cinta dalam jas putih

New team



New team

0"Selamat bergabung, bu! " seru seseorang yang menjadi kawan lama nita bernama Karin.     

"Bidan karin baru saja mutasi ke ruang ponek seminggu yang lalu dari ruang nifas " yoga memberitahukan pada nita.     

"Saya rafa, bu. Selamat bergabung.. "     

"Saya lula, bu. Akhirnya saya bisa bergabung dengan idola saya! "     

Nita tersenyum malu, dia tidak dapat berkata apa-apa karena terlalu senang. Yoga memberikan nita orang-orang yang begitu baik hari ini.     

"Saya tina, bu. Mohon bimbingannya.. "     

"Saya tari "     

"Saya shasya "     

Dan nita tersenyum ke arah aline dan erin yang berdiri dihadapannya, pandangannya tertuju pada satu rekannya bernama tari, dia baru pertama kali melihatnya. Bidan tari begitu cantik, wajahnya seperti artis Bollywood yang pernah dia lihat. Matanya bulat sempurna, wajahnya putih, dan bibirnya begitu sensual. Dia sempurna di mata nita, hanya dia tidak sedikitpun memberikan senyumannya pada nita seperti rekannya yang lain.     

Tapi nita dengan cepat membuang pikiran curiganya, dia menyadari bahwa dirinya adalah orang baru yang harus berusaha dapat beradaptasi sebaik mungkin dengan tim barunya itu.     

"Saya harap di kepemimpinan bidan kanita, kita dapat berubah ke arah yang lebih baik! " yoga mengutarakan harapannya pada seluruh stafnya itu, "kalian tidak perlu takut untuk menegurnya, jika dia melakukan kesalahan atau telah lupa sesuatu.. "     

"Iya benar " ucap nita pelan membenarkan semua perkataan yoga.     

"Terima kasih sudah dapat menerima saya, dan saya harap kita semua dapat menjadi satu keluarga disini " nita berkata dengan begitu berkharisma membuat yoga tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada istrinya tersebut.     

"Saya berharap, kita semua dapat bersama-sama belajar.. " sambungnya.     

Sebelum acara perkenalan berakhir nita menerima jabatan tangan dari semua stafnya itu.     

"Bidan karin, saya akan mengandalkanmu untuk dua hari ini! " seru yoga ketika semua orang telah membubarkan diri, hanya berdiri nita dan Karin.     

Dahi nita berkerut ke arah yoga teraneh mendengar perkataannya pada karin.     

"Siap dokter! " karin memberikan jawaban yang membuat nita semakin kebingungan.     

"Beri kesempatan pada kepala ruanganmu ini untuk berkencan, agar senin nanti dia sudah lebih fresh ketika bekerja! " celetuk yoga.     

Wajah nita seketika memerah dan memelototi yoga, dia begitu malu dihadapan Karin.     

Karin tersenyum ke arah nita, "saya doakan sepulang kencan akan ada kabar bahagia setelahnya "     

"Dokter tenang saja, semua urusan ponek ada dokter edwin " sambungnya.     

Yoga hanya tertawa kecil mendengar setiap perkataan yang diucapkan karin.     

Nita menarik tangan karin dan dibawanya untuk lebih dekat dengannya.     

"Jangan bilang pada yang lain! " nita berbisik ke arah Karin, dia dan Karin ternyata masih dapat berhubungan baik seperti dulu.     

"Kalau mereka sampai tahu, aku tahu pasti kamu yang sebarkan! " nada bicara nita seperti sedikit mengancam, dan ancamannya itu terdengar lucu di telinga karin.     

"Iya tenang " bisik Karin, "jangan lupa buat suamimu itu bertekuk lutut padamu! "     

"Untuk masa depan pekerjaan kami! " lanjutnya seraya mengedipkan satu matanya.     

Nita terkekeh mendengar ucapan karin yang seolah-olah bahwa dialah yang akan merubah masa depan rekan-rekannya itu.     

"Sepertinya kita harus pergi sekarang! " ajak yoga pada nita yang masih berbisik-bisik dengan karin.     

Nita menganggukan kepalanya, dan mengedipkan satu matanya ke arah karin sebelum dia menyusul yoga yang sudah lebih dulu berjalan di depannya.     

"Kenapa dia langsung ke arah luar? " tanya nita pada dirinya sendiri, melihat yoga yang berjalan di depannya. "aku kan harus mengambil tas ku di ruang bersalin! "     

Yoga berhenti dan berbalik ke arah nita, "tas dan sepatumu sudah aku simpan di mobil "     

"Kapan? " nita terkejut, "lokerku kan terkunci? oppa dokter kenapa bisa mengambilnya? "     

"Kamu mau bilang kalau itu tidak sopan? " yoga menebak-nebak.     

Nita menahan bibirnya untuk membenarkan ucapan yoga tersebut, dia langsung mengunci bibirnya.     

"Aku cuma mengambil tas milikku, dan barang-barang milik istriku.. " yoga membela diri, dia memang telah salah mengambil tas milik nita tanpa bicara terlebih dulu padanya. Akan tetapi dia sudah begitu tidak sabar untuk segera pergi bersamanya.     

Kedua alis nita terangkat, dia menarik nafasnya panjang dan akan membiarkan yoga untuk hari ini. Melihat dia begitu bersemangat untuk berlibur, membuatnya tidak ingin meributkan hal kecil seperti ini.     

"Acara makan malam yang lebih tepat disebut pesta! " cetus nita dalam hatinya, ketika dia memandangi suasana di sekitarnya para pejabat penting dan dokter-dokter konsulen di tempatnya bekerja, dan para istri-istri mereka.     

"Kamu masih betah? " tanya yoga.     

Nita tersenyum tipis ke arahnya, "iya "     

"Ayo kita menyapa dokter kim disana! " ajak yoga seraya meraih tangan nita untuk berjalan bersamanya menghampiri dokter kim bersama istrinya.     

"Akhirnya sahabatku datang juga! " dokter kim memeluk yoga, dua bola matanya melirik ke arah nita yang berdiri di belakang yoga.     

"Saya belum sempat mengucapkan selamat pada bidan kanita! " lalu dia mengulurkan tangannya ke arah nita untuk memberikan nita selamat.     

"Terima kasih " nita menerima jabatan tangan dokter kim, nita ditatapi lekat olehnya. Tatapan seorang playboy menurut nita, dan dia tidak menyukainya.     

Dia lalu menggenggam tangan yoga dengan segera, genggamannya begitu kuat. Seperti seorang anak yang ketakutan pada sesuatu dan dia sedang meminta perlindungan.     

Yoga mulai merasakan sedikit kecurigaan, dia tahu sahabatnya itu yang membuat nita seperti itu.     

"Kamu mau kemana? " nita menarik yoga yang hendak berjalan.     

"Aku sapa dulu bapak direktur! " jawabnya.     

Nita melihat semua orang yang menyalami bapak direktur yang juga hadir saat ini. Dia pun lalu melepaskan pegangannya pada yoga.     

"Selamat malam dokter! " tiba-tiba dokter Edwin hadir di tengah-tengah mereka.     

"Kebetulan kamu sudah datang! " seru yoga pada dokter Edwin, "boleh aku minta tolong temani nita sebentar? aku akan menyapa dulu bapak direktur sebentar saja! "     

"Baik dokter.. " dengan sangat senang hati dokter Edwin menerimanya.     

Dia tersenyum ke arah nita sepeninggal yoga.     

Nita tersenyum pendek ke arah dokter edwin.     

"Aku bisa menebak kamu tidak menyukai suasana disini! " celetuk dokter Edwin pada nita. "itu terlihat sekali diwajahmu... "     

"Tidak juga, dok! " nita mengelak, dia harus menyembunyikan wajah yang merasa bosan dengan suasana malam ini. Karen yang ada dalam ingatannya adalah tentang rumah dan axel putranya.     

Ketika mereka tengah bicara ponsel dokter edwin berbunyi, dan memutuskan sejenak pembicaraannya dengan nita.     

"Selamat malam.. "     

"Malam dokter, dengan bidan tari akan melaporkan pasien ponek! "     

"Ya " jawabnya.     

"Nyonya ila 45 tahun datang dengan keadaan syok hipovolemik! "     

"Pasien dengan gravida keempat, paritas ketiga, dan abortus nol. Parturien dengan kala dua lama suspek iufd dan impending ruptur uteri yang disertai syok hipovolemik.. "     

"Tanda-tanda vital? " tanya dokter Edwin.     

"Tensi tujuh puluh per palpasi, nadi teraba dalam, dipasang oxymeter nadi seratus dua puluh empat, respirasi seratus tiga puluh empat, dan saturasi delapan puluh empat! "     

"Pasang NRM, beri oksigen 8liter, sambil menunggu saya datang konsulkan pasien pada dokter anestesi dan informasikan pada keluarga kondisi janin yang sudah meninggal dan kemungkinan HSV.. " dokter Edwin memberikan instruksinya     

"Saya on the way sekarang! " lalu menyambung kembali ucapannya.     

"Beritahu dokter yoga saya ada panggilan darurat! "serunya pada nita begitu tergesa-gesa.     

"Baik, dokter. Hati-hati.. " ucapan nita itu membuat lengkungan bibir membentuk senyuman terlihat di wajah dokter Edwin sebelum dia melangkahkan kakinya meninggalkan nita. Baginya itu seperti sebuah doa.     

Setelah lima belas menit berlalu, yoga menghampiri nita yang berdiri sendirian.     

"Dimana dokter Edwin? " tanyanya.     

"Tadi ada telpon dari rumah sakit, sepertinya ada operasi cito malam ini! "     

Yoga tersenyum lega, beruntung dokter Edwin sudah membantunya sehingga dia bisa melanjutkan rencana liburan akhir pekan berdua bersama nita sesuai dengan yang direncanakannya.     

"Kenapa macet sekali! " yoga yang mengemudikan mobilnya sedikit kesal.     

Nita tersenyum mengusap pundak yoga, "sabar pak dokter, nanti juga selesai.. "     

"Sepertinya terjadi kecelakaan.. " tebak nita ketika beberapa menit yang lalu dia melihat ambulan melintas tepat di depan mobil mereka.     

Tiba-tiba ponsel yoga berbunyi di tengah perjalanan mereka , dan berhenti sejenak untuk menerima panggilan dari ponselnya.     

"Ya,, " ucap yoga.     

Yoga begitu serius mendengarkan suara yang berbicara di ponselnya, sesekali dia menoleh ke arah nita yang terlihat penasaran dengan siapa yoga berbicara.     

Dan kali ini wajahnya begitu serius dia tunjukan ke arah nita, dia tidak mengeluarkan suaranya. Dan yang filakukannya hanya memandangi nita dengan penuh rasa bersalah...     

Abbreviation :     

NRM : Non rebreathing mask (alat bantu yang yang dihubungkan pada oksigen berbentuk sungkup)     

HSV : Operasi pengangkatan rahim     

IUFD : janin yang telah meninggal sebelum dilahirkan.     

(Mohon maaf bila terjadi keterlambatan update new chapter, dikarenakan bidan nita akan menghadapi ujian tengah semester hari senin, harap dimaklumi semua keterlambatan ini. Saya berterima kasih kepada semua pembaca yang selalu setia, mohon doanya. Semoga Tuhan memberikan kesehatan untuk kita semua, love you all :-) )     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.