cinta dalam jas putih

Protagonis



Protagonis

0"Aku ketakutan kamu marah-marah tadi! " yoga terduduk di kursi yang berhadapan dengan nita.     

Setelah kedua orang yang pagi-pagi sekali merusak suasana indahnya hati nita pergi, yoga menyempatkan diri untuk berbicara sebentar dengan istrinya itu.     

"Memang aku boleh marah? " tanya nita.     

Yoga tersenyum tipis, "tidak boleh, kamu kan sudah terkenal sebagai tokoh baik, bijak dan ramah. Kamu tidak bisa merubahnya, karena mereka tidak akan menyukainya jika sedikit saja kamu berubah! "     

Di puji seperti itu nita tersenyum malu, dia merasa tidak seperti itu. Hanya berusaha memulai semua dengan niat baik, dan dengan sendirinya langkah-langkah selanjutnya pun berjalan dengan baik.     

"Tidak ada operasikah? " nita teraneh melihat yoga yang masih duduk bersamanya pagi ini.     

"Ada banyak " jawabnya datar.     

Nita mengernyit, "ada banyak tapi masih disini! "     

"Nanti semua pasien menunggu lama! "     

"Sebentar lagi.. " yoga tersenyum, "aku masih betah disini, bersama wanita yang selalu membuatku terus saja mengingatnya! "     

Nita tertawa kecil, "tumben sekali! "     

Padahal yoga setiap hari selalu menggombalinya dengan semua kata-kata yang begitu manis.     

Pembicaraan mereka harus terhenti ketika ponsel yoga tiba-tiba berdering. Tidak lama setelah bicara di telepon, yoga memberikan ponselnya pada Nita.     

"Siapa? " tanya nita dengan suara yang begitu pelan.     

"Dokter Mei! " jawaban yang yoga ucapkan juga lebih pelan dari suara nita.     

Nita terkejut, karena tiba-tiba dokter Mei ingin bicara dengannya. Perasaannya mulai bercampur aduk, pikirannya mulai diliputi oleh hal-hal yang aneh.     

"Halo " suara nita mulai menyapa di ujung teleponnya.     

"Kanita, hari ini ada rapatkah? " tanyanya tidak dengan berbasa-basi.     

"Hari ini kebetulan tidak ada rapat " jawabnya, "ada apa dokter? "     

"Bisa kita bicara berdua saja sekarang? " tanyanya kembali.     

"Apa pasien di ponek banyak? " pertanyaan kembali muncul pada nita tanpa sempat menjawabnya.     

"Tidak, kebetulan sedang aman " jawabnya.     

"Baguslah " suara di seberang sana begitu terdengar berbeda, "kita bicara di kantin, bagaimana? "     

"Saya ingin bicara sebelum pelayanan poliklinik dibuka! "     

Nita menoleh ke arah yoga yang terlihat begitu penasaran dengan apa yang mereka bicarakan di telepon.     

"Baiklah " Nita menyetujuinya, "saya kesana sekarang "     

"Terima kasih " ucapnya, "saya tunggu "     

Nita kembali memberikan ponselnya pada yoga, dengan segera dia beranjak dari duduknya. Setelah menyimpan semua buku yang tadi dibawanya, diapun bersiap pergi untuk menemui dokter Mei.     

"Kamu kan bisa bilang saja sedang banyak pasien! " yoga menganjurkan nita untuk berbohong dan menghindari untuk berbicara dengan dokter Mei.     

"Sampai kapan? " nita tersenyum tipis, "justru itu akan semakin membuat dokter Mei curiga oppa dokter! "     

"Kita kan belum tahu apa yang akan dibicarakannya " sambung nita, "jangan membuat pikiran negatif terlebih dahulu sebelum kita lihat dengan kedua mata, dan mendengarnya dengan kedua telinga kita! "     

"Kan oppa dokter sendiri yang kemarin bilang seperti itu " nita mengingatkannya.     

Yoga tertegun, wanita ini terlalu pintar mengimplementasikan setiap nasehat yoga padanya. Jika sudah seperti ini dia tidak akan bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa mengkhawatirkannya saat ini.     

Dia hanya bisa berharap tidak akan ada hal serius yang mereka bicarakan, apalagi menyebabkan pertengkaran. Karena saat ini ada satu lagi calon didalam perut nita yang menjadi prioritas utamanya.     

"Semoga tuhan memberikan semua orang kebahagiaan hari ini! " suara nita dalam hatinya. Dia berdoa begitu kuat tuhan akan memberikan satu kebahagiaan dalam hidup dokter Mei, sehingga ketika dia bicara dengan nita tidak terjadi hal-hal yang mengerikan. Menurut nita, kebahagiaan memiliki peran penting pada perubahan pikiran dan hati seseorang.     

Dia memainkan matanya, melihat ke seluruh penjuru wilayah kantin untuk mencari sosok dokter Mei. Di arah ujung sebelah kanannya, terlihat seorang wanita cantik terduduk dan melambaikan tangannya ke arah nita.     

Senyuman nita mengiringi setiap langkahnya untuk lebih mendekat ke arah dokter Mei. Dia duduk berhadapan sesampainya ditempat dimana dokter mei telah terduduk.     

"Maaf menunggu lama " ucap nita.     

Senyuman kecil muncul dari wajah dokter Mei, "tidak apa, saya juga baru sampai! "     

"Apa kabar bidan kanita? " tanyanya, "sudah lama kita tidak bertemu lagi setelah pembicaraan kita di poli beberapa waktu yang lalu "     

Pembicaraan mereka terhenti sejenak ketika seseorang datang membawakan mereka dua gelas jus jeruk yang lebih dulu dokter mei pesan.     

"Aku tadi tanya sama yoga minuman kesukaan kamu! " cetus dokter mei, "dia bilang jus jeruk, jadi aku pesankan sekalian.. "     

Nita tersenyum, "terima kasih dokter "     

"Panggil mei saja "     

Nita tersenyum menanggapinya, mana boleh dia begitu tidak sopan hanya memanggil namanya saja. Gelar yang begitu terhormat dan dia dapatkan dengan bersusah payah itu baik nita maupun orang lain harus menghargainya. Terlepas dari sedekat apapun mereka, nita akan tetap menghormatinya.     

"Nita " dokter mei memanggilnya, "bolehkan aku memanggilmu seperti ini? "     

"Iya " nita menjawab diiringi dengan senyuman.     

Dia menatap wajah nita, "aku baru saja bertengkar hebat dengan dokter dhanu, semalam tiba-tiba dia mengatakan satu hal yang membuat kehidupan ini runtuh dan hilang seketika! "     

"Apalagi kalau bukan karena perselingkuhan yang dia lakukan.. " dokter mei melanjutkan perkataan setelah beberapa detik menghela nafasnya.     

Melihat wanita cantik dihadapannya itu begitu menahan rasa sakitnya, nita mengulurkan tangannya. Di genggamnya satu tangan dokter mei, walaupun itu tidak akan membantu banyak. Nita berharap bisa berbagi rasa sakit tersebut, dan memberikannya satu dukungan semangat.     

Dia berada di jalur yang begitu menyulitkannya, wanita di hadapannya ini sudah seperti sahabat baiknya dan di satu pihak lain tari adalah salah satu stafnya. Ini seperti nita harus memilih memihak korban atau pelaku.     

"Kamu tahu dia sedang hamil juga seperti aku! " dokter mei mencoba mengontrol emosinya.     

"Dasar laki-laki menyebalkan! " umpat nita dalam hatinya, dia begitu tidak habis pikir dengan tindakan dokter dhanu pada istrinya yang sedang hamil juga. Dia menjadi sedikit percaya dengan perkataan neneknya dulu, jika selingkuhan suami tengah mengandung biasanya istri sah nya pun sedang mengandung juga. Ternyata ini bukan dalam kehidupan sinetron, ini sebuah kenyataan!.     

Hal ini semakin membuat nita merasa berada di dua persimpangan jalan yang harus dia pilih salah satunya.     

"Dokter tidak apa-apa menceritakannya pada saya? " nita lebih mengingatkan dokter mei, dia sudah terlalu percaya pada nita sekarang ini. Padahal mereka baru bertemu dua kali, dan dia begitu mudah menceritakan tentang kehidupan rumah tangganya pada nita.     

"Saya percaya yoga " jawabnya, "jadi saya juga akan percaya pada istrinya, dia selalu bilang kamu seseorang yang dapat dipercaya... "     

Nita mengumpat kesal pada suaminya sekarang ini, untuk apa dia bicara seperti pada istri sahabatnya ini. Ini semakin membuat masalah seperti angin topan, berputar-putar ditempat yang sama.     

"Kamu tahu wanita itu sedang hamil! " cetus dokter mei, "dia itu bidan yang tidak tahu diri! "     

"Maaf bukan berarti aku mengatakan itu padamu " dia memastikan pada nita bahwa dia tidak seperti itu.     

"Dia hamil lebih dulu dariku " ucapnya penuh dengan luapan emosi saat ini, "mereka pasti sudah berhubungan begitu lama! "     

"Laki-laki menyebalkan itu lupa, dengan siapa dulu dia bersusah payah sampai seperti sekarang ini! " dokter mei mengepalkan tangannya, dia menyimpan kemarahannya itu disana.     

"Dia tidak akan pernah seperti saat ini jika tanpa bantuan dari orang tuaku! " dan akhirnya dia membicarakan kelemahan suaminya sendiri pada orang lain, hal yang seharusnya begitu dia jaga dengan baik.     

"Mereka berdua tidak tahu diri! " cetusnya, "apa kamu tahu siapa bidan itu? "     

Nita tersenyum kaku dan dengan reflek menggelengkan kepalanya. Dengan segera dia mengusap perutnya, meminta maaf pada calon janin dalam perutnya karena telah berbohong kali ini.     

"Dia tidak akan pernah bisa melakukan apapun tanpa bantuanku! " mungkin saat ini wanita itu sedang berada dalam emosinya, sehingga dia meluapkan kekesalannya dihadapan nita.     

Dia seperti sengaja memperlihatkannya pada nita, menjadi membuatnya memikirkan satu hal saat ini.     

Dokter mei sudah mengetahui siapa orangnya dan dengan sengaja menunjukan pada nita bahwa laki-laki yang dipilih oleh tari itu tidak akan pernah mampu berdiri sendiri tanpa bantuannya.     

Tapi dia juga berharap dugaannya itu salah, dia harus memperlihatkan bahwa dia tidak memihak pada salah satu diantara mereka. Dia hanya memanusiakan manusia, memberikan perlakuan yang semestinya pada seorang wanita yang tengah mengandung. Tanpa ada maksud lain didalamnya.     

"Bagaimana menurutmu? " lalu dia menanyakan pendapat nita tentang semua hal yang dia bicarakan pada nita tadi.     

"Jika ini terjadi pada suamimu apa yang akan kamu lakukan? " tanyanya kembali.     

Nita tersenyum kecil, dia berharap itu tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan rumah tangganya.     

"Jika dokter yoga berbuat kesalahan seperti itu, berarti saya juga harus memikirkan bahwa selama ini yang saya lakukan belum tentu benar " ucap nita menanggapi pembicaraannya dengan dokter Mei.     

"Tapi saya tidak akan pernah berpikiran seperti itu pada dokter yoga " nita melanjutkan perkataannya, "walaupun kemungkinannya lima puluh persen akan terjadi hal seperti itu! "     

"Saya akan percaya saja, jika kita menetapkan niat kebaikan pada pernikahan kita langkah-langkah selanjutnya pun akan menuju pada semua hal baik... "     

Dokter mei mengernyit, dia tertawa kecil. Tidak akan ada wanita di dunia ini seperti itu, mungkin mereka hanya orang-orang munafik yang bersikap baik untuk menutupi kesalahannya sendiri. Dia hanya berpikir secara logis.     

"Kalau kamu seperti itu, nanti kamu ditindas sama laki-laki! " cetusnya, "kita wanita bekerja, bisa dengan mudah mencari yang lebih baik! "     

"Saya memang tidak berpikiran modern, dok " nita merendah, "saya hanya berusaha membuat pasangan saya sempurna, tanpa membanding-bandingkannya dengan orang lain. Menjaga nama baiknya dimanapun saya berada, kekurangannya tidak akan menjadi bahan pembicaraan yang penting! "     

"Dokter tidak perlu memberitahukan seperti apa rasa sakit yang akan saya alami jika mengalami hal seperti dokter " ucap Nita, "saya sudah bisa merasakannya, bahkan ketika usia saya masih delapan tahun. Ayah saya yang mengalaminya "     

Dokter mei menjadi tidak enak mengungkit masa lalu Nita, awalnya dia hanya ingin berbagi pendapat pada wanita yang selalu yoga sebutkan bisa menjadi teman yang baik.     

Nita terdiam sejenak, dia jadi harus mengingat kembali masa kecilnya yang begitu menyedihkan.     

"Tetapi dia selalu mengajarkan saya, ketika ada satu kesalahan pasti ada kata maaf terucap setelahnya.. " sebenarnya dia enggan bicara tentang ini, terdengar seperti menggurui seseorang.     

"Saya bukan ingin memihak pada wanita yang merusak hubungan dokter karena dia satu profesi " ucapnya, "atau karena kami memiliki sedikit kesamaan dalam kisah cinta dengan seorang dokter... "     

"Saya hanya melakukannya karena naluri wanita saya yang lemah " sambungnya, "dibalik dosa yang dibuatnya ada satu mahluk tidak bersalah yang akan menjadi korban, dan saya sebagai seorang ibu berkewajiban melindunginya tanpa harus melihat latar belakang bagaimana dia dibuat! "     

Dokter mei tertegun dengan semua kata-kata nita yang terdengar begitu hati-hati dia ucapkan.     

"Saya minta maaf dokter telah mengecewakan dokter mei, karena harus melindunginya! " nita memperlihatkan wajah bersalahnya.     

"Bagaimana kamu hidup selama ini dengan yoga, benar-benar membuat saya sangat iri " ucapan dokter mei penuh pengharapan, "kamu tidak lebih tua dari saya tetapi kamu begitu berpikiran dewasa! "     

"Tapi kenapa kamu selalu bilang melindungi wanita itu? wanita siapa? " dokter mei teraneh, "apa kamu tahu siapa wanita itu? "     

Dokter mei tidak mengerti pada pembicaraan nita kali ini, setelah dia meminta maaf dia juga mengatakan tentang perlindungan.     

Mata nita menjadi sulit untuk berkedip, bibirnya pun terasa beku. Perkiraannya salah kali ini, dokter mei belum mengetahui sedikitpun siapa wanita itu. Ternyata ini hukuman dari tuhan pada nita karena berniat berbohong pada wanita yang tersakiti iru, dia kena batunya sendiri atas apa yang dipikirkannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.