cinta dalam jas putih

One shoot



One shoot

0Aline berdiri disamping nita yang telah menyelesaikan menjawab soal-soal tadi setelahnya.     

"Apa-apaan ini? " tanya nita pelan pada aline, "kamu sengaja menyerah begitu saja pada mereka? "     

Aline tertunduk dan tersenyum ketika nita memberikan tatapan penuh interogasi padanya. Nita telah bisa membaca semua rencana dalam pikirannya.     

"Kamu hebat sekali.. " aline tersenyum ke arah nita, "aku sudah tahu kamu memang layak di tempat ini! "     

"Tapi tidak mengalah secepat itu! " cetus nita, "bukankah kita harus berusaha terlebih dahulu baru kita serahkan semua hasilnya dari apa yang sudah kita usahakan? "     

"Awalnya seperti itu... " jawab aline, "tapi aku menyadari kalau lebih baik aku belajar kembali dari awal, daripada aku harus melakukan kesalahan terus menerus! "     

"Aku harap kamu tidak keberatan, untuk mengajarkan aku lagi! " sambungnya.     

Nita tersenyum sedih, tangannya menggapai satu tangan aline.     

"Aku minta maaf jika kata-kataku waktu itu membuatmu sakit hati! " seru nita.     

"Aku sama sekali tidak sakit hati " jawabnya, "aku selama ini hanya iri saja padamu. Kamu bisa dengan begitu mudah mendapatkan hal besar dihadapanmu, walaupun orang tuaku lebih berpengaruh di daerah ini tapi aku begitu sulit mendapatkan apa yang aku inginkan! "     

"Ternyata selama ini aku tidak memiliki keberuntungan... " aline mendominasi pembicaraan kali ini.     

Nita terdiam ketika harus kembali merasakan sakit di kepalanya, dan berusaha memfokuskan pikirannya pada pembicaraannya dengan aline.     

"Kamu sakit, nit? " aline bertanya padanya.     

"Tidak.. " nita tersenyum kecil ke arah aline.     

Pembicaraan mereka terhenti ketika seorang petugas yang membagikan soal-soal tadi menempel selembar kertas di balik pintu.     

"Hasil test tulis sudah dapat dilihat! " serunya, "dalam waktu lima belas menit test wawancara akan dimulai! "     

Aline dan nita berjalan serentak menuju ke tempat dimana nilai mereka telah tertera.     

Dewi dan ivanna yang sudah lebih dahulu berada disana terlihat bersorak kegirangan dengan hasil yang mereka dapatkan.     

"Lihat, Van. Nilai kamu paling tinggi! " dewi sengaja bicara seperti itu ketika nita datang menghampiri mereka.     

Nita tersenyum puas ketika memandangi nilai yang dia dapatkan memiliki selisih 5 dari nilai ivanna yang mendapatkan nilai 85.     

Dia mengucapkan syukur dalam hatinya pada tuhan karena telah memberikannya kekuatan lebih untuk dapat menyelesaikan soal-soal tersebut ketika dia merasakan kesakitan tadi.     

"Kalau tim penilainya bukan pak aditya, pasti nilai kita tidak akan seperti ini! " dewi berkata sambil terlihat tersenyum miring ke arah nita.     

"Mereka belum tahu saja.. " aline melirik ke arah nita, melihat sikap tenang nita dia sedikit menebak-nebak strategi yang dia pakai di test pertama ini.     

"Selamat, van! " seru nita, "kamu hebat, nilai kamu paling tinggi... "     

Nita melihat ke arah aline yang senyum-senyum ke arahnya, dia menggelengkan kepalanya ke arah aline yang ternyata tidak menjawab satupun soal-soal yang diterima tadi.     

"Aku sama sekali tidak tahu jawabannya.. " bisik aline.     

Nita tidak mempercayai apa yang dikatakan aline, sebagian dari pertanyaan tadi lebih banyak berisi tentang metodologi dan organisasi manajemen pelayanan kebidanan yang telah mereka pelajari sewaktu kuliah dulu.     

"Selamat pada kalian bertiga yang telah menyelesaikan test pertama! "     

Matanya tertuju pada nita, ada sedikit kekecewaannya ketika melihat hasil nilai yang dia dapatkan di sesi pertama ini. Padahal tadi itu dia sangat berharap nitalah yang mendapat nilai paling tinggi.     

"Selanjutnya saya sebagai perwakilan manajemen akan melakukan wawancara " aditya kembali berucap.     

"Tapi sebelumnya, tim kami akan mengajukan beberapa pertanyaan terlebih dahulu pada kalian " sambungnya.     

Nita sesekali mengusap keningnya kembali ketika rasa sakit di kepalanya tiba-tiba muncul, dia harus berusaha fokus mendengarkan beberapa pertanyaan dari tim penilai.     

"Pertama, sebagai calon kepala ada beberapa komunikasi efektif ketika berkonsultasi dengan dokter, sebutkan komunikasi efektif yang akan dipakai? "     

Nita lebih cepat mengangkat tangannya, dia mendapat kesempatan pertama untuk menjawab.     

"Menggunakan metode SBAR " jawab nita dengan tenang, "terdiri dari tehnik situation, atau kondisi terkini pasien dengan menyebutkan nama, umur, tanggal perawatan, diagnosa medis awal, serta masalah awal. Yang kedua adalah background berhubungan dengan kondisi pasien terkini. Ketiga asessment hasil pengkajian kita berisi vital sign, skor nyeri, tingkat kesadaran pasien. Dan keempat adalah recomendation yang merupakan intervensi tindakan yang dilakukan atau yang perlu dilanjutkan atau disebut juga refer to midwife care plan! "     

Ivanna dan dewi tertegun mendengar jawaban dari nita tersebut, dulu mereka pernah sama-sama mengikuti pelatihan komunikasi efektif rumah sakit. Tapi mereka berdua telah lupa dengan metode yang nita sebutkan tadi.     

Aditya pun seperti mendapatkan satu semangat, ketika mendengar jawaban dari nita. Kedua rekannya yang menjadi tim penilai pun terlihat puas dengan jawaban nita.     

"Coba sebutkan enam sasaran keselamatan pasien? " tim penilai lain pun ikut mengajukan pertanyaan.     

Ivanna mengangkat tangannya, "identifikasi pasien,,, melakukan komunikasi efektif,,, keamanan obat-obatan,,, "     

"Lebih lengkap lagi? "     

Kali ini nita mengangkat tangannya dan mencoba memberikan jawaban yang dia ingat.     

"Silahkan bidan kanita.. "     

"Enam sasaran keselamatan pasien, pertama mengidentifikasi pasien dengan benar mulai dari nama dan nomor rekam medik. Kedua meningkatkan komunikasi efektif, ketiga meningkatkan keamanan obat dengan memberikan logo high alert pada obat berbahaya dan sistem hand over kunci lemari obat high alert. Keempat memastikan lokasi pembedahan yang benar, kelima mengurangi resiko infeksi akibat perawatan dan keenam adalah mengurangi resiko jatuh. "     

Nita menyempurnakan jawaban dari ivanna tadi, dia melakukan one shoot untuk membuat rekan-rekannya itu tertegun dengan semua jawabannya.     

"Jika pihak rumah sakit memberikan kalian SK sebagai kepala ruangan PONEK, dan lalu melihat keahlian lain pada anda. Kemudian anda ditawari menjadi kepala perawatan jabatan apa yang akan anda pertahankan? " pertanyaan muncul dari tim ketiga.     

"Saya memilih menjadi kepala keperawatan " kali ini dewi mendapatkan kesempatan pertama untuk menjawab pertanyaan dari tim ketiga, "saya akan senang mempelajari semua hal yang baru! "     

"Saya akan dengan senang hati menerima tawaran baik dari rumah sakit kepada saya, dengan begitu saya akan dapat mendapatkan pengalaman baru.. " jawaban ivanna membuat para tim penilai memberikan tanggapan baik terhadap jawabannya.     

"Saya akan menolak apa yang ditawarkan pihak rumah sakit, dan tetap pada posisi semula " nitaemberikan jawaban yang berbeda dari kedua rekannya, "karena saya tidak akan melakukan pekerjaan diluar kemampuan saya walaupun saya bisa mendapatkannya dengan belajar,,, "     

Jawaban nita terpitus sejenak ketika dia harus mengontrol rasa sakit di kepalanya     

"Saya yakin ada banyak rekan lain yang berkompeten di bidang keperawatan itu daripada saya! "     

"Baiklah, wawancara telah selesai! "     

Nita mendapatkan gelengan kepala dari kedua temannya itu, senyuman miring ke arahnya dari dua temannya tersebut.     

Jika yang lain mempertanyakan jawaban aneh nita, tidak dengan Aditya dia masih terus mengagumi dari semua jawaban yang di lontarkan oleh nita. Dia merasa aura kecantikan nita terlihat ketika wanita itu berbicara di depan banyak orang. Dia terlalu mengagumi wanita yang sudah menjadi milik orang lain itu.     

"Kami akan memperkenalkan tim ahli medis yang akan memberikan kalian pertanyaan dasar kebidanan! " aditya kemudian memberikan pengumuman.     

"Dokter Kim dan dokter edwin.. "     

Ekspresi ivanna dan dewi terlihat begitu senang, karena mereka kompetisi kali ini sangat adil dengan tidak menjadikan dokter yoga sebagai tim penilai kali ini.     

Lain hal dengan nita, dia terlihat biasa saja menanggapi siapa yang akan menjadi tim penilai untuk ilmu kebidanan mereka. Saat ini dia tengah mengontrol rasa sakit dalam tubuhnya untuk bisa tetap fokus ketika tim penilai memberikan pertanyaan padanya.     

"Beri aku kekuatan satu langkah lagi tuhan! " cetus nita dalam hatinya, "semoga cepat berakhir dan aku bisa dengan cepat meminta maaf pada oppa dokter... "     

Dari sudut lain, jauh dari jangkauan nita dokter edwin diam-diam mencuri pandang ke arah nita, dalam senyumannya ada kecemasannya pada nita.     

Dalam tatapannya ada doa di dalam hati dokter Edwin, berharap wanita yang berada dalam matanya bisa menjawabnya dengan baik...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.