cinta dalam jas putih

Peran pengganti



Peran pengganti

0"Kita harus putar balik! " cetus yoga terburu-buru setelah mendapatkan telpon dari seseorang.     

"Pelan-pelan.. " nita ketakutan, " kita mau kemana? "     

"Dokter edwin tadi menghubungiku, motor yang dipakai nya ditabrak dari belakang dan dia terjatuh " yoga mencoba menjelaskan pada nita, "dia sedang berada di IGD rumah sakit di ujung jalan sana... "     

"Sayang, aku boleh meminta bantuanmu? "     

"Apa? " tanya nita.     

"Dokter edwin tidak mempunyai keluarga disini, kamu temani dia sebentar di rumah sakit! " ucapnya, "pihak rumah sakit mungkin menunda memberikan tindakan jika tidak ada pihak keluarga yang memberikan persetujuan tindakan.. "     

"Lalu oppa dokter mau kemana? "     

"Aku harus operasi pasien ruptur uteri " jawabnya, "tadi petugas IBS menghubungiku pasien sudah berada di meja operasi, aku harus menggantikan dokter edwin "     

Nita terdiam sejenak, dia tengah memikirkan sesuatu.     

"Dokter edwin sudah kuanggap seperti adikku sendiri, jadi aku mengkhawatirkannya.. "     

Mata nita menangkap kekhawatiran yang begitu besar, dan diapun harus menghela nafasnya sebelum mengikuti semua permintaan suaminya itu.     

"Hati-hati! " cetus nita, "jangan tergesa-gesa di jalan, sebelum menyelamatkan pasien oppa dokter juga harus selamat di perjalanan! "     

"Biar adik pak dokter aku yang jaga " sambung nita.     

Yoga tersenyum memegang tangan nita, "aku janji akan berhati-hati, dan akan menyelesaikan semua secepatnya supaya kita bisa melanjutkan kencan kita! "     

Yoga menghentikan mobilnya tepat didepan instalasi gawat darurat, dia meraih tangan nita sebelum keluar dari mobilnya.     

"Aku minta maaf, menyusahkanmu terus menerus " ucapnya penuh sesal, "bahkan saat rencana liburan kita terganggu juga.. "     

Nita tersenyum, "tidak apa-apa, itu satu resiko memiliki suami baik hati seperti oppa dokter! "     

"Tapi,,, " nita terdiam untuk beberapa detik, "aku harap nanti aku tidak menjadi peran pengganti oppa dokter lagi! "     

"Dokter edwin itu laki-laki, bersama istri orang nanti pasti membuat anggapan yang aneh-aneh... " nita menjelaskan lebih detail.     

"Iya, aku janji ini terakhir kalinya! " yoga tersenyum ke arah nita dan mencium pipi nita sebelum dia keluar, "aku akan menjemputmu selesai operasi! "     

"Ya " nita tersenyum tipis sebelum keluar dari mobil yoga.     

Yoga memandangi langkah nita dari dalam mobilnya, dia akan selalu mempercayai nita dimanapun dan dengan siapapun walau tanpa kehadirannya.     

Nita berjalan menuju ruang instalasi gawat darurat dan berjalan ke arah perawat jaga menanyakan tempat dokter edwin.     

Dia berjalan menghampiri dokter Edwin yang terbaring di tempat tidur, ada dua orang perawat berdiri di sampingnya.     

"Dokter! " cetus nita pelan mendapati laki-laki bertubuh kekar itu meringis kesakitan.     

Dokter menoleh ke arah nita dalam kesakitannya, tampak dua perawat tengah membersihkan luka di kakinya.     

"Ibu istri dari pasien? " tanya salah satu perawat menghampiri nita, membawa seberkas buku status pasien bernamakan dokter Edwin.     

"Saya bukan,,, " nita belum menyelesaikan ucapannya ketika dokter Edwin lebih cepat meraih tangannya sehingga dia tidak dapat menyelesaikan perkataannya tersebut.     

"Dokter! " nita sedikit kebingungan melihat dokter edwin yang meringis kesakitan.     

"Tanda tangani saja.. " ringisnya.     

"Baik, dokter " nita menganggukan kepalanya, dia begitu tidak tega melihat kesakitan yang dialami oleh dokter edwin.     

"Kami akan melakukan tindakan hecting jadi silahkan tanda tangan sebelah sini! "     

"Baik " nita lalu menandatanganinya sesuai dengan yang diarahkan perawat tadi, satu tangannya masih dipegangi begitu kuat oleh dokter edwin.     

Sebenarnya nita sangat begitu risih saat ini, dokter edwin memegangi satu tangannya ketika kesakitan seperti itu. Dia begitu dilema, ada laki-laki lain yang menggenggam tangannya selain suaminya. Tapi semua ini yoga yang memintanya menjadi peran penggantinya, dan hal ini pun sudah nita takutkan.     

"Apakah sakit? " nita menanyakan hal yang lucu, membuat tawa kecil muncul di sela-sela rasa sakit yang didapatkan dokter edwin     

"Kamu tidak melihat aku kesakitan seperti ini bidan? " ucap dokter Edwin. "kamu yang tanda tangan jadi kamu yang harus bertanggung jawab! "     

Nita memperlihatkan wajahnya yang terkejut "kalau tidak salah ingat, dokter yang menyuruhku tanda tangan! kenapa sekarang aku harus bertanggung jawab? "     

Dokter edwin tertawa kecil, dia masih memegang tangan nita begitu erat.     

"Kamu tidak keberatan kalau aku memegang tanganmu seperti ini? " tanya dokter edwin pada nita.     

"Tidak apa-apa " nita memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan isi hatinya, dia begitu tidak tega melihatnya kesakitan.     

"Bagaimana dengan pelukan? " pertanyaan dokter edwin seperti jebakan untuk nita.     

"Tidak! " nita menjawab dengan tegas, matanya membulat ke arahnya. Jika dia tidak berjanji pada yoga mungkin akan secepatnya dia pergi ketika diberikan pertanyaan tersebut.     

Hampir dua jam berlalu nita masih terduduk di sofa di ruangan dokter Edwin mendapatkan perawatan pasca kecelakaan yang dialaminya.     

"Semoga tuhan selalu melindungi dan memudahkan setiap pekerjaanmu! " seru nita dalam hatinya, dia begitu mengkhawatirkan suaminya yang belum memberikan kabar setelah pamit akan melakukan operasi tadi.     

Dia tidak bisa memejamkan matanya meski jam ditangannya menunjukan pukul satu malam.     

Matanya lalu menoleh ke arah dokter edwin yang tertidur pulas setelah diberikan suntikan antibiotik dan analgetik.     

"Maaf, aku membuatmu menunggu! " yoga muncul dari balik pintu dan berkata begitu pelan pada nita.     

Nita tersenyum lega melihat sosok yoga yang akhirnya datang.     

"Apa operasinya berjalan lancar? " tanya nita.     

Yoga tersenyum dalam anggukan kepalanya, "semua karena doa dari istriku.. "     

"Walaupun harus penuh dengan darah, pasien akhirnya bisa melewati masa kritisnya " yoga memandangi wajah lelah nita.     

Tiba-tiba seseorang masuk kedalam ruangan menghentikan pembicaraan mereka berdua.     

Nita melihat ke arah yoga yang tersenyum padanya.     

"Ini dion yang akan menemani dokter edwin malam ini " ucapnya.     

"Kalau ada apa-apa telpon saja " yoga memberikan instruksi pada Dion, "aku akan pergi sekarang! "     

"Baik, dokter "     

"Terima kasih " ucapan terakhir yoga sebelum meninggalkan ruang rawat inap dokter edwin.     

Dia membawa nita untuk berjalan disampingnya dengan pegangan tangannya yang begitu erat.     

"Apa kamu tidak keberatan kalau kita melanjutkan rencana kita? " tanya yoga ketika sampai di dalam mobil.     

Nita tersenyum lemah, "terserah oppa dokter saja, aku ikuti saja! "     

Dia sudah begitu sangat lelah saat ini, selama kurang lebih tiga jam dia harus terduduk menunggu dokter edwin tertidur.     

"Istirahatlah " yoga mengusap lembut pipi nita, "aku akan membangunkanmu ketika sampai di hotel "     

Nita hanya memberikan jawaban melalui senyumannya, dia terlihat tidak dapat menahan lagi rasa kantuknya sekarang ini. Dia tertidur pulas seketika di dalam mobil, membiarkan yoga sendirian ketika harus mengemudikan mobilnya malam ini.     

"Sayang,,, " yoga berkata pelan pada nita, dia mengusap tangan nita.     

Nita tersentak, "maaf aku ketiduran! "     

"Tidak apa-apa " yoga tersenyum lembut ke arah Nita, "kita sudah sampai, kamu harus segera istirahat setelah lelah menjaga dokter Edwin "     

"Iya " nita keluar dari mobil diikuti yoga.     

Rasa kantuknya hilang melihat suasana diluar hotel yang terlihat nyaman walau dalam malam yang gelap gulita.     

Dia tersenyum kecil seraya menoleh ke arah yoga yang tengah berbicara dengan petugas hotel.     

"Selamat berakhir pekan " ucapan petugas hotel ketika mereka sampai didepan pintu kamar.     

"Selamat datang istriku sayang,,, " kali ini giliran yoga yang mengikuti gaya bicara petugas hotel tadi pada Nita.     

Nita tertawa geli melihat kelakuan lucu yoga walaupun wajahnya sudah terlihat kelelahan karena harus operasi cito.     

"Terima kasih suamiku sayang "     

"Kamu pasti lelah, istirahatlah... " ucap yoga pada Nita.     

Dia memandangi nita begitu lekat, wanita itu tersenyum begitu manis ke arahnya malam ini. Ada satu hal lain yang yoga rasakan pada senyuman nita kali ini, dia terlihat lebih dan selalu lebih cantik dimatanya yang membuatnya ingin memeluknya begitu erat malam ini....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.