cinta dalam jas putih

Momen lalu



Momen lalu

0Nita mendapati yoga yang sudah terduduk di tempat tidur dengan buku yang sedang dibacanya ketika dia selesai membasuh tubuhnya yang penuh keringat.     

"Cepat sekali acaranya " yoga bicara tanpa beralih dari buku yang sedang dibacanya, "aku pikir kalau para kaum hawa sudah berkumpul pasti lupa waktu, anak, dan suaminya! "     

Nita tertawa kecil mendengar perkataan suaminya itu, dia tidak menyindirnya tapi seperti sedikit memberi pengumuman bahwa seperti itulah para wanita bekerja jika sudah melakukan 'Me Time' yang yoga sarankan sendiri pada nita.     

Dan kali ini tangannya kembali mengusap tengkuknya, rasa beratnya tidak hilang sedikitpun walau nita sudah menyegarkan tubuhnya.     

"Kamu kenapa? " yoga memperhatikan nita yang sedari tadi mengusap leher belakangnya, "kemarilah.. "     

Nita mengikuti perkataan yoga, mendekat ke arahnya dan terduduk disamping yoga.     

"Aku merasakan kaku dan begitu berat di leher bagian belakang! " nita merengek pada yoga, dia jadi manja sekali setelah yoga selalu memberikan perhatiannya yang selalu berlebihan membuatnya bersikap seperti itu secara alamiah dan muncul tiba-tiba jika berhadapan dengannya.     

Yoga tersenyum, dia menutup buku yang sedang dibacanya dan lalu menyimpannya. Kedua tangannya dengan lembut memijat leher nita.     

"Apakah kepalamu sakit juga? " tanya yoga.     

"Iya, seperti migrain " jawabnya, "kenapa? "     

"Pakai hormon endorfin saja nanti juga hilang dengan sendirinya.. "     

Nita menanggapi begitu serius ucapan yoga, dan sedikit berpikir dimana dia bisa membeli obat yang yoga sebutkan dimalam hari seperti ini.     

"Kenapa? " yoga teraneh melihat nita yang sepertinya kebingungan.     

"Dimana aku membelinya? " nita tertawa malu.     

Yoga mengerutkan dahinya, dia mengambil ponsel miliknya seperti mengetikkan sesuatu.     

"Ini! " yoga lalu memberikan ponselnya pada nita dengan wajahnya yang terlihat menahan tawanya.     

"Endorfin didapat ketika seseorang tertawa lepas... " nita mulai membaca artikel yang yoga bukakan untuknya melalui si pintar dan canggih serba bisa, " dan dapat dikeluarkan secara alami ketika seseorang telah mencapai orgasme... "     

Dia tidak melanjutkannya, langsung menutup dan menyimpan ponsel milik yoga di meja samping di dekat tempat tidur.     

Matanya berfokus pada yoga yang terkekeh, begitu senang karena bisa menertawakan nita.     

"Awas ya! " nita menyipitkan matanya bersiap melakukan serangan cubitan di perut yoga yang sering dia lakukan jika laki-laki itu menggodanya dengan candaan.     

"Aduh! " tiba-tiba nita meringis kesakitan memegang perutnya.     

"Ada apa? " seketika wajah yoga berubah, melihat nita meringis kesakitan seperti itu diapun menjadi cemas.     

"Kamu pasti makan makanan pedas tadi! " cetus yoga, "atau jangan-jangan malah tidak makan sama sekali! "     

"Satu sama! " nita menjulurkan lidahnya ke arah yoga, dia segera beranjak dari tempat tidurnya dan berdiri.     

Yoga tertawa seraya menggelengkan kepalanya, dia sudah terjebak dari trik tipuan yang nita buat.     

"Kamu mau kemana? "     

"Aku lihat axel dulu, memastikan dia sudah tertidur atau belum! " nita mengedipkan satu matanya ke arah yoga sebelum dia pergi meninggalkan yoga sendiri di kamarnya.     

Setelah lima belas menit Nita pergi untuk melihat axel, akhirnya dia kembali dengan membawa satu mangkuk apel di tangannya.     

"Apa itu? "     

Nita tertawa kecil, "ada apel di kulkas jadi aku memotongnya dulu tadi, aku sepertinya masih merasakan lapar! "     

Dia duduk disamping yoga dan menyuapinya dengan apel yang sudah di potongnya.     

"Kamu habiskan saja! " yoga mengunyah apel yang Nita berikan untuknya, "aku suka sekali jika melihatmu makan... "     

"Benarkah? kenapa? "     

Yoga tersenyum, "terlihat lebih cantik! "     

"Nanti aku berikan hadiah pujiannya setelah aku menghabiskan ini! "     

Nita tertawa malu, lagi-lagi mendapat pujian yang begitu manis dari suaminya itu. Dan dia tahu, pujian itu tidak semata-mata diucapkannya. Selalu ada maksud dan tujuan jika seorang lelaki selalu memuji wanita.     

Mereka itu seperti pembuat makalah ilmiah yang hebat, pandai membuat kerangka konsep yang didalamnya terdapat hubungan sebab akibat dan nantinya akan dibuatkan suatu hipotesa. Begitulah yang ada dalam pikiran nita ketika membaca pikiran suaminya itu. Selalu dihubungkan pada ilmu pengetahuan yang pernah dia pelajari dulu.     

"Oppa dokter... " nita selalu menjadikan momen setelah dia melaksanakan kewajibannya untuk melayani suaminya itu sebagai waktu untuk dia dan yoga membicarakan hal-hal yang telah di lakukan seharian ini, baik tentang pekerjaan atau kejadian lucu yang mereka alami.     

Ini mereka lakukan agar mereka semakin mengerti satu sama lain, dan membagikan kebahagiaan dan kesedihan yang mereka alami.     

"Kamu tahu tadi ada yang mengejar-ngejar aku! " cetus yoga diiringi tawa kecilnya.     

Nita mengernyit memandangi yoga aneh, "siapa yang mengejar-ngejar suamiku? "     

"Dia itu hanya boleh aku saja yang mengejar cintanya! " cetus Nita.     

Yoga tertawa kecil, "iya sampai semua pasien dan keluarga pasien memperhatikanku dari ujung jalan koridor sampai aku masuk ke poliklinik! "     

"Siapa? " nita beranjak dari tidurnya, dan baru menyadari dia tidak memakai pakaiannya. Dengan cepat dia menaikkan selimut untuk menutupinya tubuhnya.     

Yoga tertawa gemas melihat tingkah lucu nita dihadapannya, dia membawa nita untuk merebahkan kepalanya di lengan miliknya.     

"Dia ibu yang sudah memberikanmu tamparan kemarin! " jawab yoga, "dia terus memaksaku untuk memberikannya alamat bidan kanita! "     

"Dia ingin meminta maaf dan berterima kasih secara pribadi padamu.. "     

Nita tersenyum tipis, "aku sudah lupa juga dengan kejadian itu, Tuhan tahu aku sudah memaafkan ibu itu.. "     

"Aku juga sudah bilang seperti itu! " seru yoga.     

"Tapi bukan ibu-ibu namanya, tidak akan berhenti sebelum dia dapatkan apa yang dia mau! "     

Nita tertawa kecil mendengar ungkapan yoga tentang seorang ibu jaman kekinian. Dia tidak menyadari bahwa nita juga seorang ibu dari putranya.     

"Aku ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan suamiku pujaan para ibu- ibu jaman now! "     

Yoga tersenyum bangga ketika kali ini nita memujinya.     

"Aku,,, tadi menemukan satu permasalahan pada salah satu staf di ponek " ucapnya, "dia sangat pintar menurut penilaian ku! "     

"Itu yang membuatku ingin membantunya dan mempertahankannya! " lanjut Nita.     

"Apa yang dia lakukan? "     

Nita lalu berbisik di telinga yoga dia sedikit ragu membicarakannya. Karena secara tidak langsung dia melaporkan satu stafnya pada kepala SMF, walaupun tidak dapat disebut sebuah laporan resmi melihat keberadaan mereka yang berada di atas tempat tidur berdua.     

Dia lalu menceritakan semua yang dia lakukan tadi siang pada tari, semua yang dia katakan, yang di sarankan, dan keputusannya untuk melindunginya agar tidak diberikan sanksi oleh pihak rumah sakit.     

"Bukankah hal itu sering terjadi saat ini " yoga mulai menanggapi, "menikah baru berapa bulan sudah melahirkan "     

"Atau ada yang bilang lahir prematur tapi berat badannya diatas dua ribu lima ratus gram! "     

Nita menganggukan kepalanya membenarkan semua yang yoga katakan.     

"Permasalahannya mungkin akan selesai jika dia menikah " yoga sedikit mengingat kembali wajah tari, dia sedikit lupa dengan wajahnya karena harus berhadapan dengan banyak orang.     

"Aku sepertinya lupa sedikit, yang mana bidan tari itu! "     

"Dia paling cantik di ponek oppa! " cetus nita, "wajahnya mirip sekali dengan artis India yang punya lesung pipi itu! "     

"Ah, iya. Bonekanya ponek.. " celetuk yoga dengan tiba-tiba.     

Nita mengernyit memandangi yoga, "bonekanya ponek? "     

Yoga menutupi kesalahannya dengan senyuman, dia mengucapkan itu secara tidak sadar membuat nita manatapnya curiga.     

"Jangan bilang kalau oppa dokter pernah menyimpan aset juga pada boneka ponek! "     

Yoga memperlihatkan keterkejutannya pada tawanya kali ini, "aset apa? aku cuma simpan aset berhargaku hanya pada bidan kanita saja. Dia jauh lebih lebih baik dari siapapun, dan itu jauh lebih penting daripada hanya memiliki kecantikan! "     

Nita tidak lantas terbuai dengan ucapan yoga kali ini, dia sudah terlanjur menaruh kecurigaan dengan ucapan yoga tadi.     

"Kalau kamu yakin dengan keputusanmu untuk mempertahankan tari, lakukan saja " yoga merapikan rambut-rambut nita yang berjajar di keningnya, "jangan lupa bicarakan denganku jika sesuatu terjadi, aku tidak mau kejadian seperti kemarin terjadi lagi! "     

"Siap pak kepala! " nita tersenyum dengan sisa-sisa tenaganya, sepertinya dia tidak dapat menahan lagi rasa kantuknya.     

Yoga tersenyum memandangi nita yang memejamkan matanya, dia sedikit melayangkan pikirannya pada kejadian beberapa bulan kebelakang disaat nita terbaring di ruang ICU karena perdarahan hebat yang dialaminya. Dia mencoba memutuskan ingatannya itu dengan memejamkan matanya dan memeluk erat tubuh nita. Wanita dalam pelukannya itu jauh lebih berharga baginya.     

"Aku ada yang harus dibicarakan! "     

Nita pagi ini sengaja mengikuti yoga yang pergi menuju kantornya ketika mendapat telepon dari seseorang. Dia dapat mendengar dengan jelas apa yang yoga ucapkan.     

"Kamu pasti sudah mengetahui " suara yoga masih bernada datar tidak sedikitpun terdengar seperti ada kemarahan diucapannya.     

"Kamu tidak boleh sama sekali membawa-bawa nita.. "     

Kali ini yoga menyebut namanya, membuatnya semakin penasaran dengan apa yang dibicarakan suaminya itu. Semalam diapun sudah menaruh kecurigaannya pada yoga yang menyebut tari seorang boneka, dan pagi ini dia bicara di ponselnya seperti ini. Itu membuatnya semakin curiga, dia seperti menjadi cenayang kali ini. Karena merasa ada sesuatu aneh pada kehamilan tari saat ini, tepatnya mengenai siapa laki-laki yang harus bertanggung jawab padanya.     

"Erin! " cetus nita tersenang melihat Erin yang semenjak dia menjadi kepala ruangan begitu sulit bertemu dengannya karena dia harus satu shift dengan bidan lula.     

"Lihat ibu kepala ruanganku ini cantik sekali! " puji erin pada nita.     

Nita mengeluarkan senyuman terbaiknya, "terima kasih! "     

"Ibu " tari muncul di tengah-tengah mereka, menghentikan obrolan nita dengan Erin.     

"Saya ada hal yang ingin disampaikan, bisakah saya bicara dengan ibu berdua saja? "     

Nita tersenyum ke arah tari, "masuklah ke kantorku "     

Dia tersenyum ke arah erin yang mengacungkan satu jempol ke arahnya, nita melangkahkan kakinya ke arah kantornya dimana tari sudah berada lebih dulu disana dan terduduk.     

"Ada apa? " tanya nita.     

"Aku ingin ibu melindungiku! " tiba-tiba tari mengatakan sesuatu yang membuat nita terkejut, "bukankah kemarin ibu mengatakan akan melindungiku? "     

"Iya " nita menganggukan kepalanya dengan tatapan anehnya pada tari.     

Tari beranjak dari duduknya, dan mendekat ke arah tempat dimana nita terduduk.     

"Aku memintanya mulai saat ini " tiba-tiba dia bersujud dihadapan nita, "ijinkan aku tetap bekerja disini!"     

Tangan nita segera meraih tubuh tari, dia tidak menyukai tindakan yang dia lakukan saat ini.     

"Bangunlah " nita membantu tari untuk berdiri, "aku sudah melindungimu dengan tidak melaporkanmu pada kepegawaian, kamu tetap bisa bekerja "     

"Jadi segeralah menikah! " nita menyebutkan saran terakhirnya. Dan sampai saat ini pun wanita yang dijuluki boneka itu tidak sedikitpun meneteskan air matanya, hanya wajahnya saja yang terlihat rasa bersalah yang begitu besar.     

"Irwan, laki-laki yang ibu lihat waktu itu bukan ayah dari anak ini! " suara tari memelan, "ayah bayi ini, dia seorang dokterr.. "     

Jantung nita berdebar begitu kencang mendengar pernyataan tari tentang ayah dari bayi yang di kandungnya, dia menyembunyikan tangannya yang gemetar di dalam saku seragamnya. Pandangannya masih terfokus pada tari.     

"Dan dia tidak mungkin menikahiku, karena telah memiliki keluarga! "     

Nita benar-benar mengalami keterkejutan berlipat-lipat yang membuatnya seketika merasakan ketakutan, dia mulai berpikiran aneh dan menyambungkannya dengan kecurigaannya pada ucapan yoga serta pembicaraannya yang sembunyi-sembunyi di ponselnya tadi pagi...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.