cinta dalam jas putih

Soal dan cinta terpendam



Soal dan cinta terpendam

0Yoga memandangi nita pagi ini yang masih melahap sarapan paginya, dia tidak memperlihatkan sedikitpun rasa sakitnya. Yang terlihat oleh yoga hanya pipinya yang memerah tidak seperti biasanya, itu seperti menggunakan blush on merah merona di pipinya.     

"Ada apa? " tanya nita, dipandangi seperti itu oleh yoga dia teraneh.     

Yoga tersenyum kecil, "makan yang banyak supaya kamu bisa menghadapi test dengan baik hari ini.. "     

Nita merasakan sesuatu yang aneh pada perhatian yoga, dia mengunyah perlahan nasi goreng yang dibuatkan mba mumu untuknya sambil sesekali melirik ke arah yoga yang masih memperhatikannya.     

"Apa kamu yakin mau melanjutkan untuk ikut test hari ini? " pertanyaan yoga ketika mereka telah berada didalam mobil, bersiap untuk berangkat.     

Dahi nita berkerut mendengar pertanyaan dari yoga, "iya aku ikut.. "     

"Oppa dokter ada apa? " nita balik bertanya, "dari tadi aneh sekali! "     

Yoga terdiam dan memandangi nita untuk waktu yang lama.     

"Kamu tidak perlu ikut test hari ini kalau kamu sedang merasa tidak sehat! " yoga memegang tangan nita, dan dia merasakan suhu panas walau hanya memegang tangannya.     

"Aku tidak apa-apa... " nita mencoba meyakinkan yoga, "ijinkan aku ikut tes,,, aku mohon suamiku paling baik,,, aku janji tidak akan terjadi hal apapun nanti! aku kan sudah belajar supaya bisa ikut test ini.. "     

"Diam! " cetus yoga dengan matanya yang menatap tajam ke arah nita. Ini pertama kalinya laki-laki itu berkata dengan nada keras pada nita. "aku tahu kamu sudah berusaha, tapi ini tentang kesehatanmu! "     

Tangannya menyentuh kening nita, dan tidak lama yoga menempelkan termometer di keningnya.     

Nita yang masih terkejut berdiam diri tidak bergerak sedikitpun ketika termometer masih menempel di keningnya, untuk 60 detik dia harus terdiam sampai alarm alat tersebut berbunyi.     

"Aku tidak masalah kalau kamu mengundurkan diri.. " ucap yoga pelan, "aku tidak maslah kamu ingin menjadi siapapun asalkan kamu selalu sehat! "     

"Tidak membuatku khawatir! " sambungnya.     

Alarm dari termometer berbunyi, yoga menghentikan sejenak perkataannya untuk melihat angka yang tertera pada termometer tersebut.     

"Seperti ini yang kamu sebut tidak apa-apa? " yoga menunjukan angka 39, 4 derajat Celcius ditambah lagi dengan wajah kesalnya.     

Mata nita membulat melihat angka yang tertera pada termometer yang memberitahukannya bahwa dia sedang demam tinggi saat ini. Tapi dia tidak merasakannya sedikitpun, nita merasa tubuhnya masih terasa baik-baik saja.     

"Berhenti berbohong kalau kamu baik-baik saja! "     

Nita memajukan bibirnya, dan duduk menghadap ke arah depan.     

"Aku tidak akan turun dari mobil, karena aku harus mengikuti test hari ini! " cetus nita keras kepala, "aku akan ikut test itu, jika tidak diijinkan aku pergi sendiri saja! "     

"Apa? " yoga begitu tidak percaya mendengar ucapan nita, ini pun pertama kalinya dia mengetahui sifat keras kepala istrinya itu.     

"Apa yang mau kamu buktikan dengan memaksakan diri untuk ikut test hari ini? " yoga memarahi nita, "kamu mau buktikan kalau kamu hebat? "     

"Atau kamu mau mengejar posisi itu supaya bisa membalas teman-temanmu? dan kamu sama sekali tidak mempedulikan kondisi kesehatanmu? "     

Mendengar ucapan yoga seperti itu, nita merasakan perkataan itu untuk menyindirnya.     

"Iya! " nita sedikit berteriak, dia memandang ke arah yoga sekilas dan lalu memalingkannya. "iya,,, iya,,, semuanya iya! "     

"Aku mau menyombongkan diri dan aku mau membalas semua teman-temanku! " ucap nita menanggapi perkataan yoga tadi.     

Dahi yoga berkerut, dia menggelengkan kepalanya melihat nita yang ketika diberikan saran olehnya menanggapinya dengan kemarahan.     

"Baiklah, terserah kamu saja! " yoga bicara pelan, dan segera menghidupkan mesin mobilnya untuk berangkat menuju rumah sakit.     

Nita terdiam tidak bergeming melihat yoga yang sama sepertinya diam seribu bahasa. Dia tahu laki-laki disampingnya itu marah besar padanya, karena sudah berani melawan perkataannya dengan keras. Ini pertama kalinya nita bersikap seperti itu dihadapan yoga.     

"Aku pergi dulu! " cetus nita ketika mereka berhenti tepat di depan gerbang rumah sakit. Tangannya membuka pintu mobil disampingnya, dia tidak melihat ke arah yoga.     

"Tunggu dulu " sela yoga, ucapannya itu menghentikan nita yang hendak keluar dari mobilnya.     

Nita terdiam tidak bergerak, matanya pun tidak menoleh sedikitpun ke arah yoga. Dia terkesal karena pagi ini yoga bukan memberinya semangat tetapi memarahinya.     

Yoga meraih satu tangan nita dan menyimpan sesuatu ditangannya.     

"Makanlah itu sebelum test! " serunya pada nita, "obat itu tidak akan membuatmu mengantuk, jadi tidak akan mengganggu aktifitas mu nanti! "     

Nita masih terdiam, ketika melihat satu butir obat berbentuk tablet yang yoga berikan padanya.     

"Terima kasih " jawab nita, dia melirik sekilas ke arah yoga. "aku minta maaf kalau tadi bicara keras dan melawan pak dokter! "     

"Kita bicarakan ini nanti saja " yoga memberikan tanggapan, "nanti kamu terlambat untuk test, calon pemimpin tidak pernah terlambat! "     

Nita masih mendengar kemarahan dari kata-kata yoga padanya, dia hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam.     

Setelah mencium tangan kanan yoga dia bergegas menuju ruang manajemen yang berada di lantai dua.     

Nita melihat ketiga teman-temannya yang sudah lebih dulu sampai dan duduk di kursi yang sudah diberi nomor urut sesuai dengan nomor yang tertera di surat yang mereka dapatkan dua hari yang lalu.     

"Penilai kita dokter yoga kan? " ivanna sengaja bertanya pada sahabatnya dewi dengan suara keras agar nita dapat mendengarnya. "aku sudah sangat siap sekali! "     

"Iya, diakan kepala SMF obgyn! " jawab dewi.     

Nita tidak mendengarkan semua perkataan kedua temannya itu, kali ini dia baru merasakan sakit yang teramat sangat di kepalanya. Dia beberapa kali mengedipkan matanya agar pandangannya yang dilihatnya tidak berbayang.     

"Kamu baik-baik saja? " aline bertanya pada nita ketika memperhatikan dan merasakan ada sesuatu yang salah pada teman yang menjadi rivalnya sekarang ini.     

"Tidak apa-apa " nita tersenyum ke arah aline, dia segera mengambil botol air minum dari dalam tasnya. Dan segera meminum obat yang yoga berikan tadi pagi padanya.     

Dia jadi merasa bersalah karena begitu keras kepala pada yoga yang jelas-jelas sangat mengkhawatirkannya.     

"Aku harus minta maaf lagi nanti selesai test! " ucap nita dalam hatinya.     

Lima belas menit setelah mereka berkumpul, muncul tiga sosok laki-laki yang lalu terduduk di sebuah kursi yang dikhususkan untuk para penilai.     

Ivanna dan dewi saling bertatapan melihat bahwa tim penilai berubah orang seketika. Ekspresi mereka terlihat begitu memperlihatkan keterkejutannya.     

Aline hanya menanggapinya dengan senyuman dan menoleh ke arah nita.     

"Ya tuhan, aku jadi semakin merasa bersalah pada yoga! " lagi-lagi nita berucap dalam hatinya.     

Diapun sama sekali tidak mengetahui bahwa yoga tidak termasuk dalam tim penilai kali ini, dia baru menyadari bahwa yoga begitu berusaha tidak ingin orang-orang berpikiran buruk tentang istrinya nanti.     

"Saya mewakili dari manajemen rumah sakit yang langsung akan menilai kalian, dan untuk tim tehnik medis akan datang setelah kalian selesai test wawancara " aditya berdiri di depan semua, "untuk yang pertama kami akan memberikan tes kemampuan dasar dengan test tertulis! "     

"Waktu yang akan diberikan seratus menit untuk seratus soal.. " sambungnya.     

Tampak satu petugas lain membagi-bagikan selembar kertas pertanyaan dan jawaban di atas meja masing-masing.     

"Selamat mengerjakan! "     

"Nita " panggil aline yang berada disampingnya.     

Nita menoleh ke arah aline, "ya.. "     

Aline tersenyum ke arahnya, "aku hanya mau bilang, aku akan berusaha mengalahkanmu! "     

"Jadi berusahalah lebih kuat untuk menang dariku! " sambungnya.     

Nita tersenyum kecil ke arah aline dan menganggukan kepalanya.     

"Aku percaya padamu! " cetus aline.     

Nita terdiam dan menatap aline, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya tadi. Aline mempercayainya kali ini, dan dia berkata tulus pada Nita.     

Nita tersenyum lebar, dan begitu tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya mengetahui sahabat lamanya itu masih mempercayai semua kemampuannya saat ini.     

"Inikan... " nita terpaku pada tulisan di soal pertama.     

Dia hanya bisa menahan senyumannya ketika soal pertama yang dilihatnya sama persis dengan pertanyaan yang sering yoga ajarkan padanya kemarin.     

Dan di soal selanjutnya pun sama seperti apa yang sudah dia baca dari buku yang yoga berikan padanya. Hanya saja soal kali ini berbentuk pilihan ganda.     

"Oppa dokter maafkan aku! " nita dengan tergesa-gesa menjawab soal-soal dihadapannya itu, pikirannya terbagi dua saat ini.     

"Aku keluar duluan! " seru aline pada nita.     

Nita tertegun melihat aline yang menggunakan waktunya selama tiga puluh menit untuk mengisi soal-soal tadi.     

Aline tersenyum ke arah Nita, "kalahkan mereka berdua! " aline memberikan nita semangat.     

Nita mengernyit, dia merasa ada yang aneh dengan sikap sahabatnya itu hari ini. Dan kembali fokus pada soal-soal dihadapannya.     

Untuk seperkian detik nita kembali mengusap keningnya, keringat dingin mulai bermunculan.     

Dia mencoba mengatur nafasnya, ketika merasakan kesakitan kembali di kepalanya. Dengan cepat dia membaca soal-soal dihadapannya.     

"Ada apa dengannya? " dari kejauhan aditya yang diam-diam memperhatikannya melihat nita yang yang sedari tadi begitu gelisah.     

Wajahnya terlihat memerah.     

"Kamu baik-baik saja? " aditya menyempatkan bertanya pada nita ketika dia telah menyelesaikan soal-soal itu.     

"Tidak apa-apa pak! " nita tersenyum pendek ke arah Aditya, sebelum dia meninggalkan ruangan.     

Aditya berharap sekali nita menggunakan waktu yang cukup lama untuk mengisi soal-soal yang dia buat sendiri. Agar dia bisa lebih lama memandangi wajah indahnya, tapi semua ternyata tidak sesuai dengan prediksinya.     

Dia menyadari nita memang hanya bisa dilihatnya sekejap saja, dia tidak boleh berharap terlalu banyak karena nita tidak akan pernah bisa menjadi miliknya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.