cinta dalam jas putih

kejutan



kejutan

0"Kanita.. " dia membaca tulisan di balik kertas usg yang berikan padanya tadi.     

Dengan segera dia memberikan kembalikan kertas tersebut pada yoga.     

"Nama pasiennya sama dengan namaku! " cetus Nita, "pantas saja oppa dokter menyuruhku membacanya.. "     

Yoga mengernyit melihat kepolosan nita setelah membaca nama yang tertulis di balik kertas tersebut.     

"Memangnya dirumah sakit siapa lagi yang bernama kanita! " yoga mengingatkan nita, bahwa nama kanita hanya miliknya.     

"Cuma istrinya dokter yoga saja! " ucapnya kembali.     

Nita tertawa mendengar semua perkataan yoga, "aku belum telat juga bulan ini! "     

Dia menjulurkan lidahnya ke arah yoga.     

"Siapa bilang? " yoga tersenyum, "sudah telat satu hari juga! "     

Nita mengernyit, dia mencoba mengingat kembali tentang jadwal datang bulannya. Setelah beberapa waktu dia lalu memperlihatkan wajah yang penuh keterkejutannya.     

"Jadi itu hasil usg tadi? " tanya nita, "jadi tadi bukan lemak atau nasi goreng isinya? "     

Yoga dibuatnya tertawa dengan perkataan lucu dari nita.     

"Oppa dokter benarkan? " lagi-lagi dia bertanya, "aku hamil? "     

Giliran yoga yang tidak menanggapi pertanyaan-pertanyaan nita, dia hanya senyum-senyum saja.     

"Jangan diam! " cetus Nita, dia terus saja mengusik yoga untuk menjawab pertanyaannya "ayo jawab! "     

Yoga mengikuti nita menjulurkan lidahnya ke arah nita, dia beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah dapur.     

Nita mengerucutkan bibirnya, mengikuti yoga ke arah dapur. Dia tampak mengambil sesuatu dari dalam kulkas.     

"Oppa dokter... " suara manja Nita mirip seperti wanita-wanita Korea di dalam drama.     

"Minum dulu! " yoga memberikan nita segelas susu. "atau kamu mau aku potongkan buah-buahan? "     

"Habiskan, baru aku jawab.. "     

Nita tersenyum menganggukan kepalanya, dia dengan senang hati meneguk susu yang berada di dalam gelas yang dipegangnya.     

"Jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja keras " ucap yoga, "kamu tidak boleh stres! "     

Dari perkataan yoga tersebut dia dapat menyimpulkan jawaban dari semua pertanyaannya. Tidak ada perhatian yang terbaik yang selalu di dapat dalam hidupnya. Dan hanya yoga yang selalu memberikan perhatian itu.     

"Sekarang perhatikan dirimu terlebih dulu sebelum orang lain " yoga melanjutkan nasehatnya, "di trimester pertama itu sangat begitu rentan! "     

"Jangan memikirkan masalah kerja sendirian, kamu harus menceritakan semuanya padaku! " satu persatu nasehat mulai bermunculan padanya.     

"Untuk staf meeting nanti biar aku yang putuskan! " yoga memandangi nita yang tengah meneguk segelas susu, "kamu tinggal atur saja waktunya, dan Axel... "     

"Iya.. " nita memberi jawaban setelah menghabiskan susu yang yoga berikan, "jangan terlalu memanjakan axel, harus bisa membiarkan dia belajar mandiri! "     

Kedua alis yoga terangkat, pertama ketika dia melihat nita begitu cepat menghabiskan satu gelas susu miliknya. Yang kedua adalah saat nita dapat membaca pikirannya tentang axel. Satu tangannya mengusap lembut bibir Nita, membersihkannya walaupun sebenarnya tidak ada sisa apapun di sudut bibirnya.     

"Selamat sayang.. " ucap yoga dengan tatapan lembutnya ke arah nita.     

Nita tersenyum lebar, "terima kasih,,, terima kasih,,, terima kasih,,, "     

Nita bertubi-tubi memberikan ciuman di pipi yoga, dia mengungkapkan rasa bahagianya. Membuat laki-laki yang berada dihadapannya itu tertawa karena malu.     

"Jangan berat sebelah! " yoga menunjukan pipi kirinya dengan jari telunjuknya ke arah nita, dia meminta dia menciumi juga pipi sebelah kirinya.     

"Baiklah " nita menurutinya.     

Kali ini dia sedang bahagia, karena mendapatkan sesuatu hal yang paling indah dalam hidupnya.     

Yoga pun merasakan hal yang sama, melihat wanita disampingnya itu begitu bahagia. Dia seorang wanita kuat, walaupun setelah apa yang menimpa kehamilannya di waktu lalu tidak pernah menyurutkan keinginan terbesarnya untuk kembali merasakan kebahagiaan menjadi seorang ibu.     

Pagi ini nita sudah yang telah mengikuti apel mendapati dua orang wanita setengah baya tengah duduk di kursi yang berada di dalam kantornya.     

"Ibu " shasya meraih tangan nita, sebelum dia masuk ke kantornya. Dia membawa nita ke dalam ruang ganti petugas, sudah terduduk Karin dan aline yang tampak serius membicarakan sesuatu. Pembicaraan mereka terhenti begitu nita datang.     

"Ada apa? " nita bisa menyimpulkan pasti terjadi sesuatu semalam, melihat Karin dan shasya yang telah berjaga malam masih belum meninggalkan ruangannya.     

"Ibu semalam ada insiden! " shasya memberitahukan nita.     

Nita terdiam sejenak, "apa yang terjadi? "     

Masalah pertamanya setelah kemarin malam Nita mendapatkan kabar gembira, ternyata rekan kerjanya mengalami satu kejadian insiden.     

"Semalam aku kesal sekali! " cetus karin, "bidan desa merujuk pasien dengan atonia uteri, pasien datang dengan kondisi syok dan anemis. Kamu tahu apa yang membuatku kesal? "     

Karin menghela napasnya, "pasien tidak terpasang infus satu pun! "     

"Saya terkesal membuat saya lupa, memarahi bidan desa itu! "     

"Coba, Bu. Mana protap yang mereka pakai ketika merujuk? " karin begitu menggebu-gebu.     

Nita mencoba mendengarkan semua keterangan dari Karin terlebih dahulu, "kamu catat kronologisnya kan? "     

"Sudah, bu "     

Shasya memberikan Nita selembar kertas berisi laporan insiden tersebut berikut dengan hal-hal yang tidak terduga tersebut.     

"Dimana kamu memarahi bidan desa tersebut? " tanya nita kembali pada karin.     

"Di kantor ibu " jawabnya, "aku tidak menyangka dia akan melaporkanku ke ketua organisasi kita! "     

"Dan mereka sudah menunggu di kantor " aline menyela pembicaraan Nita dan Karin.     

0

Nita tersenyum kecil menganggukan kepalanya mengerti dengan semua yang dijelaskan oleh karin. Dia mulai membaca laporan insiden yang karin buat, dia tidak merasa takut sedikitpun kali ini. Walaupun yang akan dihadapinya kali ini adalah seorang kepala organisasi yang menaunginya. Sepertinya kehamilannya saat ini membawanya menjadi lebih berani.     

"selamat pagi " nita menyapa kedua wanita yang telah lama menunggunya di kantor, satu dari salah satu wanita tersebut terlihat masih sangat muda.     

"Bidan kanita, Bu " nita menyalami keduanya.     

"Bidan kanita kita langsung saja! " wanita yang terlihat berumur lebih dari nita bicara, dia sangat mengenal bidan arini yang menjadi ketua organisasi di daerahnya.     

"Saya akan membuat pernyataan terkait dengan perlakuan yang tidak sesuai dengan etika profesi staf ruang ponek "     

Dia terlihat wibawa tetapi kata-katanya sedikit meluapkan emosinya.     

"Pasti bidan kanita tahu tentang etika tidak boleh saling menyudutkan sesama rekan sejawat? " tanyanya kembali.     

Nita tersenyum menganggukan kepalanya, dia melihat ke arah bidan disamping bidan arini tersebut.     

"Bolehkah saya tahu nama Bu bidan? " tanya Nita.     

"Bidan elma " jawabnya.     

"Baik bidan elma " nita bicara dengan tenang, "bolehkah saya tahu dimana staf saya memarahi bidan? "     

Dia menerawangkan seluruh pandangannya keseluruh ruangan nita.     

"Disini Bu.. " tunjuknya.     

"Jadi aman ya bu bidan! " cetus Nita, "staf saya bukan memarahi bidan elma, tapi dia lebih mengingatkan pada bidan elma. Beruntung bahwa staf saya tidak memarahi bidan di depan pasien, karena dia sangat tahu tentang kode etik "     

"Tapi seharusnya pihak ponek menghargai kerja keras bidan elma yang dengan segera melakukan perujukan agar pasien dapat segera ditangani.. "     

"Hargailah karena tempat mereka begitu jauh di desa sana "     

Nita tersenyum pendek seraya beranjak dari tempat duduknya, dia membuka lemari yang berada di sudut ruangannya.     

"Justru karena tempatnya sangat jauh, bukankah lebih baik jika sudah terpasang infus? jika terjadi sesuatu diperjalanan bagaimana? "     

Dia membawa satu buku yang dia rasa akan cukup untuk menghentikan aksi todong mereka padanya.     

Jika nita berada di posisi mereka saat ini, dia tidak akan mendatanginya seperti ini. Hanya akan membuat mereka malu saja. Tapi nita harus menghargai semua bentuk perlindungan organisasinya.     

Nita terduduk kembali setelah mendapatkan buku yang akan membantunya.     

"Saya sudah menghubungi dokter yoga dan menceritakannya " lagi-lagi nada bicara bidan arini sedikit tinggi.     

Nita terdiam sejenak, dia sedikit kesal ketika tahu yoga dibawa-bawa kedalam masalah ini. Tetapi dia tidak dapat berbuat apa-apa jika itu yang diputuskan oleh organisasi.     

"Ibu " nita memandang ke arah ibu ketua organisasi di daerahnya tersebut.     

"Tanyakan apa kesalahan fatal yang dibuat bidan elma saat merujuk pasien? "     

"Iya, seseorang ketika panik akan melupakan hal penting! " bidan arini memiliki argumen yang berbeda dengan nita     

Bidan elma hanya terdiam mendengar pernyataan Nita.     

"Bukankah akan lebih panik jika pasien menjadi syok dan tiba-tiba meninggal karena anemis? " tanya nita, "kita saling mengingatkan saja.. "     

Mereka berdua terdiam, membuat Nita semakin ingin menunjukan sesuatu pada mereka.     

"Ini buku penapisan yang selalu bidan pakai ketika merujuk, dan ini adalah buku protap alur rujukan! "     

Nita membukanya dan diperlihatkan pada mereka berdua.     

"Tertulis dengan jelas pemasangan infus jaga ketika merujuk! " sambung nita.     

Dia tahu jika nita berani berkata seperti ini pada ketua organisasinya, ketika nanti diadakan rapat organisasi mereka akan terus memberikan sindirannya pada nita.     

"Saya bukan membela staf saya " ucap Nita, "saya merasa staf saya sudah bertugas sesuai dengan SOP yang ditentukan pihak rumah sakit, saya juga akan melakukan hal sama jika terjadi hal seperti itu! "     

"Jika pasien sudah syok, akan sangat kesulitan sekali memasang infus. Tapi jika saja hal tersebut sudah terpasang ketika di rujuk maka kita tinggal melanjutkan resusitasi cairannya.. "     

"Jika bidan elma merasa tersinggung dengan perkataan staf ponek, saya sebagai kepala ruangan yang mewakilinya untuk meminta maaf " lanjut nita. "mungkin cara penyampaian mereka salah.. "     

"Jangan sampai hal seperti ini membuat hubungan satu profesi menjadi tidak terjalin baik! " nita memberikan kesimpulan, "kami berterima kasih karena bidan arini dan bidan elma mau berbaik hati mengingatkan kekurangan pekerjaan yang kami lakukan.. "     

Diberikan ucapan terima kasih oleh nita membuat mereka terdiam malu, awalnya mereka saling bertatapan dan kemudian memandangi nita.     

"Saya akan jadikan semua ini sebagai evaluasi dari kinerja ponek " Nita tersenyum ke arah mereka berdua, "untuk melakukan perubahan yang lebih baik.. "     

"Iya benar sekali " bidan arini setuju dengan perkataan Nita. "semoga untuk kedepannya kita semua bisa melakukan satu kerja sama dengan baik sebagai petugas kesehatan! "     

"Dan saya juga sebagai ketua akan melakukan evaluasi pada semua anggota yang berada di desa-desa " lanjutnya, "terima kasih bidan kanita mau mengingatkan saya.. "     

"Sama-sama.. " nita tersenyum, dan dapat bernapas lega ketika permasalahan kali ini bisa membuat dia dan sang ketua menjadi lebih akrab.     

Dia mendapati yoga yang berdiri tepat di depan pintu kantornya yang tidak tertutup rapat, dahi nita berkerut melihatnya. Entah sejak kapan dia sudah berdiri disana.     

Dia melemparkan senyuman dan acungan jempol nya pada nita.     

Nita membalas dengan senyuman dan kedipan matanya memberitahukan bahwa dia telah berusaha menyelesaikan masalahnya dengan baik.     

Padahal sebelum dia sampai di ponek, yoga begitu khawatir ketika menerima telepon dari ketua organisasi kebidanan yang memberitahukannya tentang kejadian semalam. Awalnya dia begitu ketakutan nita yang tengah hamil tidak dapat mengontrol emosinya, tapi dia baru menyadarinya sekarang ini. Bukan Kanita jika dia tidak dapat membuat orang yang tidak menyukainya berbalik menjadi sahabat barunya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.