cinta dalam jas putih

Kemungkinan



Kemungkinan

0"Kamu yakin mau aku lanjutkan ceritanya? " yoga kembali memastikan ketika melihat raut wajah nita yang berubah setelah mendengarkan apa yang dia ceritakan, dia terpaksa menceritakan semuanya karena Nita sendiri yang memintanya.     

"Lanjutkan saja.. " nita ingin tahu apakah kejadian dalam mimpinya itu sama persis dengan kenyataannya.     

Dan dia begitu banyak berharap itu akan sama, karena jika itu tidak sama dia memastikan yoga harus bersiap-siap menerima bendera perang darinya.     

"Apa yang harus dilanjutkan? " yoga balik bertanya.     

"Lanjutkan, apa yang terjadi setelah seorang lelaki tampan melihat wanita cantik tanpa busana di hadapannya... " nita mencoba mengingatkan halaman dimana yoga berhenti menceritakan kejadian yang pernah dialaminya itu.     

Yoga tertawa kecil, dia bukannya ketakutan diintrogasi seperti itu oleh nita. Tetapi dia merasa senang karena bisa membuat istrinya itu sedikit memperlihatkan kecemburuannya.     

"Dia masih berdiri dengan handuknya yang terlepas dan mengatakan kalau dia tidak dapat mengembalikan uangnya " yoga mulai menceritakan kembali.     

"Tidak dengan uang tapi dengan,,, " dia merasa kali ini ada kata-kata yang tidak layak untuk disebutkan pada nita.     

"Dengan tubuhnya! " nita menyela ucapan terakhir yoga, dia memandangi yoga dengan wajah yang sedikit santai.     

"Lalu? " nita meminta yoga kembali melanjutkan ceritanya.     

"Aku memakaikan kembali handuknya, lalu pergi membiarkan dia sendiri dirumah.. "     

Nita tersenyum tipis mendengar yoga yang sama sekali tidak merespon tari yang sudah berusaha menggunakan tubuhnya, dan menjadikannya hal mudah untuk dapat mengatasi satu masalah.     

"Kenapa di pakaikan lagi? " nita terus menghujaninya dengan pertanyaan, "kan sayang wanita cantik, seksi sudah berada di depan mata! "     

Yoga tertawa kecil, dia merebahkan kepalanya di pangkuan Nita.     

"Masa aku tega melakukan hal seperti itu ketika istriku sedang terbaring lemah di ICU! " cetus yoga memandangi nita, "aku tidak pernah sedikitpun memikirkan hal yang akan membuat kesenangan untuk diriku sendiri! "     

Nita tersenyum mengusap rambut yoga, "tapi kan sayang, kamu kehilangan uangmu dan tidak bisa mencicipi sedikit wanita cantik itu! "     

Yoga mengernyit, "dia bukan makanan bu bidan cantik, yang mengaku jadi bidadari ndeso! "     

Nita tertawa mendengarkan candaan yoga yang di tujukan untuknya. Dalam hatinya tidak ada hal membahagiakan ketika mendengar semua yang yoga ceritakan padanya itu begitu sama dalam mimpinya, suaminya itu mungkin memang tergoda dengan melihat wanita cantik tanpa busana dihadapannya. Walau bagaimanapun dia hanyalah seorang manusia, tapi rasa tanggung jawabnya terhadap keluarga mengalahkan semua hal yang merupakan fatamorgana indah yang hadir begitu singkat.     

"Jadi,,, " nita masih memainkan tangannya di rambut yoga.     

"Siapa ayah dari anak yang di kandung tari? " tanya Nita, "aku tidak apa-apa jika kenyataan yang menyatakan kejujuran akan menyakitkan, daripada harus hidup manis tetapi dalam kebohongan! "     

Yoga yang memperhatikan cara bicara nita yang begitu membuatnya gemas, dia mengangkat kepalanya sejenak untuk dapat memberikan satu ciuman di bibir nita.     

"Yang jelas bukan aku! " yoga kembali menyandarkan kepala di pangkuan nita, "mau percaya atau tidak, aku tidak menyukai wanita lain selain bidan kanita, dia saja belum habis ku eksplor masa harus cari yang lain! "     

"Aku suka wanita yang sulit didapatkan daripada yang mudah seperti itu! " lanjutnya.     

Nita tersenyum kecil, mendengar ucapan yoga yang sangat membuat hatinya tenang.     

"Tapi kalau ada perubahan peraturan mengijinkan beristri lebih dari satu, aku akan memikirkannya! " yoga melemparkan candaannya yang membuat nita seketika melotot ke arahnya dan menghadiahkannya cubitan di perutnya secara bertubi-tubi.     

"Coba saja kalau berani! " perkataan nita bernada ancaman.     

Yoga tertawa, "justru itu, aku belum berani! "     

"Jadi nanti saja kalau sudah berani.. " dia begitu senang memberikan candaannya pada nita.     

Pada kenyataan sebenarnya itu hanya untuk mengalihkan pembicaraan mereka, agar nita tidak terus bertanya hal yang sama padanya.     

Nita tertawa menanggapi keinginan suaminya itu, "sudah cukup.. "     

Nita kembali menatap wajah yoga, "mau beritahu aku atau tidak, siapa ayah nya? "     

Trik yang dipakai yoga tidak pernah bisa menembus naluri alamiah seorang istri yang begitu penasaran. Itu akan percuma saja, nita jauh lebih pintar dari yang dia pikirkan.     

Yoga menggosok hidungnya, menunjukan bahwa saat ini dia sedang berada dalam masalah.     

Kedua alis nita terangkat, "siapa? "     

Dia lalu menatap wajah yoga yang terlihat gugup, dia seperti kebingungan untuk menjawab satu pertanyaan nita itu.     

Nita masih menunggu dengan sabar jawaban dari yoga, dia sudah mempersiapkan hatinya untuk mendengar semua kemungkinan. Baik itu kemungkinan yang sangat baik atau kemungkinan terburuk sekalipun.     

"Mau dijawab atau tidak? " nita kembali bertanya ketika begitu lama yoga tidak menjawab pertanyaan.     

Dia menjadi memikirkan hal-hal yang begitu menyeramkan, membayangkan bahwa jika suaminya itu juga pernah terlibat cinta terlarang dengan stafnya itu.     

Jika dia berada di dunia drama, hal yang bisa menggambarkan sosok Nita saat ini adalah perubahan dia dari bidadari cantik menjadi siluman rubah bertaring yang berwajah memerah karena tengah murka dikhianati oleh pasangan manusia yang begitu dia cintai.     

"Oppa dokter! " cetus nita, dia mengerutkan dahinya melihat yoga yang tetap saja diam. Dia menekuk bibirnya, dan mengepalkan kedua tangannya ketika yoga hanya menanggapinya dengan senyuman tipis.     

"Baiklah, tidak perlu dijawab " akhirnya nita menyerah, dia beranjak dari duduknya. Membuat yoga seketika terbangun.     

"Kamu mau kemana? " yoga menyadari kemarahan nita.     

"Mandi! " jawab nita pendek, lalu dengan cepat dia masuk kedalam kamar mandi dan menutup pintu tersebut dengan kekuatan kemarahannya.     

Yoga tersentak ketika Nita menutup pintu kamar mandi dengan begitu kuat. Dia menggelengkan kepalanya dan tersenyum dengan kemarahan istrinya itu, dia harus memikirkan cara yang lebih tepat untuk membicarakan hal ini pada nita. Agar nita bisa mengerti dengan jawabannya.     

"Kamu sudah makan? " tanya yoga malam ini melihat nita yang hanya membaca buku setelah selesai mandi tadi.     

"Nanti saja " jawab nita pendek, dia tidak sedikitpun menoleh ke arah yoga dan hanya fokus pada bukunya.     

Yoga tersenyum kecil ketika nita yang selalu cerewet tiba-tiba menjadi pendiam seperti itu.     

Dia berjalan keluar dari kamarnya, melangkahkan kakinya ke arah dapur yang sudah terduduk mba Mumu dan axel dengan kesibukannya maaing-masing.     

"Mba Mumu tolong potongkan beberapa buah untuk ibu! "     

"Siap pak dokter "     

Yoga mengusap lembut kepala axel yang tengah menggambar dan memakan cemilan miliknya.     

"Bubu kenapa yah? " axel masih serius dengan goresan pinsil warnanya, "bubu belum keluar dari kamar sejak pulang kerja tadi! "     

Yoga tersenyum, "bubu kamu itu sedang marah! "     

Mendengar ayahnya berkata seperti itu axel mengeluarkan tawanya, "pasti semua gara-gara ayah! "     

Yoga mengernyit mendengarkan ucapan dari putranya itu.     

"Ayah kan hobinya membuat bubu marah! " lagi-lagi putranya sendiri pun menyudutkannya.     

Yoga tidak bisa menahan tawa kecilnya kali ini, dia mengusap punggung axel begitu lembut.     

"Bubu kamu saja yang saat ini sedikit-sedikit marah! " yoga mencoba membela diri.     

"Mungkin bawaan dalam perutnya.. " yoga memelankan ucapannya sehingga hanya dia yang dapat mendengarnya, dan senyuman dari wajahnya sedikit demi sedikit memudar dan terdiam ketika dia menyadari kata-kata terakhirnya itu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.