cinta dalam jas putih

Pikiran yang salah



Pikiran yang salah

0Yoga membawa semangkuk buah yang mba mumu potongkan tadi untuk nita yang mengurung dirinya didalam kamar membaca bukunya.     

"Bidadari yang hobinya membaca! " celetuk yoga pelan. "tertidur... "     

Dia mendapati nita yang tertidur diatas buku yang dibacanya tadi. Dia tersenyum menatapi wajah indah nita ketika tertidur, dia tidak tega membangunkan bidadarinya itu. Tetapi istrinya itu belum memakan sesuatu semenjak pulang dari rumah sakit tadi, karena dia terlalu sibuk dengan keingintahuannya itu.     

"Sayang! " yoga terduduk disamping nita yang terbaring di atas tempat tidurnya.     

Dia menyimpan mangkuk berisi buah yang dibawanya di meja yang terletak disamping tempat tidurnya.     

"Kamu demam.. " yoga menyimpan telapak tangannya di pipi nita.     

Nita yang menyadari ada seseorang di sampingnya, perlahan membuka matanya.     

"Ada apa? " begitu tahu yoga yang membangunkannya nita kembali menutup matanya.     

"Kamu sakit? " yoga bicara pelan.     

Nita menggelengkan kepalanya tanpa berbicara.     

"kamu belum makan dari sepulang kerja! "     

Dan kali inipun nita tidak menjawab apa-apa, lagi-lagi hanya menggelengkan kepalanya dalam pejaman matanya.     

"Nanti kamu sakit " yoga mengusap pipi nita dengan lembut, "Biar aku suapi, supaya kamu cepat istirahat kembali! "     

Geraman nita terdengar oleh yoga, dia memaksakan dirinya untuk duduk walaupun matanya masih terpejam.     

Yoga tersenyum menggelengkan kepalanya, menyuapi nita dengan begitu sabar. Dia seperti seorang ayah yang begitu sabar menghadapi putrinya yang tengah marah.     

"Aku masih tetap marah, walaupun di suapi seperti ini! " dalam pejaman mata dan mulutnya yang sedang mengunyah makanannya.     

"Iya.. " yoga menanggapi kemarahan Nita dengan senyuman dan dengan kembali menyuapinya.     

Nita menggelengkan kepalanya, dia merasa perutnya sudah cukup kenyang. Rasa kantuknya lebih kuat dari rasa laparnya, dia kembali merebahkan tubuhnya.     

"Cuma boleh mencium pipi dan kening saja! " nita memberikan pengumumannya pada yoga sebelum dia kembali tidur.     

Yoga tersenyum geli mendengarnya, diapun tidak akan membuang kesempatan itu walaupun hanya mencium pipinya saja. Dan membenarkan posisi selimut yang menutupi tubuh nita. Membiarkannya untuk beristirahat setelah seharian bekerja.     

"Ini bukan arah kerumah sakit! " cetus nita teraneh melihat yoga yang membawanya ke tempat lain.     

Yoga hanya menjawab dengan senyuman, dia tidak akan banyak berbicara kali ini sebelum mereka sampai ke tempat yang akan dia tunjukan.     

"Aku menyerah walaupun baru satu malam saja kamu marah padaku! " ucapnya menoleh ke arah nita, "bukankah kamu sangat ingin tahu siapa lelaki yang menjadi ayah dari salah satu stafmu! "     

Nita mengernyit, "oppa dokter kan cukup mengatakannya semalam! "     

"Tidak perlu menunggu membuatku marah dan berpikiran curiga " sambung nita.     

"Yang kamu tanyakan semalam apa bu bidan sayang? " tanya yoga begitu sabar menghadapi nita, "bukannya semalam menanyakan apa aku ayahnya.. aku sudah jawab bukan, lalu hadir lagi pertanyaan siapa ayahnya.. "     

"Dan ayahnya adalah dia! " yoga menunjuk ke arah rumah yang tepat berada di depan yoga menghentikan mobilnya.     

Nita terdiam, ketika dia melihat sosok seorang anak perempuan yang berseragam sekolah berumur sama seperti axel dengan wajah Mongoloid yang khas tampak berdiri didepan pintu garasi rumahnya.     

Sesaat dia tidak mendapati apa yang ingin dia lihat, sampai akhirnya muncul seorang wanita dengan jas putih yang sama dengan yang selalu yoga pakai setiap hari ketika bekerja.     

"Itu,,, " nita sama sekali tidak percaya ketika dia melihat dokter meilani muncul dari dalam rumah tersebut. Dan menoleh ke arah yoga dengan wajah yang begitu terkejut.     

"Itu dokter meilani.. " dia bicara ke arah yoga, "dia itu istri dari dokter dhanu? "     

"Yap " yoga menganggukan kepalanya.     

Nita terdiam menundukan kepalanya begitu tidak percaya, awalnya dia mengira laki-laki itu adalah dokter kim yang selalu terlihat senang menebarkan pesona pada setiap wanita. Dia sama sekali tidak pernah menyangka, dokter dhanu terlihat begitu baik dan selalu bersikap sopan pada siapapun. Semua yang ada dipikirannya itu salah besar.     

Bahwa tidak semua judul yang terlihat indah dan sempurna, tidak selalu memiliki cerita yang bagus pula didalamnya, pikir nita. Seseorang paling baik pun bisa saja melakukan kesalahan, bahkan kesalahan yang paling sulit dimaafkan menurut nita.     

"Kita kembali saja! " suara nita pelan.     

Yoga tersenyum kecil melihat nita yang bereaksi seperti itu ketika telah mengetahui semua jawaban yang diinginkannya.     

"Baik " dia mengikuti kemauan nita, dan segera menghidupkan kembali mesin mobilnya.     

"Jadi, dhanu itu menikah selama delapan tahun dan ketika tuhan memberikannya hadiah kesabarannya dia masih harus di uji dengan kelainan pada anaknya.. " yoga menjelaskan pada nita ketika mereka masih berada di dalam perjalanan.     

"Itu kenapa aku tidak tega memberitahukannya semalam, rumah tangga mereka sudah diuji terlalu berat! " sambung yoga, "kami berteman sudah begitu lama dan tahu apa yang menjadi alasannya seperti itu.. "     

"Tapi itu bukan alasan untuk berkhianat! " cetus nita pelan, dia sepertinya mulai merasakan keengganannya membicarakan hal ini kembali. Dia sudah merasa cukup mengetahui kekisruhan rumah tangga orang lain, semua bukan haknya untuk mencampurinya.     

"Kemarin kamu berantusias sekali ingin mengetahui siapa orang yang harus bertanggung jawab pada tari " yoga sesekali menoleh ke arah nita, "kenapa sekarang berbeda? "     

Nita mengerucutkan bibirnya seperkian detik sebelum dia mengeluarkan kata-katanya.     

"Aku rasa sampai disini saja aku tahu " ucap nita, "tidak ada gunanya buat aku untuk mengetahui keburukan keluarga orang lain, biar mereka yang menyelesaikannya sendiri.. "     

Yoga tersenyum mendengar ucapan nita, dan menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju.     

Nita terdiam kembali karena malu, pikirannya salah tentang sikap yoga yang tidak memberitahukannya. Bilapun dia yang berada di posisi yoga, dia juga akan melakukan hal yang sama jika itu berkaitan dengan sahabat baiknya. Lebih baik jika dia tidak tahu untuk selamanya. Jika ketika dia mengetahuinya akan membuatnya menjadi penghujat kesalahan orang lain     

"Aku minta maaf.. " nita menoleh ke arah yoga dan melemparkan senyumannya.     

"Tidak boleh marah! " cetus nita, sekarang dia memperlihatkan kekuasaan sebagai seorang istri.     

"Iya.. " yoga harus mengusap dadanya kembali, "aku kapan bisa marah sama istriku ini! "     

Nita tertawa karena memang dia selalu jadi pemenang jika sedang beradu argumen dengan suaminya itu.     

"Akhir-akhir ini aku sedang cepat marah, jadi harap dimaklumi "     

Yoga menoleh ke arah nita sekilas, dan kembali memikirkan sesuatu.     

"Kalo ibu hamil sih bebas! " cetus yoga pelan seraya senyum-senyum sendiri. Dia merasa ada banyak perubahan yang begitu terlihat dari nita yang sama sekali dia tidak sadari.     

"Kalau orangnya itu dokter Kim, pasti akan lain lagi ceritanya.. " nita bicara geram dalam hatinya sambil melangkahkan kakinya menuju ruang ponek, dia begitu tidak suka dengan orang yang dia sebut dalam hatinya.     

Langkah nita terhenti ketika menangkap sosok orang yang begitu dia benci tengah berjalan menuju ke ruangannya, pupil matanya membesar.     

"Dia mau apa kesana! " cetusnya, dengan cepat berbalik dan bersembunyi di belakang tembok yang berada tepat di depannya.     

Disesekali mengintip ke arah ruangan PONEK untuk memastikan kembali.     

"Apa yang sedang kamu lihat? "     

"Ya ampun! " nita terperanjat mendengar suara dari arah belakangnya, dia memukul-mukul kecil dadanya karena terkejut.     

"Dokter! " cetus nita sedikit bernada tinggi ketika melihat dokter Edwin yang berdiri di belakangnya.     

"Aku kaget! " nita memperlihatkan wajah marahnya.     

Dokter edwin tertawa kecil, dia mengikuti nita untuk melihat apa yang sedang dia lihat sampai begitu serius dan tidak menyadari kehadirannya.     

"Aku baru tahu kalau kamu suka mengintip juga! " ledek dokter edwin.     

Nita mengernyit, dia mengerucutkan bibirnya dan diperlihatkannya ke arah dokter edwin.     

Tawa dokter Edwin perlahan menipis begitu menangkap sosok dokter kim yang keluar dari ruang ponek, dia mengambil kesimpulan wanita yang berada di hadapannya itu pasti tidak ingin berhadapan dengan dokter Kim.     

"Dokter sudah sehat? " nita bertanya padanya.     

"Berkat kamu, saya lebih cepat sehat! "     

Dahi nita berkerut dan tawa kecilnya muncul, "berkat saya? "     

Dokter edwin menganggukan kepalanya, "karena ingin dengan cepat bertemu dengan kamu, jadi membuat motivasi untuk cepat sembuh! " jawabnya berbau kegombalan.     

Nita menghela napasnya, kedua alisnya terangkat. Dia sudah bosan mendengar bualan lelaki yang semuanya begitu sama didengar olehnya, berlebihan!.     

"Kenapa? kamu tidak percaya? " dokter edwin semakin bersemangat menggodanya.     

Senyum nita terlihat dipaksakan, "terserah dokter saja! "     

Dia kembali memindahkan pandangannya ke arah ruang ponek untuk memastikan dokter Kim telah keluar dari ruangannya.     

"Dia sudah pergi! " dokter Edwin memberitahukan pada Nita.     

"Siapa? " tanya nita berpura-pura     

Dokter edwin tertawa gemas melihat wajah polos nita, dia tidak pernah membuatnya bosan untuk terus menatapnya.     

"Dokter Kim sudah keluar " dia mengulangi ucapannya, "kamu bisa masuk sekarang.. "     

"Benarkah? " nita kembali melihat ke arah dimana dokter Kim berada.     

Terlihat sosoknya telah berjalan menjauhi ruang ponek, napas leganya muncul. Walaupun dia tidak tahu untuk alasan apa dokter Kim berada di ruang ponek. Nita sama sekali tidak ingin berhadapan dengan pimpinan yang sudah membuatnya begitu ketakutan.     

"Aku harus segera masuk! " cetus nita, "selamat bekerja kembali dokter.. "     

Nita melemparkan senyumannya pada dokter Edwin yang masih ingin berbicara dengannya begitu lama.     

Dia memandangi langkah nita yang menjauh darinya, begitu mengingatkannya pada seseorang yang dia rindukan. Seseorang yang telah pergi dari kehidupannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.