cinta dalam jas putih

Sebuah surat



Sebuah surat

0"Bu,,, " axel muncul dari balik pintu dengan senyuman ke arah nita.     

"Masuklah " nitapun melemparkan senyuman lebarnya ke arah axel.     

Dia begitu merasakan rindunya pada putra kecilnya itu, hari ini dia tidak menemani axel mengerjakan tugas sekolahnya karena yoga yang menggantikannya.     

"Aku bawakan cemilan untuk bubu,,, " axel berjalan mendekat ke arah nita yang, "ayah bilang bubu sedang dihukum jadi aku tidak boleh mengganggu bubu! "     

Nita tersenyum, "tidak apa-apa kalau menemani bubu membaca.. "     

"Terima kasih cemilannya! " seru nita kembali, dia menatap beberapa keping biskuit coklat kesukaannya tersimpan di atas piring yang axel bawa.     

"Bubu harus semangat! " bisik axel, "walaupun ayah jahat sudah memberikan bubu hukuman membaca buku tebal ini, tapi sebenarnya ayah sayang pada bubu.. "     

Nita mengernyit, "benarkah? coba beritahu bubu apa saja yang ayahmu katakan tadi.. "     

Axel menyimpan satu jarinya di keningnya, mencoba mengingat kembali obrolannya tadi dengan ayahnya.     

Nita yang gemas melihat sikap axel, cepat-cepat membawanya untuk duduk di pangkuannya dan memandanginya.     

"Ayah bilang bubu akan menjadi ibu negara di rumah sakit! " ucap axel yang pertama, "Jadi bubu harus belajar lebih giat supaya nanti banyak yang menghormati bubu... "     

"Ibu negara? " Nita tertawa kecil, dia memang tidak tahu apa maksud dari yang axel sebutkan tadi. Tapi sepertinya dia merasa yoga memang diam-diam berusaha keras untuk membuatnya diakui oleh semua rekan kerjanya.     

Kehadiran yoga pun kali ini tidak mengganggu keseruan nita dan axel yang sedang mengobrol, dia lalu terduduk di tempat tidurnya. Mengambil kamera yang baru saja dibelinya beberapa hari yang lalu, yang tergeletak dimeja kecil disamping tempat tidurnya. Mengambil momen indah keakraban nita dan axel yang tengah membicarakan sesuatu hal yang mungkin sangat lucu sehingga membuat mereka tertawa lepas seperti itu.     

"Apa yang kamu dapat dari buku yang tadi kamu baca? " Tanya yoga.     

Yoga yang malam ini sudah berbaring terlebih dahulu, melihat ke arah nita yang berjalan mendekat ke arahnya dan berbaring disampingnya.     

"Aku dapat banyak kepusingan " nita lalu tertawa kecil ke arah yoga.     

Mendengar istrinya menjawab seperti itu, diapun ikut tersenyum.     

"Ini pasti gara-gara tadi kamu terjatuh, jadi jawabannya selalu aneh! "     

Nita terkekeh, "sepertinya benar, habis setelah kejadian itu aku jadi tidak bisa belajar.. "     

"Alasan! " cetus yoga seraya mengacak-acak rambut nita, "bilang saja kamu malas belajar! "     

"Nggak perlu belajar, axel bilang tadi aku pasti jadi ibu negara! " nita berbalik membelakangi yoga yang masih menghadap ke arah nya.     

Yoga tersenyum kecil mendengar perkataan istrinya itu, "aku kan cuma berbohong saja tadi ketika axel bertanya kenapa aku menghukummu! "     

"Bicara bohong itu tidak baik pak dokter, walaupun itu pada anak kecil! " ledek nita, "tidak apa-apa kalau benar juga. Aku kan harus punya kedudukan yang bagus biar bisa sejajar seperti istri teman-teman oppa dokter! "     

Yoga terdiam sejenak untuk dapat mencerna ucapan nita padanya. Meraih tubuh nita untuk masuk kedalam pelukannya.     

"Kenapa bicara seperti itu! " yoga mencium rambut nita, "pikiranmu negatif sekali perihal ibu negara yang aku sebutkan pada axel... "     

"Lalu.. " nita menanggapi dengan datar.     

"Aku tidak suka kalau seperti ini " yoga membuat nita berbalik arah untuk dapat melihat wajahnya, "kamu pikir aku berusaha membuatmu menjadi kepala ruangan supaya aku tidak malu memperkenalkanmu pada rekan-rekan yang lain? "     

Nita menganggukan kepalanya untuk menjawab pertanyaan yoga tersebut.     

"Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu, aku melihat kemampuanmu itu sangat disayangkan jika hanya sampai di pelaksana saja. Bukan karena malu! "     

Nita tersenyum kecil melihat reaksi yoga yang menanggapi serius pada pembicaraan yang selalu mereka lakukan sebelum tidur.     

"Oppa dokter sensitif sekali hari ini! " seru nita mencubit kedua pipi yoga, "aku itu suka kalau lihat oppa dokter marah seperti ini, kelihatan keren nya! "     

"Aku kan cocoknya jadi Mentri kesehatan saja.. " ucap nita dengan candaan. "ibu negara terlalu ketinggian! "     

Yoga menanggapinya dengan tawa kecil, dia merasa aneh dengan sikap nita semenjak dia mengalami kejadian besar tadi pagi.     

"Aku sebenarnya masih merasa ketakutan dengan kejadian tadi! " nita akhirnya berterus terang. "aku selalu merasa menjadi orang yang gagal.. "     

Dia menyandarkan kepalanya di dada yoga, satu tangan nita melingkar di pinggangnya. Dia mencoba keluar dari perasaan sunyi dihatinya karena rasa bersalahnya tidak kunjung hilang.     

"Itu wajar, karena kita manusia.. " yoga mencoba menghibur nita, "seorang ilmuwan besar saja harus mengalami kegagalan terlebih dulu sebelum menemukan keberhasilan mereka "     

Yoga mengusap lembut rambut nita, "kalau kamu tidak bisa mencoba bangkit ketika jatuh dari tangga pertama sebaiknya kamu tidak perlu melanjutkan kembali ke tangga selanjutnya.. "     

"Dan ada satu saran pekerjaan lain untukmu! " sambungnya.     

"Apa? " nita masih tidak merubah posisinya yang berada dalam dekapan yoga.     

"Membuka usaha warung nasi saja! " celetuk yoga, "pekerjaan yang sangat enak bisa mencicipi makanan setiap hari.. "     

Nita seketika langsung menolehkan pandangannya ke arah wajah yoga, dia ingin melihat ekspresi yoga ketika mengatakan hal konyol seperti itu pada nita.     

Tawanya lalu muncul, "oppa dokter sudah pintar bercanda sekarang nih! "     

Nita mengeluarkan jurus menggelitiknya agar membuat yoga tertawa.     

Yoga berhasil menangkap tangan Nita, dan membawanya kembali dalam pelukannya.     

"Sebelum kita tidur aku akan mengujimu! " cetus yoga, "pertama aku akan bertanya tentang tiga aspek indeks pembangunan manusia jawab satu saja! "     

Nita memonyongkan bibirnya sebelum menjawab pertanyaan yoga, dia tidak pernah lupa dengan hukumannya pada nita "eumm,,, yang aku ingat itu umur panjang dan sehat, pengetahuan dan standar hidup yang layak. Yang diwakili oleh angka harapan hidup saat lahir.. "     

Yoga tersenyum, "visi dari rumah sakit? "     

"Rumah sakit yang menjadi kebanggaan masyarakat, yang dalam pelayanannya selalu didukung oleh sumber daya yang sesuai dengan standar dan profesional.. " nita menjawab secara perlahan namun pasti.     

"Baiklah yang terakhir sebelum kita tidur " yoga sedikit berpikir untuk memberikan pertanyaan selanjutnya, "yang mudah,,, bantuan hidup dasar saja! "     

"ABC " jawaban nita terputus karena tidak dapat menahan rasa kantuknya, "airway control jalan nafas, breathing support atau bantuan pernafasan, lalu circulatory support atau bantuan sirkulasi. Setiap sebelum RJP harus dilakukan penilaian respons, pernapasan, nadi. "     

"Aku ngantuk pak dokter! " rengek nita, dia tidak dapat lagi menahan kedua matanya untuk terpejam. "besok saja ujiannya... "     

Yoga tersenyum lebar, perkiraannya tidak pernah meleset jika itu tentang nita. Dia pasti dapat mempelajari semua buku yang diberikannya tadi walau axel sedikit mengganggunya tadi. Matanya menangkap sosok nita yang tertidur di sampingnya, tangannya mengusap lembut rambut nita. Dan mencoba memejamkan kedua matanya.     

"Ponselmu berbunyi! " seru yoga pada nita yang pagi ini masih serius membaca buku yang yoga berikan.     

"Aku terlalu serius membaca! " nita tersenyum lebar ke arah yoga, dan mengambil ponselnya yang tersimpan didalam tasnya.     

Yoga tersenyum kecil menggelengkan kepalanya, dan terus fokus pada kemudinya.     

"Selamat pagi, dengan bidan kanita? " suara wanita terdengar lebih dulu di ponsel nita.     

"Iya "     

"Saya dari Akademi Kebidanan intan husada, maaf mengganggu bu bidan.. "     

"Tidak apa-apa "     

"Tujuan saya menghubungi bu bidan ingin menanyakan apakah ibu bersedia untuk menjadi pengajar di akademi kami, dalam mata kuliah kebidanan patologi "     

Nita mengernyit, "kenapa begitu tiba-tiba? '" tanya nita dalam hatinya.     

"sepertinya harus saya pikirkan terlebih dahulu.. "     

"Baik, saya harap ibu dapat bekerja sama dengan akademi dan saya akan menghubungi ibu bidan kembali nanti "     

"Ibu tahu nomor ponsel saya darimana? " tanya nita, dia begitu penasaran karena selama ini tidak pernah sekalipun memberikan nomor ponselnya pada Instansi pendidikan manapun.     

"Dokter yoga yang merekomendasikan ibu, dan setelah melihat CV ibu pihak akademi memilih ibu "     

"Baiklah, nanti saya hubungi kembali " nita menganggukan kepalanya.     

"Baik, terima kasih.. "     

Nita melirik ke arah yoga yang masih fokus pada kemudinya, dahinya berkerut. Yoga tidak pernah membicarakan hal ini sebelumnya pada nita, dia tersenyum kecil dengan tindakan yoga yang diam-diam memberikan CV nya pada sebuah instansi pendidikan. Walaupun nita tidak pernah tahu maksud dari tindakan yoga tersebut, karena dia sama sekali tidak menceritakannya pada nita. Tapi pasti yoga memiliki alasan unik mengapa dia secara diam-diam merekomendasikannya pada instansi tersebut.     

"Telpon dari siapa? " tanya yoga.     

"Dari calon selingkuhan! " jawab nita.     

Yoga tertawa kecil mendengar jawaban nita, "memang masih ada yang mau? kan cuma aku saja yang mau.. "     

"Jahat sekali! " cetus nita, dia memukul kecil ke arah tangan yoga. "dari intan husada, menawarkan pekerjaan menjadi pengajar pak dokter! "     

"Berhasil juga! " yoga tersenyum sesekali menoleh ke arah nita, "padahal standar pengajar disana tinggi, ini kesempatan buat kamu! "     

"Pak dokter saja yang menjadi pengajar disana! " cetus nita sedikit kesal, "yang kirim CV itu kan bukan aku! "     

"Pihak kampus yang minta aku merekomendasikan untuk pengajar mereka, karena wanita yang aku percaya dan aku akui kehebatannya cuma satu dan kebetulan dia istriku, jadi aku rekomendasikan saja! "     

Nita menggelengkan kepalanya mendengar jawaban yoga tersebut.     

"Kalau aku sibuk, kapan aku bisa hamil.. " nita berkata begitu pelan, "semua yang di rekomendasikan aku, sepertinya oppa dokter memang mau menjadikan aku ibu negara! "     

Yoga tersenyum satu tangannya mengusap pipi nita sekilas, "nanti kamu juga tahu kenapa aku melakukannya,,, "     

Yoga keluar dari mobilnya terlebih dulu dan berhasil mendahului nita yang akan membuka pintu mobil.     

Nita keluar dari mobil masih dengan wajahnya terkejutnya karena yoga membukakan pintu mobil untuknya menatapi wajah yoga.     

"Nanti juga pasti kamu hamil kalau sudah waktunya! " yoga lalu mendaratkan satu kecupan di pipi nita.     

Nita melotot dan mulutnya menganga tidak dapat berkata apapun, dia terkejut untuk kedua kalinya. Yoga sengaja memberikan satu ciuman di pipinya di muka umum.     

"Nah begitu kan cantik! " puji yoga ketika melihat wajah nita yang memerah karena tindakannya yang begitu berani.     

Nita berjalan cepat meninggalkan sosok yoga yang masih berdiri di depan mobilnya dengan senyuman lebarnya.     

"Kalau nita itu sudah pasti lulus.. " nita mendengar suara dewi yang bicara di dalam ruang ganti dengan seseorang, "diakan punya kekuatan kedua! "     

"Iya, apalagi kak Sani mendukungnya " kali ini suara ivanna terdengar oleh nita, " itukan pasti supaya dokter yoga menjadikannya kepala ruang bersalin makanya dia mendukung Nita "     

"Tapi aline, kamu masih bisa mengalahkannya di ujian dasar kepala nanti! " suara dewi terdengar begitu jelas di telinga nita.     

"Iya, aku akan berusaha.. " kali ini suara aline yang Nita dengar.     

"Kalau kami gagal, kamu yang yang harus maju terus " ivanna memberikan dukungan pada aline, "jangan sampai dia kembali menyombongkan dirinya! "     

"Iya benar.. " dewi yang menjadi teman dekat ivanna menyetujui ucapannya.     

Dahi nita berkerut, dia teraneh dan bertanya-tanya dalam hatinya hal apa lagi yang membuat ketiga sahabatnya itu kembali membicarakannya.     

Dia memundurkan langkahnya perlahan agar mereka tidak menyadari kedatangan nita.     

"Nita! " suara bidan sani mengejutkan nita yang sedang bersembunyi, "ini surat untukmu dari kepegawaian! "     

"Berusahalah mendapat nilai terbaik, jangan membuat apa yang aku ucapkan tentangmu kemarin pada rekan-rekan salah! "     

Nita mendengarkan perkataan bidan sani seraya membaca surat yang diterimanya.     

Surat yang mengharuskannya untuk mengikuti ujian kepemimpinan yang selalu dilakukan pihak rumah sakit ketika akan memilih kepala ruangan.     

"Jadi gara-gara hal ini! " cetus nita dalam hatinya, dia akhirnya tahu apa yang membuat rekan-rekannya tadi membicarakannya.     

"Kalian pasti ketakutan karena pikiran kalian tidak pernah baik terhadap orang.. " lagi-lagi nita bicara dalam hatinya.     

Lengkungan bibir membentuk senyuman terlihat diwajah nita seraya memegang surat yang baru saja dibacanya.     

"Kita lihat saja, perkataan siapa yang benar dan siapa yang dapat dipercaya! "     

Nita mulai memantapkan hatinya kali ini untuk bersaing sehat dengan rekan-rekannya itu, dan akan sedikit membuat kejutan kecil pada mereka....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.