cinta dalam jas putih

Trik Sulap



Trik Sulap

0Nita menatapi layar ponselnya petang ini, ketika axel membicarakan tentang ibu kandungnya tadi sore membuat pikirannya terus saja dibayangi oleh sosok elsa.     

Jarinya tampak ragu-ragu untuk menekan nomor yang sudah dia pilih. Hanya mengetuk-ngetuknya karena dia menjadi merasa begitu canggung untuk menghubungi elsa lebih dulu, setelah apa yang dia lakukan pada elsa.     

Hampir tiga puluh menit nita berpikir, ketika tiba-tiba ponselnya berdering.     

"Secepat itukah Tuhan mengabulkan doaku? " cetus nita terkejut ketika melihat nama elsa yang menghubunginya terlebih dulu.     

Dengan cepat nita menerima panggilan tersebut.     

"Nita " suara elsa menyebut namanya.     

"Apa kabar? " nita bertanya dengan senyuman leganya mendengarkan suara elsa yang sudah lama tidak didengarnya.     

"Baik... " jawabnya, "aku baru saja selesai pengobatan ketiga.. "     

Dan ucapan elsa terputus-putus, nita mendengarnya terbatuk dan menghentikan ucapannya sejenak.     

"Maaf terganggu " Elsa melanjutkan kembali perkataannya. "sebentar lagi jadwal nebu untukku, tapi aku minta waktu pada suster supaya bisa bicara denganmu terlebih dulu! "     

"Sekarang ada asma juga.. " celetuk nita pelan, "utamakan pengobatannya dahulu, menghubungi aku kan bisa nanti setelah pengobatannya selesai! "     

Mata nita mulai berkaca, "aku tidak suka kalau seperti ini, membuatku khawatir! "     

Terdengar tawa kecil elsa, "ini hanya efek obat anestesi nita, aku tidak apa-apa tenang saja.. "     

"Aku ingin cepat-cepat bicara denganmu setelah menerima pesan dari axel tadi pagi " Elsa melanjutkan perkataannya, terdengar nafasnya yang begitu berat ketika berkata. "aku seperti mendapatkan kekuatan dari tuhan ketika membaca pesan dari putraku.. "     

Nita tersenyum lebar mendengarkan elsa yang sepertinya memiliki semangat, ada satu tetes air matanya yang jatuh karena terlalu bahagia mendengarkannya.     

"Dia menuliskan bahwa setiap malam kamu selalu mengajaknya berdoa untuk kesembuhan ku, terima kasih nita.. " elsa kembali berucap, "aku pikir selama ini dia melupakanku, tapi ketika dia mengirim pesan yang berisi doa aku yakin semua itu adalah karena kamu "     

"Kami selalu menyayangimu.. " nita menghapus jejak air mata di pipinya, "kamu hanya harus bersemangat untuk sembuh, soal axel aku berjanji akan menjaganya "     

"Aku tahu itu.. " lagi-lagi elsa terbatuk, "dan kamu tahu suamimu itu juga mengirim pesan padaku agar memberikanmu semangat untuk hari besok! "     

"Benarkah.. " nita menutupi bibirnya, agar elsa tidak mendengar isak tangisnya yang tidak dapat dia tahan. Jika dia berhadapan dengan elsa seketika berubah menjadi melankolis dan mudah menangis.     

Tapi hal yang membuatnya terharu adalah mendengar yoga yang memberitahukan elsa agar memberikannya semangat. Yoga begitu tahu bahwa selama ini dia sudah menganggap Elsa seperti kakaknya sendiri, dia selalu tahu apa yang nita perlukan saat ini. Adalah satu sosok seorang kakak yang akan selalu mendengarkan setiap kekhawatirannya menghadapi hari besok.     

"Aku yakin kamu pasti bisa.. " elsa memberikan semangat pada nita, "kamu tahu aku bermimpi besok itu kamu akan melakukannya hanya dalam satu kali pukulan saja, dan tidak memberikan kesempatan sedikitpun pada pesaingmu! "     

"Lari terus dan jangan pikirkan mereka, buat mereka kalah telak! " sambungnya.     

Nita tertawa kecil dalam tangisnya, dia sendiri yang akan menghadapi ujian besok tidak pernah terpikir akan seperti yang elsa sebutkan.     

"Aku tidak sehebat itu.. " nita merendah.     

"Kamu hebat " elsa lagi-lagi memujinya, "bahkan lebih hebat dari semua yang pernah aku kenal.. "     

"Tapi sekarang ini, aku merasa sepertinya aku tidak mampu.. " nita berkeluh kesah.     

Elsa terdiam sejenak, "tuhan membawa kamu kesemua kejadian kemarin itu karena dia tahu kamu mampu melewatinya "     

"Bukankah kamu tahu, tuhan tidak akan memberikan satu cobaan pada kita melebihi kemampuan kita... "     

Nita menganggukan kepala membenarkan ucapan elsa, "apa pak dokter yang menceritakan semua itu? "     

"Bukan " jawab elsa, "putraku yang menceritakannya, tapi aku tidak tahu dari siapa dia tahu semua cerita itu. Axel sangat peduli dan sayang padamu.. "     

Nita mengernyit, dia pun sama seperti elsa kebingungan. Pikirannya penuh pertanyaan darimana axel mengetahui cerita nita di tempat kerjanya.     

"Aku ingin meminta maaf padamu jika selama ini ada perkataanku yang menyakiti hatimu! " seru nita. "Dan terima kasih karena sudah mendoakan dan memberikanku semangat untuk test besok.. "     

"Aku akan maafkan jika kamu mengabariku dengan hasil kemenangan nanti! " cetus elsa.     

Nita tertawa kecil, "itu pemaksaan sekali.. "     

Ditengah-tengah pembicaraannya dengan Elsa, tiba-tiba ada tangan kecil yang memeluknya dari belakangnya.     

Nita tersenyum dan mengusap lembut rambut axel, kedua tangan axel melingkar di lehernya.     

"Ibu cepat sembuh, dan jangan lupa untuk makan! " ucapan axel bernada keras.     

Nita tersenyum, "yang axel katakan itu benar, jaga dirimu baik-baik dan harus cepat sembuh! "     

"Aku janji! " seru elsa, "jagakan axel untukku, jaga dirimu juga. Kamu tenang saja kalau aku sembuh nanti aku yang akan menghajar teman-temanmu yang kurang ajar itu! "     

Nita tertawa kecil, "baiklah kakakku yang baik dan pemberani, sekarang waktunya nebu segera tutup telponnya dan lakukan pengobatan dengan baik! "     

"Baiklah, adik cerewet.. "     

Nita tersenyum mendengar ucapan terakhir elsa sebelum menutup telponnya, kali ini dia merasakan beban di pikirannya sedikit meringan karena dapat mendengar suara elsa.     

Dia melihat ke arah axel, "terima kasih axel, sudah menjadi anak yang terbaik.. "     

Axel yang masih dalam pelukan nita teraneh, satu tangannya lalu berpindah ke kening nita.     

"Bubu sakit? " tanya axel, "sepertinya bubu demam "     

"Benarkah,,, " nita tidak menyadarinya, dia lalu menyimpan tangannya sendiri dilehernya. Dia tidak merasakan gejala apapun tapi memang suhu tubuhnya sedikit meningkat saat ini.     

Nita menyimpan satu jari telunjuknya di depan mulutnya dan ditunjukan pada Axel ketika yoga muncul dari balik pintu kamarnya. Dia memberikan axel isyarat untuk tidak bicara apapun pada ayahnya itu.     

Axel terdiam matanya memandangi sosok nita, walaupun usia nya delapan tahun tapi dia sudah memiliki kekhawatiran yang berlebihan pada nita ketika dia merasakan bahwa bubu kesayangannya itu memang sedang demam.     

"Kamu istirahat yang baik malam ini! " seru yoga, "aku sengaja membawa axel supaya kamu tidak mencuri-curi waktu istirahatmu untuk membaca.. "     

"Iya, siap! " nita tersenyum lebar, dia membawa axel untuk berbaring di tempat tidur berada di tengah-tengah antara dia dan yoga.     

"Kamu hanya perlu tahu konsep kepemimpinan dan psikotes dengan nilai yang baik.. " yoga melihat ke arah nita yang berbaring disamping axel, "sebenarnya inti dari semuanya adalah supaya pemimpin ruangan itu adalah menunjukan sifat empatinya pada semua stafnya! "     

Nita tersenyum, "iya oppa dokter, seperti yang oppa dokter katakan bahwa kita harus maju tanpa menyingkirkan orang lain dan naik tanpa harus menjatuhkan orang lain. Pemimpin itu menempatkan dirinya di tengah-tengah stafnya, bukan di atas mereka! "     

"Bubu pintar sekali.. " axel menyela pembicaraan mereka. Membuat Nita dan yoga seketika tertawa bersamaan, mereka baru menyadari ternyata axel begitu memperhatikan pembicaraan mereka sedari awal.     

"Dan biasanya, test pemimpin itu berisi tentang melt personaliti, cara berpikir kritis, dan penalaran abstrak.. "     

"Iya " nita menganggukan kepalanya, dia sedang mengingat semua yang dibacanya sama seperti dengan yang yoga sebutkan tadi.     

Sepertinya dia telah terkantuk saat ini, axel memperhatikan nita yang menguap sedari tadi kini melihat ke arah yoga.     

"Melt personaliti itu berisi... " yoga berniat memberikan nita sedikit gambaran, tapi tangan axel mengguncang tubuhnya. Dia terhenti dan melihat ke arah Axel.     

"Bukankah ayah bilang bubu harus istirahat? "     

Yoga dan nita tersenyum mendengar ucapan axel tersebut.     

"Ayah bisa memberitahukan bubu besokkan? " dan kali ini nada bicara axel sedikit memperlihatkan kekesalannya pada sang ayah yang tidak membiarkan nita untuk beristirahat.     

Nita menahan tawanya melihat ke arah yoga yang terdiam, tidak dapat berkutik ketika axel berkata seperti itu padanya.     

Dan yoga yang awalnya terpaku dengan ucapan Axel padanya, sama seperti nita yang terlihat sekali menahan tawanya. Dia melirik ke arah nita yang menganggukan kepalanya memberikan isyarat pada yoga untuk mengikuti keinginan putranya itu.     

"Kamu belum tidur? " yoga melihat axel yang memandanginya, setelah setengah jam yang lalu dia meminta yoga untuk membiarkan nita beristirahat. Matanya melihat ke arah nita yang sudah terlelap.     

"Ayah aku khawatir pada bubu! " axel membisikan sesuatu di telinga yoga, "aku merasa bubu sekarang ini sedang demam! "     

Mendengar axel yang membisikan kekhawatirannya itu, yoga dengan cepat terbangun dari tidurnya. Satu tangannya menempel di kening nita dengan begitu hati-hati agar tidak membangunkan nita. Dan berpindah ke arah leher nita.     

Yoga tersenyum ke arah axel, "kamu harus tidur ini sudah larut malam, tenang saja bubu baik-baik saja! "     

"Benarkah? " axel memastikan.     

Yoga tersenyum dan memberikan jawaban dengan anggukan kepalanya, dia membawa axel dalam pelukannya agar cepat tertidur. Matanya menatap nita yang tertidur lelap dan dia tidak menyadarinya sedari tadi bahwa istri manjanya itu tengah demam.     

Dia merasa axel adalah orang yang paling peka terhadap nita.     

"Kamu selalu saja bisa menyembunyikan rasa sakitmu! " cetus yoga dalam hatinya, muncul satu rasa kekhawatiran dalam hatinya tentang test besok pagi.     

Dia merasa lebih baik tidak memaksakan nita untuk ikut dalam keadaan seperti ini, dia harus mendahulukan kesehatan istrinya daripada test tersebut.     

"Dan malaikat kecilku ini pintar sekali! " kali ini tatapan yoga berpindah pada axel yang tertidur lelap di pelukannya.     

"Apa ini menunjukan kalau kamu itu calon seorang dokter juga? " yoga bertanya dalam hatinya, seraya tersenyum tipis ketika mengingat kejadian dimana axel memberitahukan kondisi nita tadi.     

"Dan semua karena bubumu itu! " cetus yoga masih dalam hatinya, dia menganggap semua yang didapatkan axel seperti trik sulap yang diberikan nita. Dengan sekejap mata merubah putranya memiliki sebuah kekuatan dan kepribadian yang begitu menakjubkan...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.