cinta dalam jas putih

Strike Two



Strike Two

0"Kak nita hebat sekali! " pekik erin, dia tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya melihat cara elegan dari seniornya itu untuk bicara pada lawannya.     

Nita tersenyum kecil, mengernyit melihat ekspresi berlebihan erin.     

"Kakak harus lihat tadi wajah kak aline, saat kakak bicara tentang ilmu mutu keselamatan pasien! "     

"Aku mau kamu janji sesuatu " nita bicara pada erin dengan memegang kedua tangannya.     

Erin terantuk, "tapi janji apa kak? "     

"Aku sebenarnya salah sekali bicara seperti tadi dihadapanmu " jawab nita, "itu sangat melanggar kode etik antar sesama rekan kerja. Kamu tidak boleh mengikutinya ketika kamu menjadi senior nanti.. "     

Erin semakin dibuat takjub dengan perkataan nita kali ini.     

"Kamu harus tetap menghormati aline sebagai seniormu " nita melanjutkan perkataannya, "anggap saja tadi itu kita sedang mengobrol biasa, aku jadi merasa bersalah berkata seperti tadi pada aline! "     

Erin tersenyum, "kakak tenang saja, aku janji tidak akan merubah sikap hormatku pada kakak-kakak semua... "     

Nita tersenyum lebar, "kamu harus catat satu hal, semua orang termasuk aku bisa saja membuat masalah. " dia sangat mempercayain erin dapat memegang janjinya.     

"Tapi jika permasalahan itu muncul fokus kita adalah membuat solusi bukan untuk menghakimi seseorang yang bermasalah itu! " sambung nita.     

"Mantap kak " erin dibuat nita kembali berdecak kagum, "kalau aku jadi juri untuk test nanti, aku tidak akan berpikir lagi untuk memilih kakak! "     

"Memang seperti ini harusnya seorang pemimpin! " lanjut erin dengan dibumbui sanjungannya pada Nita.     

Nita terkekeh malu, dia baru menyadari setiap ucapan yang dikatakannya pada erin itu terlalu berlebihan sekali. Karena dia sendiri kebingungan darimana dia mendapat Ilham untuk mengeluarkan kata-kata tersebut, semua muncul tiba-tiba dari bibirnya. Alamiah tanpa dibuat-buat.     

Nita membuka loker kerjanya dan menyimpan surat yang diberikan oleh kepegawaian kepadanya. Surat yang membuat semua teman-temannya berprasangka buruk padanya.     

Dia mengambil ponselnya, dan hendak mengetikan suatu pesan yang ditujukan pada yoga tapi terhenti karena ivanna muncul dan terlihat membuka loker miliknya.     

"Kamu ikut juga test itu, nit? "     

Nita tersenyum kecil dibalik pintu lokernya, dia sudah menebak ivanna pasti akan bertanya tentang hal itu padanya.     

"Iya " dia lalu melihat ke arah ivanna yang sedang membereskan sesuatu.     

Ivanna tersenyum, "kamu pasti yakin bisa jadi kepala ruangan kenapa harus ikut test segala! jangan pakai cara yang susah kalau semuanya mudah ditangan kamu "     

Nita tersenyum kecil mendengarkan perkataan ivanna padanya, dia sedikit berbeda dengan aline. Memiliki sikap yang tenang dan tidak banyak bicara, tapi ketika dia tidak menyukai seseorang ivanna akan dengan berani bicara pada orang yang tidak disukainya.     

"Kalau aku jadi kamu, aku duduk manis saja.. " kali ini ivanna merubah posisi berdirinya menghadap ke arah Nita, menyandarkan tubuhnya di tembok ruang ganti. Terlihat kedua tangannya menyilang di bawah dadanya.     

"Kamu tidak perlu bilang kalau yang aku katakan benar! " sambungnya, "kita semua tahu untuk mendapat kedudukan di tempat kita ini kalau tidak dengan uang pasti punya keluarga di staf manajemen! "     

"Kamu tinggal pura-pura saja kalau kamu tidak seperti yang kami pikirkan, bersikap manis dan polos ketika mendapatkan SK! "     

Dahi nita berkerut, senyumnya tidak hilang dari wajahnya. Dia menghela nafasnya sesekali ketika mendengar semua yang dikatakan ivanna padanya.     

"Sekarang giliranku bicara! " nita mengeluarkan suaranya ketika ivanna telah selesai bicara. Nita harus mengalah terlebih dahulu untuk tidak berdebat dengannya, itu akan menguras banyak tenaga dan emosi yang sia-sia menurut nita.     

"Kamu tenang saja, sekarang ini aku tidak akan berpura-pura manis dan membuktikan kalau aku tidak seperti yang kalian pikirkan! " nita bicara dengan sedikit memelankan volume suaranya agar ivanna dapat mendengarkannya dengan baik.     

"Aku sebenarnya tidak begitu tertarik dengan posisi ini! " nita masih memberikan senyuman terbaiknya pada ivanna, "tapi aku berbalik menjadi tertarik, dan semua itu karena kalian semua! "     

"Karena aku sudah terlalu sering mendengarkan kalian membicarakanku di belakang.. " sambung nita, "dan itu yang membuat aku semakin ingin bersaing secara terbuka dengan kalian nanti! "     

Ivanna tersenyum miring, "percuma saja toh aku tahu pasti kamu yang akan menang, buat apa buang tenaga dan pikiran kalau sudah ada pemenang pasti! "     

Nita tersenyum kecil, "kamu takut aku curang, atau kamu takut mengakui kekalahanmu? sehingga kamu terus menerus menyebarkan kebencianmu pada orang lain supaya mereka berpikiran yang sama denganmu "     

Ketika nita dan ivanna serius bicara, sosok dewi muncul.     

"Kalian sedang membicarakan apa? " dewi ikut bergabung di tengah-tengah pembicaraan Nita dan ivanna.     

Nita tersenyum senang dalam hatinya, tuhan telah memberikannya kesempatan yang terbaik. Kali ini, akan ada satu serangan dengan dua orang sekaligus. Dan dia harus kembali berpura-pura kuat dan menyombongkan diri dihadapan teman-teman spesialnya kali ini.     

"Pasti kalian berdebat tentang test! " tebak dewi, dia dengan wajah riangnya seolah-olah tidak terbebani dengan hal tersebut.     

"Kita berdua ikut saja, walaupun hasilnya kita sama-sama tahu siapa yang akan jadi pemenangnya.. " ucapan dewi bernada sedikit menyindir, "kita mah apa atuh, orang kaya bukan,,, istri pejabat juga bukan! "     

Ivanna tertawa senang dengan ucapan dewi yang dianggapnya sangat mewakili perkataan hatinya.     

Disindir seperti itu nita tersenyum kecil, "aku punya satu pertanyaan untuk kalian berdua... "     

Mata nita memandang mereka secara bergantian, "kalau kalian menyerah berkompetisi lusa nanti, apa kalian mau bekerja dibawah kepemimpinanku? bukankah kalian tidak menyukaiku! "     

Ivanna dan dewi saling bertatapan, mereka mulai terkecoh oleh pertanyaan nita. Sikap sombong mereka seketika memuai dengan cepat.     

"Jadi aku hanya menyarankan satu saja " nita menutup pintu lemari lokernya dan kembali memfokuskan pandangannya ke arah mereka berdua, "berusaha lebih keras ketika test nanti supaya bisa mengalahkanku, seperti aku berusaha keras agar supaya bisa lulus dengan baik "     

"Jadi pilihannya ada dua.. " sambung nita, "kalian berusaha sebaik mungkin ketika test nanti supaya aku kalah, atau kalian akan menyerah begitu saja dengan konsekuensi bekerja dibawah kepemimpinanku nanti! "     

Ivanna dan dewi saling memandang terdiam tidak berkata apapun, mereka memikirkan kembali niat awal mereka setelah mendengarkan perkataan-perkataan nita.     

"Pikirkan dengan baik " ucapan nita yang terakhir sebelum dia melangkahkan kakinya untuk meninggalkan kedua rekan kerjanya itu.     

Dengan cepat nita bersembunyi di balik pintu, mencoba menarik nafas panjang. Dan mencoba tenang di tengah kerja jantungnya yang begitu cepat, ini pertama kalinya dia mengajak teman-temannya berdebat. Karena selama ini dia merasa diam dan hanya menunjukan kemampuan itu lebih baik.     

"Apa kamu mau kita berada dibawah kepemimpinannya? " suara dewi terdengar oleh nita.     

"Jelas saja tidak! " ivanna bicara dengan sedikit membentak.     

"Aku juga.. "     

"Jadi sebaiknya nanti kita bertanya pada rekan-rekan diruangan lain yang pernah mengikuti test kepemimpinan " saran ivanna, "kita tanyakan apa saja yang biasa muncul disana! "     

"Iya, dia sombong sekali berpikir kita tidak bisa! " nada bicara Dewi ketus.     

"Kita buktikan saja, siapa yang lebih baik! " ivanna mulai mengibarkan bendera perangnya, dia begitu kesal dengan perkataan nita tadi sehingga membuatnya sama sekali tidak ingin menyerah begitu saja. Dia ingin melemparkan kesombongan nita menjadi senjata untuk menjatuhkan dirinya sendiri.     

"Seperti ini seharusnya kalian " ucap Nita dalam hatinya, sambil tersenyum lebar mendengar tanggapan kedua temannya tersebut.     

Dia akan sangat senang jika mereka begitu bersemangat berkompetensi dengannya, walaupun nita harus membuat dirinya semakin dibenci oleh teman-temannya. Tapi inilah cara terakhir yang nita pakai untuk menunjukan pada semua orang bahwa dia pun berusaha keras untuk bisa mencapai posisi tinggi tersebut.     

Misi serangan kedua nita telah selesai, dan dia hanya perlu melihatnya nanti ketika test berlangsung. Ketiga rekannya itu bukan orang yang mudah, mereka semua memiliki prestasi bagus selama bekerja. Maka dia pun harus mengerahkan seluruh kemampuannya agar hasilnya sesuai dengan yang dia harapkan.     

"Aku menghubungi ponselmu! "     

Yoga bicara padanya ketika dia masuk kedalam mobil, dan segera mencari ponselnya didalam tasnya.     

Nita tersenyum cemas, "ponselku ketinggalan di loker oppa, maaf... "     

Yoga menggelengkan kepalanya, kebiasaan buruk nita ini sama sekali tidak berubah. Dia lalu mengambil sesuatu dari kursi belakang.     

"Hukuman untuk orang yang pelupa! "     

Tiga tumpuk buku tebal tersimpan di pangkuan nita saat itu juga, membuat kedua mata nita membulat.     

"Hukuman tambahan ketika sampai dirumah! " sambung yoga.     

"Masih ada lagi... " nita terlemas ketika mendengar hukumannya harus ditambah sesampainya dirumah nanti. Yoga tidak bergeming sama sekali walau nita memasang wajah lelahnya,,,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.