cinta dalam jas putih

Strike One



Strike One

0"Tanganmu kenapa? " dokter edwin bertanya ketika melihat nita yang tengah menulis laporan, terdapat balutan kassa di tangannya.     

Aktivitas nita terhenti sejenak ketika dokter edwin duduk di kursi yang terletak disampingnya.     

"Ini luka kecil saja, dok! " seru nita tersenyum tipis, "tidak apa-apa.. "     

Dan kembali menggoreskan pulpennya di sebuah buku status pasien untuk melanjutkan laporannya.     

Dokter edwin masih dalam tatapannya pada nita, wanita disampingnya itu begitu memiliki kesamaan dengan tunangannya yang telah pergi. Bukan hanya wajah yang hampir mirip, mereka pun memiliki sifat yang sama persis dan kebaikan yang begitu sama.     

"Ada yang aneh di wajah saya dokter? " menyadari dirinya sedang diperhatikan nita mengeluarkan naluri alamiah perempuannya, mengeluarkan ponselnya dan melihat wajahnya sendiri dilayarnya.     

Dokter edwin tersenyum gemas melihat kelakuan nita, "kamu masih cantik,,, jika tidak ada cermin untuk berkaca, kamu lihat saja cara aku memandangmu! "     

"Memandang kagum! " seru dokter edwin pelan.     

Dahi nita berkerut, dia teraneh. Dokter edwin begitu berani mengungkapkan kata-kata yang seharusnya tidak dia ucapkan pada nita, walaupun dia tahu nita adalah istri dari yoga tetapi sepertinya cara dia memperhatikan nita berbeda.     

"Tidak perlu berwajah kaget seperti itu! " dokter edwin tersenyum lebar, sebelum beranjak dia menyimpan satu bungkus coklat tepat di atas kassa yang menutupi luka ditangan nita.     

"Ini tanda terima kasihku.. " ucap dokter Edwin, "supaya kamu tetap selalu manis! "     

Mulut nita menganga tidak mengeluarkan kata apapun, bahkan sepertinya dia lupa untuk berterima kasih karena telah diberikan coklat oleh dokter edwin. Tapi karena rayuan gombal laki-laki keren berprofesi dokter spesialis obgyn itu membuat nita tidak bisa berkutik sedikitpun.     

"Wah, ada coklat nih! " erin yang baru menyelesaikan pekerjaannya menghampiri nita, dan duduk disampingnya.     

"Makan saja kalau kamu mau.. " nita menawarkan coklat pemberian tersebut pada erin yang pasti kelaparan setelah bekerja.     

"Terima kasih! " erin tidak menolaknya, dia langsung membukanya dan melahapnya. "ini coklat dari siapa kak? "     

"Dokter edwin " jawab nita yang masih fokus pada catatannya, "kalau yang ini jangan kamu sampaikan sama dokter yoga! nanti bisa-bisa dia kasih aku coklat satu kardus.. "     

Mendengar perkataan nita, erin langsung terbatuk karena keterkejutannya. Dengan cepat dia segera mengambil air minum miliknya. Diteguknya air itu dengan perlahan.     

Nita tersenyum kecil menggelengkan kepalanya, tadi itu dia hanya menguji erin. Dia hanya penasaran siapa orang yang telah memberikan yoga informasi tentang nita di ruang bersalin, awalnya dia mengira bidan sani tapi melihat erin seperti itu dia sudah menemukan siapa orangnya.     

"Aku tidak pernah membicarakan hal yang akan membuat pertengkaran dalam rumah tangga orang, kak! " seru erin menunjukan wajah yang serius. "apalagi aku suka sekali dekat dengan kak nita! "     

Nita tertawa kecil, dan ternyata dugaannya kali benar, bahwa erin adalah orangnya.     

"Kamu tenang saja, aku tidak marah " nita menyipitkan matanya ke arah erin, "tapi kita rahasiakan ini, jangan beritahukan dokter yoga kalau aku sudah tahu semuanya! "     

"Kamu harus mau mengatakan pada dokter yoga sesuai dengan apa yang aku katakan.. " lanjut nita, "oke? "     

Erin tersenyum kebingungan, sekarang ini dia seperti seorang mata-mata yang sudah diketahui oleh musuhnya. Dan sang musuh mengajak bekerja sama untuk berbalik memata-matai majikannya. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan kembali melahap coklat yang dipegangnya.     

"Nita " aline muncul dihadapan nita dan duduk disampingnya, "kamu dapat surat test kepemimpinan juga? "     

"Iya " nita tersenyum ke arah aline, "di ruang bersalin, ivanna dan dewi juga dapat "     

Aline tersenyum kaku, "tapi aku sepertinya tidak akan mendapat rekomendasi, karena sudah masuk catatan hitam di kepegawaian, jadi kesempatanku sepertinya kecil.. "     

"Semua orang yang mendapatkan surat itu memiliki kesempatan yang sama " nita memberikan tanggapannya, "kejadian kemarin itu adalah salah satu insiden yang masuk pada kejadian tidak diharapkan, dan itu masuk ke kejadian sentinel dalam mutu keselamatan pasien! "     

"Kamu tidak tahu? " lalu nita bertanya pada aline.     

Aline menggelengkan kepalanya, dia sedikit malu karena nita lebih banyak tahu daripadanya.     

"Aku tidak tahu ada pelaporan insiden seperti itu.. " jawab aline, terlihat kerutan di dahinya dan kedipan matanya yang cepat oleh nita.     

Nita mencoba menahan senyuman yang ingin dia keluarkan pada aline, tetapi saat ini dia sedang berakting memasang wajah serius.     

"Kamu sama sekali tidak tahu tentang pedoman mutu keselamatan pasien? " tanya nita kembali, dia mulai memojokan aline dengan pertanyaannya tersebut. Tapi tetap dengan gaya lembut nita, sehingga aline tidak menyadari bahwa nita sedang membuat trik menurunkan kepercayaan dirinya sendiri.     

"Tidak " aline menggelengkan kepalanya, dia sesekali mengalihkan pandangannya ke arah lain ketika nita terus memperhatikannya.     

"Bukankah keselamatan pasien adalah hal utama yang harus kita pegang sebagai petugas kesehatan.. " nita memegang satu tangan aline yang begitu dingin, "jadi yang menjadikan kamu gagal nanti itu bukan karena kasus kemarin, tapi memang kamu belum memahami saja! "     

Erin yang mendengarkan ucapan nita pada aline yang bernada datar tapi begitu menusuk tercengang dan kemudian begitu senang melihat ekspresi aline yang tertunduk malu, dia sangat ingin berteriak dan meniupkan terompet bahagianya melihat satu orang musuhnya tertunduk malu seperti itu. Tapi dia harus menahannya, dia harus belajar mengendalikan dirinya untuk tidak menari-nari di atas penderitaan orang.     

"Kamu mau bilang aku tidak dapat lulus ketika ujian nanti? " tanya aline, bibirnya terlihat bergetar karena kekesalannya.     

"Kamu yang mengatakannya sendiri,, " jawab nita, "aku tidak mengatakan apa-apa, karena kalau aku mau, aku bisa saja mendapat SK sejak awal untuk menjadi kepala ruangan.. "     

Nita tersenyum, "untuk apa harus cape-cape bekerja disini, kalau aku bisa minta itu dengan mudah.. "     

"Jika perlakuanmu pada rekan kerjamu seperti ini, dapat di tebak juga perlakuanmu pada pasienmu... " lanjut nita.     

Dia bicara begitu lancar, lagi-lagi nita berusaha tidak menekankan pada kesalahan aline dan tidak berkesan memojokannya. Walaupun pada kenyataannya aline telah terpojokkan oleh ucapan nita kali ini, dia tidak pernah menyangka nita yang selama ini diam dapat berkata seperti itu padanya.     

Dia telah lupa, bahwa semut kecil ketika dia tertindas pasti akan menggigit. Ketika banyak kisah yang menceritakan bahwa seekor gajah yang besar pun terkalahkan oleh semut kecil. Dan seperti itulah nita sekarang.     

Jika tadi pagi nita tidak mendengar pembicaraan mereka, mungkin nita tidak akan pernah berpikir untuk melakukan hal seperti ini.     

"Kenapa kamu tidak minta saja pada suamimu supaya kamu mendapatkan SK langsung? " aline mencoba memberontak, dia memasang wajah keberanian terakhirnya yang ditunjukan pada nita. "jadi kamu tidak perlu menyiksa diri kamu bekerja dengan berlumuran darah! "     

"Aku tidak mau seperti itu.. " Nita menjawab dengan tenang, "aku suka bekerja seperti yang kamu sebutkan, aku menyukai pekerjaanku sama seperti aku menyukai semua pasien-pasien disini! "     

"Dan juga,,, " sambung nita, "aku hanya ingin sedikit menyombongkan diri, kalau aku punya kemampuan dan ingin sekali bersaing secara nyata dengan orang-orang yang dulu menjadi teman-teman dekatku! "     

"Apa? " aline kembali mendengar pernyataan diluar dugaannya tentang nita, dia merasa sedang bicara dengan orang lain yang berwujud kan sosok nita.     

"Aku lebih suka dinyatakan kalah didepan semua orang karena hasil kerja kerasku sendiri.. " nita tersenyum ke arah aline, tangannya masih menjabat erat tangan aline yang terasa semakin mendingin.     

"Kamu tenang saja, walaupun aku bisa saja berbuat curang nanti... " mata indah nita menatap lekat pada aline, mereka saling bertatapan. "aku menjamin tidak akan ada kecurangan sedikitpun, walaupun dokter yoga suamiku tapi dia adalah orang yang paling menolak keras untuk berbuat curang, dia orang yang terjujur yang pernah aku kenal! "     

"Bagaimana aku bisa mempercayai perkataanmu? itu,, bisa saja itu untuk menutupi kecurigaan semua orang, maka dari itu kamu mengatakan ini " aline mencoba melakukan pertahanan terakhir disaat semua mental terkuatnya telah berhasil nita rubuhkan.     

"Aku tidak perlu membuktikan apa-apa pada kalian agar mempercayaiku,,, " nita tersenyum tipis ke arah aline, "aku hanya ingin mengajak kamu, ivanna, dewi untuk mengikuti test nanti secara terbuka. Jika aku sendiri mau berusaha untuk bekerja keras ketika bersaing maka aku akan menerima dengan lapang apapun hasilnya, aku juga mau kamu seperti itu. Menerima hasilnya nanti tanpa perasaan curiga.. "     

Aline terdiam sejenak, dia tampak sedang mencerna setiap perkataan nita dengan baik.     

"Aku tidak akan memaksamu untuk percaya " nita menyela, "tapi aku akan sangat berterima kasih jika kamu mau sedikit saja mempercayaiku! "     

Nita lalu beranjak dari duduknya, "jangan lupa untuk belajar keras. Karena aku sedang berusaha keras dan ingin mengalahkanmu! "     

Dia lalu melangkahkan kakinya meninggalkan aline. Erin yang sedari tadi menjadi pendengar setia, yang ingin sekali berubah menjadi pemandu sorak saat mereka bicara mengikuti langkah nita, membiarkan aline sendirian dengan wajah nya yang kebingungan.     

"Maafkan aku, ini untuk kebaikanmu juga! " cetus nita dalam hatinya merasa bersalah, dia sangat mengenal aline ketika kuliah di akademi kebidanan. Aline memang pintar, tapi nita tahu kelemahannya adalah ada pada pikirannya yang selalu mudah dipengaruhi oleh siapapun. Dan nita menggunakan itu untuk mengacaukan pikirannya ketika ujian nanti.     

Dan satu orang sudah bisa dia lewati, dia akan menetapkan target selanjutnya yang akan dia beri serangan...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.