cinta dalam jas putih

like you do



like you do

0yoga memandangi nita yang berdiri di cermin melepaskan ikatan di rambutnya dan melucuti semua aksesoris yang menempel di Telinga dan lehernya. Kini rambutnya terurai indah dibawah bahunya.     

Dahi nita berkerut ketika melihat yoga yang memperhatikannya, "kenapa melihatku seperti itu? ada yang aneh? "     

Yoga tersenyum lebar, "iya ada yang aneh "     

"Apa? " nita begitu penasaran dengan keanehan dirinya yang yoga sebutkan.     

"Aneh, karena semakin hari kamu semakin cantik! " yoga mulai mengeluarkan jurus rayuan mautnya. "Aku sepertinya semakin tergila-gila, kalau saja aku bisa menulis novel aku membuat buku khusus tentangmu! "     

Yoga menarik nita untuk lebih dekat dengannya, "tentang kecantikanmu, kebaikan hatimu, dan sentuhanmu,,, "     

Dia memberikan satu ciuman di leher nita, membuat seluruh bulu halus di tangannya berdiri karena sentuhannya.     

"Aku ingin memelukmu seperti ini sepanjang hari, sampai kita menua.. " yoga berucap kembali.     

"Oppa dokter baik-baik saja? " pertanyaan nita begitu tidak sejalan dengan rayuan yang yoga ucapkan.     

"Aku baik-baik saja, kenapa? "     

"Aku takut oppa dokter terbentur sesuatu tadi sewaktu operasi, karena tiba-tiba di tengah malam mengeluarkan kata-kata yang manis sekali! "     

Yoga tertawa kecil, kali ini dia menempelkan bibirnya di bahu nita.     

"Atau jangan-jangan ini bukan oppa dokter! " nita berbalik dan menghadap ke arah yoga, kedua tangannya tersimpan di pipi yoga dan dengan bebas dia menekan-nekan pipi yoga tersebut dengan telapak tangannya.     

"Ayo hantu perayu, keluarlah! " cetus nita.     

Dia mengeluarkan candaannya pada laki-laki dihadapannya itu.     

Yoga tertawa kecil dan tertunduk untuk sesaat, tangannya merapikan rambut-rambut nita yang terurai di pipinya.     

"Apa kamu lelah? " mata yoga menangkap nita di tatapannya.     

Nita tersenyum, "tidak... "     

"Oppa dokter pasti lelah setelah operasi tadi " nita mendahului yoga bicara, dia menyimpan kedua telapak tangannya di dada yoga.     

"Sama sekali tidak " jawab yoga.     

Jari-jarinya masih bermain di rambut nita, yang semakin lama berpindah di bibir nita. Jarinya bermain disudut bibir nita yang terasa halus dan dingin. Yang membuat sistem saraf pusatnya memerintahkannya untuk mendekatkan bibirnya di bibir tipis nita yang berwarna merah muda.     

Nita mulai menutup matanya ketika satu sentuhan hangat yoga pada bibirnya, seketika merasakan kembali jantungnya yang berdegup lebih cepat dan membuat pikiran dan tubuhnya serasa meringan.     

"Apa kamu merasa nyaman? " yoga berbisik di telinga Nita.     

Suara yoga yang berbisik di telinganya pun membuat nita seolah tidak berdaya, dia hanya menganggukan kepalanya.     

Satu ciuman yoga di telinga dirasakannya seperti suntikan obat anestesi yang membuatnya merasa melayang kali ini.     

"Kamu jangan tertawa kalau aku mengatakan aku mencintaimu! " tiba-tiba saja yoga mengatakan sesuatu yang membuat nita malah tidak bisa menahan tawanya, semakin dia menahan dia malah terbatuk.     

"Iya aku tahu aku tidak cocok kalau jadi orang romantis.. " yoga menyadarkan dirinya.     

"Aku juga mencintaimu! " nita mengucapkan kata yang sama dengan yoga, tawanya sedikit memudar. "aku akan selalu,,, selalu,,, dan selalu mencintaimu.. "     

Yoga tersenyum dan kembali memberikan ciuman di bibir nita, kali ini mereka tidak mengeluarkan kata-kata apapun. Hanya sentuhan yang yoga berikan di bibir nita.     

Dia begitu menyukai ketika mendapati nita yang begitu berusaha untuk menghela nafas disaat dia menciumi bibirnya itu, membuatnya semakin bertubi-tubi menciumi bibir nita.     

Wajah nita semakin memerah dan terasa begitu panas dalam waktu seketika.     

Jari-jari yoga mulai bermain di kancing-kancing yang menempel di baju nita. Tidak perlu waktu lama, membuat nita yang berada di pelukannya itu tanpa sehelai pakaian apapun. Dia sudah mengunci nita diatas tempat tidur dalam posisi misionaris.     

Nita tersenyum nakal ke arahnya, "Bagaimana kalau kali ini aku yang mengunci suamiku sayang? "     

Dia mendekatkan bibirnya di telinga yoga, dan membisikan sesuatu. Membuat laki-laki itu tersenyum lebar.     

"Kamu nakal juga! " cetus yoga seraya memencet hidung nita.     

"Ini supaya oppa dokter tidak melirik wanita lain! "     

Nita beranjak dari posisi tidurnya, mengubah posisi misionaris yang pada awalnya mereka rencanakan menjadi woman on the top. Mereka bisa dengan leluasa melakukan apapun saat ini, karena kali ini mereka tidak harus terburu-buru mengingat Axel yang selalu tiba-tiba mengetuk pintu kamar mereka.     

"Kamu mau kemana? " yoga menahan nita yang akan beranjak dari tidurnya, "kita kan sedang berlibur, jadi kita bisa bangun siang hari ini! "     

"Baiklah,, " nita kembali dalam pelukan yoga, "apa rencana kita hari ini? "     

Yoga sedikit berpikir, "kamu mau pergi ke suatu tempat atau berbelanja? "     

Nita menggelengkan kepalanya, "aku sedang kejar target lain, jadi tidak mau berbelanja atau jalan-jalan ke suatu tempat! "     

"Target? " yoga mengernyit, "kamu sedang menginginkan sesuatu? "     

Nita tersenyum dalam anggukan kepalanya, jari-jari lentiknya bermain-main di dada yoga.     

"Aku sedang menabung sekarang ini! " ucap nita.     

"Coba katakan yang kamu inginkan, apa harganya sangat mahal sampai harus menabung? "     

Nita membenarkan ucapan yoga dengan kedipan matanya, "Aku sangat menginginkan ada mahluk hidup disini! "     

Dia menyimpan satu telapak tangan yoga diperutnya, yoga yang pada awalnya masih memejamkan matanya tersenyum.     

"Kalau begitu aku juga harus banyak menabung mulai sekarang! " yoga membawa nita masuk kedalam selimutnya dan mulai menabung untuk sesuatu hal menakjubkan yang mereka nantikan.     

Mereka sangat berharap setelah acara kencan yang penuh perjuangan ini akan membuahkan hasil yang sangat dinanti-nantikan, bertambahnya anggota keluarga yang benar-benar terjadi di dunia nyata.     

"Aku mau lihat-lihat suasana hotel dulu ya,,, " nita yang siang ini sudah berpakaian rapi mencium pipi yoga yang masih terlelap.     

"Nanti tunggu aku di restoran " yoga bicara dalam matanya yang masih terpejam, "kamu jangan pergi terlalu jauh, aku bisa repot kalau kamu ada yang membawamu! "     

"Iya.. " nita tertawa kecil mendengarkan candaan yang yoga lontarkan padanya.     

Dengan segera dia mengambil tasnya dan keluar dari kamar hotel, semalam dia melihat sebuah taman kecil yang berada di samping hotel. Banyak bunga-bunga yang berwarna-warni begitu menarik perhatiannya.     

Dia memasuki gerbang taman dan berjalan pelan, tiba-tiba menabrak seorang petugas di taman tersebut.     

"Maaf! " cetus seorang petugas hotel yang tengah membersihkan taman.     

"Tidak apa-apa.. " nita tersenyum ke arah petugas tersebut dan terkejut melihat sosok Ihsan putra dari paman yang dulu selalu menjaga nita dan neneknya.     

"Ihsan? " nita memastikan.     

"Iya , kak nita " jawabnya membenarkan.     

"Kemarilah.. " nita membawa Ihsan untuk duduk bersamanya dikursi yang berada di taman.     

Dia memandangi Ihsan yang berpakaian seragam bertuliskan nama hotel yang nita kunjungi, dia menjadi bertanya-tanya yg tentang kuliah yang sedang dijalaninya selama ini.     

"Kakak sudah sehat? " tanyanya.     

Nita tersenyum, "sehat, bagaimana dengan paman dan bibi? "     

"Maaf,, aku belum sempat menjenguk paman dan bibi lagi " nita memperlihatkan kesedihannya.     

"Ibu sehat kak,, "     

Nita begitu bahagia mendengar kabar keluarganya yang baik-baik saja. Dia melihat tubuh Ihsan yang tidak seperti dulu, sekarang tubuhnya terlihat begitu kurus.     

"Bagaimana kuliahmu? " nita akhirnya memberanikan dirinya untuk bertanya hal itu pada Ihsan, menurut perhitungannya Ihsan seharusnya sudah menyelesaikan. perkuliahannya saat ini.     

"Saya terpaksa cuti kak " jawabnya, "setelah nenek meninggal, ayah menjual rumah dan pindah ke daerah belakang hotel ini. Kami sedikit kesusahan, karena ayah mulai sakit-sakitan jadi aku yang harus bekerja! "     

Nita terdiam dalam kesedihannya mendengarkan apa yang Ihsan ucapkan, sebagai keluarga satu-satunya nita sama sekali tidak mengetahuinya.     

"Mana ponselmu! " nita mengulurkan tangannya pada Ihsan agar memberikannya ponselnya agar dia dapat memasukan nomor ponselnya.     

Yang nita tahu selama ini, dulu sebelum dia menikah. Yoga menjanjikan pada nita akan menjamin Ihsan dapat menyelesaikan kuliahnya tanpa ada kendala biaya. Tetapi setelah sekarang bertemu dengan Ihsan dalam keadaan seperti ini begitu membuat satu pertanyaan besar di kepalanya.     

"Kamu simpan ini " nita menyimpan satu kartu ATM di telapak tangan Ihsan, "lanjutkan sekolahmu, dan belikan paman bibi makanan favorit mereka. Itu semua adalah uang dari seluruh kerjaku sendiri,,, "     

"Dan jangan lupa hubungi aku jika kamu membutuhkan sesuatu untuk kuliahmu! "     

"Tapi kak,,, "     

"Kamu tenang saja, dulu paman yang membiayai aku ketika kuliah dulu " sela Nita, "akan menjadi kewajiban ku untuk membantu saudaraku.. "     

"Aku juga akan menyempatkan diri menemui paman nanti " nita menyambung perkataannya, "aku harus pergi sekarang! "     

"Terima kasih, kak " Ihsan mencium tangan kanan nita, "saya janji akan menyelesaikan kuliah saya dengan baik! "     

"Maafkan aku,,, " nita lagi-lagi merasa sangat bersalah "sampaikan salamku pada paman dan bibi! "     

"Baik kak, saya akan menyampaikan salam kakak. Semoga kakak selalu diberi kesehatan oleh tuhan "     

Nita tersenyum dan mengusap tangan Ihsan yang menjadi adiknya itu, dia terlalu sibuk dengan kehidupan barunya sehingga melupakan keluarga yang telah membesarkannya dulu.     

Melihat Ihsan yang harus berhenti kuliah karena kesusahan yang mereka alami semakin menambah rasa bersalahnya, dan seperti inilah sentuhan tuhan padanya ketika dia diberikan kesempatan kedua untuk hidupnya. Bukan hanya tentang dirinya sendiri, tetapi sosok keluarga yang sempat dia lupakan...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.