup pintu mobil dan segera masuk dan duduk di kursi kedua.     

Kali ini dia yang memberikan satu ciuman di kedua pipi para ksatria-ksatrianya itu.     

Yoga tersenyum ke arah nita yang masih terlihat begitu segar, tidak nampak sedikitpun kelelahan diwajahnya.     

"Ada apa? " dipandangi seperti itu membuat nita teraneh.     

"Tidak.. " dia lalu mengurungkan niatnya untuk menanyakan apa yang dirasakannya saat ini. Melihat istrinya tidak mengeluh apapun dia lebih baik tidak memicu pertanyaan yang nantinya justru akan membuat nita akan mengalami gejala-gejala yang sering terjadi pada trimester pertama.     

"Ayah pasti mau bertanya apa bubu sudah makan! " celetuk axel ketika ayah dan bubunya itu tengah saling memandang.     

Perkataan lucu axel itu sontak saja membuat mereka berdua tertawa, dia sudah mulai memperhatikan secara detail apa yang sering dilakukan dan diucapkan kedua orang tuanya.     

Ini menjadikan satu peringatan untuk yoga nita yang menjadi seperti role model bagi putranya itu ketika belajar dirumah. Maka setiap apa yang dilakukan dan diucapkannya harus bisa dijadikan contoh yang baik untuk putranya itu.     

"Kita kerumah dokter mei sekarang! "     

Nita terkejut, "kerumah siapa? "     

"Dokter mei " jawaban yoga diiringi senyuman lebarnya, "dia mengundang ibu bidan kanita untuk bisa hadir dirumahnya setelah selesai dinas! "     

Dahi nita berkerut matanya menyipit, dia pikir setelah yoga bicara dengannya semua akan selesai.     

"Tenang saja " yoga memastikan, "dia bukan istri yang sedang emosi karena diselingkuhi suaminya! "     

"Sekarang dia jadi kakak sehari mu! "     

"Kakak sehari.. " nita tertawa kesal mendengar ucapan yoga yang terdengar begitu ringan.     

Dia tidak bisa menolaknya karena yoga sudah memilih jalan menuju rumah dokter mei, jika dia berpura-pura pusing itu sangat tidak mungkin. Selain dia tidak pandai berakting, jika pun dia bisa berbohong pasti yoga mengetahuinya.     

Jadi hasil akhirnya, dia harus ikut walaupun dia tidak pernah membayangkan bagaimana merasa berdosanya dia pada dokter mei sekarang ini.     

Mereka telah sampai dirumah berlantai dua dengan cat berwarna putih, tampak dokter mei dan putrinya berdiri di depan pintu menyambut mereka.     

Nita tersenyum ke arah dokter mei, mengikuti langkah yoga dibelakangnya. Axel meraih tangan nita, dia memegang tangan untuk berjalan bersama dengannya.     

"Hallo kakak Axel! " sapa dokter mei.     

Axel tersenyum ke arah dokter mei, dengan cepat dia meraih tangan kanannya dan mencium punggung tangannya.     

"Anak pintar " puji dokter mei, dia mengusap lembut rambut axel. "terakhir aku lihat Axel masih kecil, sekarang sudah mau pemuda, tampan lagi! "     

Axel tersipu malu, berlindung dibalik tangan Nita. Bergelayut manja dalam pegangan bubunya.     

"Ini Emma " dokter mei memperkenalkan putrinya, dia tersenyum ke arah nita dan yoga juga Axel yang malu-malu.     

"Kakak itu keren Bu! " ucap emma pada ibunya, tapi perkataannya sedikit kurang jelas karena syndrome autis yang di deritanya.     

"Iya, kan ayahnya juga keren! " celetuk yoga.     

Membuat nita dan dokter mei tertawa mendengarnya.     

"Yoga! " panggil dokter mei, "asisten rumah tanggaku sedang mudik, aku lupa tadi sepulang kerja tidak membeli makanan. Jadi tolong kamu saja yang belikan! "     

Kedua mata yoga membulat, "katanya ini undangan! "     

"Masa tamu yang harus membeli makanannya juga! "     

Dokter mei hanya tertawa, dia tidak bergeming dengan sindiran yoga.     

"Kalian bukan tamu! " cetusnya, "tapi keluarga, jadi sekali-kali kamu membelikan aku makanan ya... "     

Dia mendorong kecil tubuh yoga untuk cepat menuju ke mobilnya, membeli apa yang dokter mei perintahkan.     

"Pantas saja kamu di tinggal suami! " yoga berkata pelan, "masak saja tidak pernah! "     

Dokter mei tertawa, "tidak bisa masak bukan menjadi alasan penting! kalau hati sudah berubah, mau sebaik apapun kita tetap akan dibanding-bandingkan! "     

"Iya, aku beli sekarang.. " yoga segera berjalan menuju ke dalam mobilnya, walaupun dengan wajah yang penuh dengan rasa geram tapi dia menuruti semua perkataan dokter mei. Melihatnya yang sedang hamil, dia harus bersikap baik karena istrinya pun sedang hamil. Jika suatu hari nanti istrinya membutuhkan pertolongan, akan ada banyak orang lain yang menolongnya karena kali ini yoga membantu dokter mei, pikirnya.     

Nita tersenyum lebar ke arah yoga berada di dalam mobil tersenyum ke arahnya, dia bukan hanya begitu baik ketika bersamanya. Ketika sahabatnya meminta pertolongannya pun dia akan melakukannya.     

"Axel ayo kita lihat permainan di ponselku! " ajak Emma menarik-narik satu tangannya.     

"Tapi ini, bukan waktunya bermain ponsel Emma! " cetusnya, dia dengan sabar mengikuti emma yang mengajaknya duduk di sebuah sofa.     

"Kita mewarnai saja! " axel mengeluarkan semua peralatan menggambarnya, dan menyimpannya diatas meja. Dia memberikan selembar kertas kosong pada emma untuk dia menggambar.     

"Anak kecil tidak boleh terlalu banyak bermain ponsel! " axel menasehatinya, padahal usia mereka hampir sama. Tapi Axel seperti sudah tahu bagaimana memperlakukan Emma yang memiliki kebutuhan khusus tersebut.     

"Pintar sekali " lagi-lagi dokter mei memuji Axel, dia dan nita duduk di sofa di belakang mereka.     

"Dokter mei, aku boleh ikut ke kamar mandi? " nita sepertinya sudah tidak dapat menahan keinginannya untuk buang air kecil, padahal usia kehamilannya masih lima Minggu tapi dia merasa vesikanya mudah sekali penuh.     

"Di ujung sebelah kanan sayang " dokter mei menunjukan ke arah kamar mandi.     

Nita tersenyum menganggukan kepalanya, dengan bergegas dia beranjak dan pergi ketempat yang sudah ditunjukan dokter mei.     

"Axel " panggil dokter mei, dia sengaja akan melayangkan pertanyaan padanya ketika nita masih berada di kamar mandi. Karena dia tahu axel adalah putra yoga dari elsa.     

"Ya tante "     

"Siapa yang mengajarimu untuk tidak bermain ponsel? " tanyanya.     

"Ayah "jawabnya, "ayah melarang aku bermain ponsel, tapi bubu membolehkan asalkan semua pekerjaan sekolahku telah selesai.. "     

Dokter mei tersenyum tipis, "kamu mengerjakan pekerjaan sekolahmu dengan siapa? ayah dan bubu kamu kan bekerja! "     

"Bubu " Axel masih terlihat serius dengan gambar yang dia buat untuk Emma.     

"Bubu sepulang kerja pasti membantuku untuk mengajariku di pelajaran yang sulit "     

Dokter mei sedikit tersindir oleh perkataan Axel, dia selama ini tidak pernah melakukannya pada putrinya. Merasa begitu lelah setelah bekerja membuatnya memberikan Emma guru privat untuk mengajarinya, terlebih dia selalu merasa emosi jika emma tidak dapat menjawab pertanyaannya.     

"Bubu kamu sayang sekali padamu ya? "     

Axel menganggukan kepalanya, "dia juga sayang dengan ibuku.. "     

"Ibu,,, Elsa? " dokter mei mengernyit.     

"Iya " Axel membenarkan jawabannya, "ibu selalu bilang aku harus mengikuti semua perkataan bubu, karena bubu orang baik dan penyayang "     

Dia kembali terdiam, keluarga ini begitu hampir sempurna dimatanya. Ada hal yang harus dia garis bawahi disini, nita yang ternyata begitu sibuk pun selalu menyempatkan memberikan perhatian pada axel yang notabennya bukan putra kandungnya.     

Dia seperti memberikan satu contoh bahwa tidak semua ibu sambung itu mengerikan seperti yang banyak diceritakan oleh banyak orang.     

"Aku boleh bertanya padamu? " dokter mei langsung bertanya pada nita yang telah selesai dari kamar mandi.     

"Boleh, dokter "     

"Apa yang kamu lakukan selama ini, sehingga bisa membuat yoga seperti sekarang? " tanyanya, "maksudku kalian seperti pasangan yang begitu sempurna.. "     

Nita tertawa kecil, "benarkah? dokter itu berlebihan sekali, kami tidak selalu terlihat seperti itu. Bahkan kami sering juga saling diam satu sama lain, tapi tidak berlangsung lama. Salah satu dari kami pasti ada yang mengalah, tapi yang lebih sering itu dokter yoga yang mengalah.. "     

"Benarkah, laki-laki itu suka mengalah? "     

Nita tersenyum tipis, "mengalah untuk pasangan bukan hal yang memalukan, jika kita perlu memakai itu untuk bisa mempertahankan pernikahan saya rasa tidak akan apa-apa.. "     

"Kita tidak selamanya memiliki ego yang besar " lanjut Nita, "ketika dokter yoga terus berbuat baik seperti itu, akhirnya membuat saya jadi merasa saya pun bisa membalas kebaikannya "     

"Kenapa sih kita kenal dekat baru sekarang ya! " dokter mei memperlihatkan wajah sedihnya, jika dia bisa lebih dekat dengan nita sebelum rumah tangganya kacau mungkin dia bisa belajar dari nita.     

Dulu dia tidak menyukai nita karena telah menikah dengan yoga, sehingga tidak ada kesempatan untuk sahabatnya Elsa bisa kembali pada yoga. Sekarang dia tahu untuk tidak membenci seseorang ketika dia belum mengenalnya.     

"Yoga tidak pernah marah padamu? "     

"Pernah " jawabnya, "tapi itu semua karena kekhawatirannya pada saya.. "     

"Tidak ada orang yang marah-marah tanpa ada sebab.. " nita menegaskan.     

Dokter mei tertawa kecil, kata-kata nita kali ini memang benar. Jika dia seseorang yang berpikiran sehat, tidak akan mungkin marah dengan tiba-tiba.     

"Jadi, apa yang sebaiknya aku lakukan saat ini? " tanyanya kembali, dia merasa mungkin nita dapat memberikannya sedikit jalan keluar yang terbaik.     

Nita terdiam sejenak, "dokter ingin mempertahankannya atau melepaskannya? "     

Dia berpikir untuk beberapa waktu, "jika aku mempertahankannya? "     

Nita tersenyum kecil, "terimalah dokter dhanu apa adanya, dengan semua kesalahan yang pernah dibuatnya. Saya selalu menyimpan perkataan seseorang dengan baik di dalam pikirannya saya, setinggi dan sebesar apapun yang dimiliki seorang istri kita harus tetap berada dalam kodrat yang tuhan tentukan. Wanita tidak akan pernah bisa berada diatas laki-laki, kita hanya bisa berada disampingnya untuk menyeimbangkan hidup kita! "     

"Tidak akan ada yang bisa berada di atas dua-duanya, harus ada pemimpin dalam rumah tangga kita.. " nita kembali mengingat ucapan nenek padanya dulu sebelum dia menikah.     

Dokter mei tertegun dengan ucapan nita, pantaslah dia seperti ini. Jika orang yang berada disekitarnya pun selalu memberikan nita nasehat-nasehat yang terbaik.     

"Jika aku aku akan melepaskannya? "     

"Majulah dengan semua kekuatan dokter, kekuatan dari Emma dan calon bayi dokter. Maju tanpa harus menyingkirkan orang lain itu lebih terhormat.. "     

Dan kali ini dia tertawa membuat nita memasang wajah aneh melihatnya.     

"Kamu mirip sekali dengan yoga! " cetusnya, "dia juga mengatakan itu tadi padaku! "     

Dia tidak bisa menghentikan tawanya, "memang ya, kalau jodoh itu selalu terlihat dari kesamaannya.. "     

"Aku jadi iri banyak nih! "     

"Jangan kebanyakan iri! " yoga muncul di belakang mereka dengan membawa beberapa bungkus makanan.     

"Iri yang paling baik itu, diambil dan lalu diterapkan kebaikannya pada diri sendiri " ucap yoga, "itu bisa menjadi bahan untuk intropeksi diri sendiri.. "     

Dia membukakan pizza kesukaan Axel, dan menyimpan di meja untuk dimakan Axel dan emma bersama-sama.     

"Makan ini.. " dia memberikan nita salad buah makanan favorit istrinya itu.     

"Ini untuk bumil manja juga! " diapun memberikan dokter mei salad yang sama dengan nita.     

"Terima kasih sudah mau menemani aku makan siang hari ini.. " dokter mei terharu dengan apa yang dilakukan oleh yoga pada keluarganya.     

"Membelikan makan siang! " yoga menegaskan.     

Membuat nita dan dokter mei tertawa, dia sudah mendapat begitu banyak pelajaran baik dari sahabatnya itu.     

Dokter mei pun mulai berpikir, ada satu hal yang terbesit dalam pikirannya. Untuk intropeksi diri yang yoga katakan, dia akan mencoba mengerti jika tidak akan ada kesalahan yang berani dibuat jika tidak alasan didalamnya. Dan mungkin memang dia harus memperbaikinya dari dalam dirinya sendiri yang begitu merasa sempurna dari siapapun...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.