cinta dalam jas putih

Sebuah Doa



Sebuah Doa

0Nita terdiam memandangi ketiga buku tebal yang tadi sore yoga berikan padanya, semuanya berisi tentang metode kepemimpinan dan satu buku psikologi.     

"Ternyata jadi pemimpin itu susah! " cetus nita dalam hatinya, "lebih enak jadi ibu rumah tangga saja! "     

Tangannya bergerak membuka lembar pertama buku yang sangat menarik perhatiannya, tentang psikologi. Walaupun sebenarnya dia lebih menyukai membaca novel setebal apapun.     

"ini apa? " tanya nita pada dirinya sendiri, ketika matanya menangkap satu bungkusan kecil. Terdapat tulisan axel yang begitu nita kenal 'Untuk Bubu sayang '.     

Tangannya berpindah dari bukunya mengambil bungkusan kecil dari axel, dengan cepat dia buka untuk mengetahui isinya.     

Lengkungan bibir membentuk senyuman terlihat di wajah nita, "coklat lagi! "     

Nita segera membuka bungkus yang membalut coklat pemberian putra kesayangannya itu.     

"Axel pintar sekali,,, " puji nita, "memberikan coklat saat belajar itu bermanfaat untuk meriekskan pikiran! tuhan memberikan aku putra yang terbaik.. "     

"Terima kasih Tuhan " nita mengucapkan rasa syukur dalam hatinya, dia ingin sekali memeluk putranya itu saat ini.     

Yoga muncul tepat disaat nita akan melahap sebatang coklat yang dipegangnya, dia lebih cepat mengambil coklat yang nita pegang.     

"Dari tadi aku perhatikan, bukan membaca tapi hanya melamun! " cetus yoga memandangi wajah nita yang terlihat sedih Kareena coklat yang yoga ambil.     

"Kamu tidak akan bisa belajar dengan hanya memandangi buku saja " sambung yoga. Dia melirik ke arah sebatang coklat yang diambil dari tangan nita lalu menunjuk coklat tersebut dan berkata. "Dan sekarang karena coklat ini! "     

"Sedikit saja... " nita bicara dengan nada memelas, "itu pemberian putraku, aku janji pasti belajar setelah makan coklat itu! "     

Yoga mencoba menahan senyumnya melihat nita memelas padanya, dia sebenarnya tidak ingin memaksa nita untuk membaca buku yang dia berikan tadi sore.     

Hari ini dia mendapatkan sesuatu yang mengejutkan yang membuatnya merindukan nita, walaupun setiap hari wanita itu selalu berada disampingnya.     

"Aku juga ayah axel, jadi aku mau coklat ini juga! " celetuk yoga, memasukan coklat milik nita yang dia ambil tadi kedalam mulutnya.     

"Itu,,, " mulut nita menganga melihat yoga memakan coklat miliknya. Dia beranjak dari duduknya mendekat ke arah yoga.     

"Aku kasih pelajaran ya! " cetus nita tersenyum licik ke arah yoga, dia mengambil coklat yang masih berada di ujung bibir yoga tidak dengan tangannya tetapi menggunakan bibirnya.     

Kedua pupil mata yoga membesar, dia terdiam seketika melihat ke arah nita yang berhasil mengambil sebagian coklat dengan bibirnya.     

Nita mengedipkan satu matanya setelah dia berhasil mengambil coklat miliknya walaupun sebagian dan itupun dengan bibirnya.     

"Kenapa seperti itu? " nita berkata pada yoga dengan mulutnya yang sedang mengunyah coklat.     

Yoga menunduk dan tersenyum, lalu berjalan mendekat ke arah nita. Menarik nita kedalam pelukannya, dan memberikan ciuman yang paling manis dengan mengambil semua coklat yang berada dalam mulut nita.     

Yoga menghentikan ciumannya dan tersenyum ke arah nita, "manis kan? "     

Nita tersenyum malu, tangannya membersihkan remah coklat yang menempel di ujung bibir yoga.     

"Belepotan! " cetus nita, tangannya masih menempel di bibir yoga ketika dia dan yoga saling bertatapan.     

"Kenapa? " tanya yoga, menempelkan hidungnyanya pada pipi nita.     

"Masih belepotan.. " jawab nita sambil tertawa kecil, "aku harus pakai cara lain saja membersihkannya! "     

Nita menggunakan cara nakalnya, dengan menggunakan lidahnya menghapus jejak coklat yang berada di ujung bibir yoga.     

"Sudah bersih! " seru nita dengan senyuman lebarnya.     

"Ternyata ada yang menantangku.. " yoga tertawa kecil dengan tindakan nita yang begitu lucu di matanya. Melingkarkan tangannya di pinggang ramping milik nita.     

"Aku harus belajar! " cetus nita pelan, dia harus kembali pada buku yang sedari tadi hanya dipandanginya. Belum sempat terbaca karena hanyut dalam lamunan dan kali ini terkunci dalam pelukan yoga.     

Yoga tersenyum tipis, "baiklah... " dia melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang nita.     

"Jangan sampai larut malam! " sambung yoga, "kamu harus beristirahat yang cukup.. "     

Nita terlihat memikirkan sesuatu dalam waktu beberapa detik, "aku belajar sama oppa dokter saja! "     

Dia lalu melingkarkan tangannya dileher yoga dan memberikan satu ciuman di bibir milik yoga.     

"Aku rindu sekali suamiku yang paling keren, baik hati, dan romantis! " nita menyerang yoga dengan rayuannya, membuat laki-laki dalam pelukannya itu tersipu malu.     

"Aku juga merindukan istriku yang cantik dan manja ini... "     

Mereka saling melemparkan pujian sebelum memulai misi romantis mereka.     

"Sebaiknya kita bergerak cepat saja, atau nanti axel datang! " yoga berbisik ke telinga nita, setelah mendapat jawaban anggukan kepala dari nita dia bergegas membawa istrinya itu ketempat tidur dan membawanya masuk kedalam selimut bersamanya.     

Dan, tujuan nita untuk membaca bukunya pun telah gagal. Dia harus mengutamakan suaminya diatas kepentingan pribadinya saat ini.     

"Ini sudah pukul 2 malam! " yoga terbangun ketika melihat nita yang terduduk di sampingnya masih membaca bukunya.     

Dia mengambil dengan paksa buku yang nita pegang, dan menyimpannya di meja samping.     

"Aku kan sudah bilang, tidak sampai larut malam! " yoga kembali mengingatkan nita ucapannya tadi.     

"Iya, aku tidur " jawab nita, diwajahnya terlihat kelelahan.     

"Kemarilah,, " yoga membawa nita untuk tidur di dalam pelukannya. Yoga harus memastikan nita tertidur, dan tidak mencuri-curi waktu darinya untuk belajar ketika yoga tertidur.     

Dia mencium kening nita ketika wanita dalam pelukannya itu terlelap, menerawangkan pandangannya kembali ke peristiwa tadi siang.     

Ketika dia yang sedang berada di tengah-tengah rapat direksi, mendapat telpon dari ponsel nita yang entah disengaja atau tidak. Dia harus mendengarkan percakapan yang menyudutkan Nita dari rekan-rekan satu ruangannya. Dan nita sama sekali tidak memperlihatkan rasa sedihnya itu, melihatnya kuat seperti ini ternyata menjadi satu kekhawatiran untuknya saat ini.     

"Kasihan bubu.. " axel memasang wajah sedihnya melihat nita yang pagi ini satu mobil dengannya tertidur.     

"Kenapa ayah membiarkan bubu jadi kepala negara? " kali ini axel bertanya pada yoga.     

Yoga tersenyum kecil, "bubu kan pintar walaupun seorang wanita, tetap harus maju tidak boleh kalah dengan laki-laki.. "     

"Aku sedih lihat bubu kelelahan seperti itu! " cetus axel pelan.     

Dia bersiap-siap ketika mobil berhenti tepat di depan gerbang sekolahnya.     

"Jangan bangunkan bubu yah! " axel mencium tangan kanan yoga sebelum keluar, "katakan pada bubu aku selalu mendoakannya supaya mendapat nilai yang terbaik! "     

"Tentu saja " yoga tersenyum bangga ke arah axel, dia tumbuh menjadi anak yang peduli dan penyayang. Di antara kesibukannya nita selalu berusaha memberikan perhatiannya pada axel, walaupun dia bukan putra yang lahir dari rahimnya tetapi kasih sayangnya melebihi orang terdekat axel.     

"Axel sudah pergi? " nita terbangun ketika axel pergi dan menutup pintu mobil. "aku ketiduran! "     

"Kamu yakin akan bekerja? atau kembali kerumah dan beristirahat.. " yoga memberikannya pilihan.     

"Tidak apa-apa " jawab nita, "kita lanjut saja, tadi aku hanya ketiduran. Jangan berikan aku hukuman lagi ya,,, "     

Yoga tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya. Jika Nita sudah memberikan jawaban seperti itu yoga harus mengikutinya, karena apa yang sudah nita putuskan tidak dapat diganggu sedikitpun oleh yoga.     

"Ada hal yang penting sampai dokter yoga memanggil saya? " Aditya pagi-pagi sekali sudah berada di dalam kantor yoga ketika dia baru saja datang.     

"Ada yang ingin saya bicarakan " jawab yoga.     

Kemarin setelah dia mendengarkan pembicaraan nita dan teman-temannya di ponsel, yoga langsung menghubungi Aditya untuk meminta bantuannya.     

"Saya harap, pak aditya bersedia membantu saya " yoga bicara ragu, dia harus meminta bantuan pada seseorang yang dulu menjadi rivalnya.     

"Ini mengenai test kepemimpinan besok " yoga melanjutkan ucapannya, dan lalu dengan sangat hati-hati membicarakan apa yang di dengarnya kemarin tentang nita pada aditya.     

Aditya terdiam untuk beberapa waktu, terlihat memikirkan sesuatu.     

"Jika dokter tidak keberatan " aditya berucap, "saya sebagai pihak manajemen, akan lebih baik jika saya saja yang melakukan penilaian dan untuk tehnik medis dokter bisa menunjuk seorang dokter yang berkompeten.. "     

"Saya juga berpikir seperti itu " yoga menyetujui pendapat Aditya, "untuk tehnik medis dokter edwin yang akan menilai "     

"Baiklah " aditya mengangguk setuju.     

"Lakukan penilaian yang memang sesuai dengan yang mereka lakukan, jangan lihat nita dari latar belakangnya.. " pinta yoga, "jika memang nita tidak layak, sebutkan saja "     

Aditya tersenyum lebar, "nita tidak akan seperti itu, saya sangat yakin dengan kemampuannya, lagipula psikologis seorang pemimpin itulah yang seharusnya menjadi penilai utama. Calon pemimpin harus dapat membaca karakter dari stafnya. Bidan kanita mempunyai nilai lebih disitu.."     

Yoga tersenyum tipis, dia sedikit terganggu dengan pujian aditya pada nita. Tapi dia mencoba bersikap biasa dan profesional. Karena kali ini dia sendiri yang meminta bantuan Aditya.     

"Sebaiknya kita rahasiakan dari mereka tentang perubahan tim penilai! " seru yoga.     

"Setuju sekali " aditya bangkit dari duduknya, dia masih harus melakukan beberapa pekerjaan saat ini.     

Yoga mengulurkan tangannya untuk dapat menjabat tangan Aditya, "terima kasih atas kerjasamanya "     

"Saya senang dapat membantu dokter " Aditya menjabat tangan yoga sebagai permulaan kerja sama mereka.     

Seperti yang yoga pikirkan aditya dengan hati lapang akan membantunya jika itu berhubungan dengan nita.     

Dan rencana keduanya nanti adalah berbicara dengan dokter edwin.     

"Biar operasi gynekologi saya yang kerjakan, dok! " dokter edwin menghampiri yoga yang sudah siap dengan pakaian dan topi operasinya.     

"Berapa sc elektif hari ini? " tanya yoga, dia tengah bersiap mencuci tangannya sebelum masuk ruang operasi.     

"Satu saja, dok "     

"Biar saya yang kerjakan! " seru yoga, "saya akan membicarakan sesuatu hal yang penting setelah operasimu selesai! "     

"Baik, dok "     

Yoga yang telah selesai mencuci tangannya segera masuk ke dalam ruangan operasi. Diikuti oleh dokter Edwin di belakangnya untuk memulai tindakan operasi.     

Yoga yang telah selesai satu jam lebih dulu dari dokter edwin, terduduk di ruang rapat yang terdapat di ruangan operasi.     

"Maaf membuat dokter menunggu lama " dokter edwin muncul dan terduduk di kursi yang berhadapan dengan yoga.     

"Saya juga baru selesai " jawab yoga, "sebenarnya saya ingin membicarakan tentang test kepemimpinan besok "     

"Kamu pasti sudah mendengarnya? "     

Dokter edwin menganggukan kepalanya, menandakan bahwa dia mengetahuinya.     

"Saya ingin meminta bantuanmu " ucap yoga, "saya harap kamu bersedia untuk menjadi tim penilai tehnik medis bersama dokter arga dan dokter Kim "     

Dokter Edwin tidak lantas mengiyakan, dia tampak sedang berpikir-pikir ketika yoga menawarinya pekerjaan tersebut.     

"Kamu pasti tahu alasannya " yoga sedikit memperjelas, "saya tidak ingin orang-orang berpikir ada campur tangan saya, karena bidan kanita menjadi salah satu kandidatnya "     

Dokter edwin kembali menganggukan kepalanya, mengerti dengan situasi yang yoga sebutkan.     

"Kamu tidak perlu melihat latar belakang nita " yoga kembali menegaskan, "jika penilaian tehnik medis nita dianggap belum layak, maka kamu harus menilainya secara nyata sesuai kemampuannya. Aku lebih suka dia belajar kembali daripada harus memaksakan diri! "     

Dokter edwin tersenyum lebar, "tapi bidan kanita yang saya kenal tidak seperti itu, dia orang yang mampu mengkordinir setiap pekerjaan dan tindakannya dengan baik "     

"Saya yakin dia mampu dan dapat menyelesaikan test besok dengan baik " dokter edwin kembali memuji nita di hadapan yoga.     

"Ya " yoga lagi-lagi harus terganggu mendengar pujian laki-laki lain pada istrinya, dia harus kembali mengendalikan dirinya ketika nita dikagumi orang lain selain dirinya.     

"Kapan kamu akan menikah? " yoga mengalihkan pembicaraannya ke arah yang lebih pribadi, "pasti banyak wanita cantik yang mengagumi dokter muda dan pintar sepertimu.. "     

Dokter edwin tertawa kecil, "saya belum mempunyai calon yang pas dokter "     

"Saya akhir-akhir ini sedang mengagumi seseorang " sambungnya, "tapi saya hanya bisa mengaguminya secara diam-diam saja! "     

Yoga tersenyum menanggapi ucapan dokter edwin. Dia sedikit menebak-nebak dalam pikirannya siapa wanita yang dikaguminya itu.     

"Kenapa kamu tidak bicara langsung saja? " yoga menyarankan dokter edwin untuk berani menyatakan perasaannya.     

"Dia milik orang lain " jawaban dokter Edwin ini membuat dugaan yoga menjadi benar, "dan juga dia tidak pernah sedikitpun memberikan kesempatan pada saya untuk menunjukan perasaan saya! "     

Yoga bisa tersenyum lega mendengar pernyataan terakhir dokter Edwin, dia pun meyakini nita adalah wanita yang dapat dia percaya untuk bisa menjaga harga dirinya sebagai seorang istri walaupun dia tidak disampingnya.     

Hari ini sepertinya menjadi hari yang menyebalkan nasional untuknya, ketika harus mendengar pujian laki-laki lain pada nita. Kalau saja dia tidak membutuhkan bantuan mereka, yoga lebih memilih untuk tidak bicara dengan mereka sedikitpun.     

"Axel! " nita terkejut melihat axel sudah terduduk di kursi belakang didalam mobil, dia masih berseragam sekolah.     

"Pak itor bilang axel memaksa supaya diantarkan kerumah sakit " yoga sedikit memberi penjelasan pada nita.     

Nita tersenyum dalam anggukan kepalanya.     

"Aku mau pulang dengan bubu! " ucap axel.     

"Iya, sekarang kita pulang,, " nita masih memandangi axel yang kali ini sibuk dengan ponselnya, "apa kegiatan tadi disekolah lancar? "     

"Lancar " jawab axel pendek, jari-jarinya tengah serius menyentuh layar ponselnya. Tapi dalam hitungan detik dia berhenti dan melihat ke arah nita.     

"Tadi di sekolah ada kegiatan berdoa bersama bu! " seru axel, "dan aku ikut berdoa juga.. "     

"Coba apa saja yang kamu sebutkan dalam doa tadi pagi? " tanya nita, tangannya sibuk memasangkan sabuk pengaman ketika yoga mulai menghidupkan mesin mobilnya.     

"Aku berdoa untuk test bubu besok, supaya bubu bisa menjadi ibu negara! " jawabnya, "aku berdoa agar Tuhan selalu melindungi ayah dan bubu di rumah sakit, lalu... "     

Nita dan yoga menunggu perkataan axel selanjutnya, mereka tersenyum dan saling bertatapan mengagumi kepintaran axel.     

"Lalu, aku meminta doa yang sama seperti yang selalu bubu lakukan setiap malam " axel melanjutkan perkataannya, "mendoakan kesembuhan ibuku yang sedang sakit, supaya pengobatannya berhasil! "     

Yoga dan nita saling memandang mendengar apa saja yang dia doakan tadi. Nita tersenyum lebar ketika axel sama sekali tidak melupakan ibu kandungnya.     

Dan sebuah doa dari malaikat kecilnya saat ini akan menjadi satu kekuatan untuknya menghadapi hari penentuan...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.