cinta dalam jas putih

Perkumpulan para lelaki



Perkumpulan para lelaki

0Arga yang terduduk di kantornya di poliklinik anak, menyesap air mineral miliknya yang tinggal setengah, lalu mengalihkan pandangannya menatap yoga dengan tatapan penuh minat. "yang terpenting istrimu itu tidak tahu kan? "     

"Dia hanya menebak-nebak saja kan? sambung arga.     

Yoga mengangguk malas, "dia tidak bertanya apapun lagi, tapi aku yang merasa bersalah. Aku jadi menyesal mendengarkan saran dari kalian.. "     

Danu yang mendengar ucapan yoga tertawa geli, sahabatnya ini masih sama seperti dulu ketika mereka pertama berteman. Orang yang jujur dan penyayang.     

"Tidak perlu bilang, nanti bisa-bisa bantal melayang! " arga memberi saran pada yoga. "kamu tidur di kursi depan.. "     

"Dia mana bisa berbohong, kamu tahu yoga seperti apa dari dulu.. " danu menyela diantara pembicaraan yoga dan arga.     

"Tapi sepertinya satu koasmu itu berbeda " ucap arga, "sosoknya seperti scarlet johansson, memiliki tubuh jenjang dan berwajah menarik. Sepertinya dia menempel terus pada dokter obgyn kita! "     

"Percuma saja... " danu ikut mengomentari, "dia ini tidak seperti kamu hidung belang!dia itu naksir bidan aja langsung dinikahin biar nggak diambil orang.. "     

"Memangnya kamu, tidak pernah serius dengan wanita di usia segini! " sambung danu mengejek arga.     

Yoga hanya menggelengkan kepalanya, mendengar sindiran para sahabat pada dirinya.     

Begitu juga arga, yang hanya tertawa mendengar ucapan danu. Mereka sudah sangat dekat, sehingga apapun sindiran yang saling mereka lontarkan tidak membuat sedikitpun sakit di hati mereka.     

"Oh, iya aku lupa. " arga berseru, "siang ini koas stase anak mengadakan perpisahan, ayo ikut! "     

"Dokter fredi dari ruang bedah, dan dokter kim dari spesialis dalam juga ikut " arga menyambungkan ucapannya.     

"Kenapa hanya dokter laki-laki? " tanya yoga aneh, "bukankah spesialis di rumah sakit ada wanita juga? "     

"Kamu mau kita-kita digantung apa! " cetus danu, "nanti mereka ngadu pada istri masing-masing kan ciloko.. "     

"Kita refreshing saja, lihat yang bening-bening sekali-sekali " arga bicara sambil menepuk pundak yoga.     

"Ayo,,, tunjukan solidaritasnya! " seru danu. "atau kalau perlu kita suruh mereka mengajak koas syilla bergabung supaya kamu senang.. "     

"Kalian mau menjerumuskan teman namanya itu! " cetus yoga. "tapi aku harus jemput nita jam empat nanti "     

"Makanya, kamu belikan dia mobil! " saran arga, "jadi kamu bisa bebas kemana-mana. Kita kan bukan supir pribadi.. "     

Yoga hanya tertawa kecil menggelengkan kepalanya, mendengar hasutan buruk dari sahabatnya itu. Dia tidak menjawab apapun apakah menerimanya atau menolaknya.     

Arga terlihat mengambil gagang telpon di depannya, dan menekan nomor untuk menelpon seseorang.     

"Selamat siang, dengan ruang bersalin, bisa saya bicara dengan bidan kanita.. "     

Yoga memelototi arga yang ternyata menelpon ruang dimana nita sedang bekerja.     

"Ini! " cetus arga pelan menyodorkan telpon tersebut pada yoga. "mereka sedang memanggil istrimu "     

"Apa maksudmu? " yoga terkesal dengan tindakan konyol sahabatnya itu, sambil sesekali menempelkan gagang telpon di telinganya. Dia takut nita tiba-tiba mendengarnya.     

"Bilang pada istri kecilmu, kalau hari ini kita ada rapat dan tidak bisa menjemputnya! "     

"Kamu benar-benar keterlaluan! " yoga memasang wajah kesalnya.     

Ketika dia ingin membalas kejahilan sahabatnya itu, suara nita terdengar oleh yoga.     

"Selamat siang, ini dengan bidan kanita "     

"Nita... " yoga bicara ragu.     

"Ya, oppa dokterkah? suaranya kurang jelas "     

"Iya " jawab yoga.     

Arga memberikan isyarat dengan matanya supaya yoga mengatakan apa yang tadi sudah dia katakan pada yoga.     

"Nanti sore tiba-tiba harus ada perkumpulan, jadi sepertinya nanti kamu pulang dengan pak itor "     

"Aku pikir ada apa " jawab nita, "baiklah.. "     

"Kamu tidak apa-apa pulang dengan pak itor? " yoga memastikan.     

"Tidak apa-apa "     

"Baiklah, maafkan aku.. " ucap yoga pelan.     

"Iya, hati-hati. Semoga berjalan lancar perkumpulannya "     

"Terima kasih " perkataan terakhir yoga sebelum dia menutup telponnya.     

Dia begitu merasakan perasaan bersalahnya pada nita karena sudah membohongi istrinya itu demi sebuah solidaritas yang arga ucapkan.     

"Nah, begitu baru sahabat asik " arga begitu senang.     

"Tahun ini pertama kalinya kamu ikut! " seru danu seraya menepuk pundak yoga, "tenang saja, nanti juga kamu lupa kalau sudah senang disana "     

"Cuci mata " sela Arga sambil tersenyum lebar.     

Yoga hanya menanggapi ucapan sahabatnya itu dengan senyumnya yang dipaksakan. Mereka begitu senang setelah memaksakan keinginan mereka pada yoga.     

Dia masih saja merasakan perasaan tidak enak, karena kali ini dia berbohong pada istrinya. Padahal, dia baru saja merayakan ulang tahun nita hari kemarin.     

"Kalian, benar keterlaluan! " cetus yoga pada arga dan danu.     

Begitu sampai di gedung tempat acara berlangsung, yoga melihat acara yang sama sekali tidak seperti acara perpisahan. Ini seperti acara pesta ulang, yang penuh dengan hingar bingar musik.     

"Dokter yoga " suara lembut seorang wanita memanggilnya.     

Yoga berbalik dan mengerutkan dahinya melihat syilla, "bukannya kamu dari universitas yang berbeda, kenapa berada disini? "     

Senyuman manis tampak di wajah syilla, "kami semua diundang dokter "     

Yoga menoleh ke arah dua sahabatnya, arga dan danu yang hanya menunjukan dua jempolnya ke arahnya.     

Membuatnya berpikir keras, apa yang ada di dalam pikiran dua sahabatnya itu sampai mereka begitu berusaha membawa syilla ke hadapannya.     

"Saya penasaran, apa istri dokter menyukai kalung yang saya pilihkan? " syilla mencoba mengambil kesempatan untuk bicara lebih akrab dengan dosen pembimbingnya tersebut.     

"Dia menyukainya, terima kasih sudah membantu saya " jawab yoga, "kamu bergabung saja dengan teman-temanmu disana, mereka sepertinya sedang menunggu kamu! "     

Syilla tersenyum dan menoleh ke arah teman-temannya yang melambaikan tangan ke arahnya.     

"Saya permisi dulu dokter " syilla berpamitan.     

"Ya.. " jawab yoga pendek.     

Dia merasa lega ketika syilla pergi menjauh dari hadapannya, melihat jarum jam di tangannya yang menunjukan pukul lima sore. Dia membayangkan nita pasti sudah berada dirumah bersama axel, dan di tempat yang penuh hingar bingar ini dia dapat merasakan kesepian. Dipikirannya hanya terlintas sosok nita dan axel yang terus berputar-putar dipikirannya.     

"Hey, malah bengong " arga mengejutkan yoga. "lihat dokter Kim, dia terlihat menikmati acara perpisahannya! "     

Danu hanya menggelengkan kepalanya melihat arga yang selalu saja menggoda yoga.     

"Dokter, boleh kami minta berfoto? " satu orang mahasiswi bicara dihadapan Arga, yang menjadi perwakilan para koas yang mengadakan perpisahan.     

"Tentu saja " jawab arga tanpa ragu.     

Tiba-tiba saja semua mahasiswa bergerombol di hadapan mereka, untuk berfoto. Mengambil posisi masing-masing untuk berfoto, dan tentu saja syilla dengan cepat mengambil kesempatan untuk berdiri disamping yoga.     

Satu jam berlalu seperti satu Minggu di lalui yoga, dia kembali melihat ke arah jam di tangannya. Petang telah berlalu, dan dia masih berada di acara yang menurutnya sama sekali tidak menarik. Itu karena dia begitu terpaksa menghadirinya, jika bukan karena dua sahabatnya itu.     

"Sepertinya, aku tidak bisa disini sampai acaranya selesai.. " ucap yoga pada dua sahabatnya itu.     

Yoga beranjak dari duduknya, "kalian lanjutkan saja berdua, biar aku pulang sendirian.. "     

Arga dan danu yang belum sempat menjawab ucapan yoga saling menatap, melihat yoga yang dengan cepat berjalan meninggalkan mereka.     

"Dokter yoga " teriak seseorang dibelakangnya.     

Yoga berbalik dan melihat syilla yang berjalan cepat menuju ke arahnya, "acaranya belum selesai, dokter sudah mau pergi? "     

"Iya " jawabnya pendek, "saya tidak terlalu suka dengan kebisingan seperti itu.. "     

Syilla tersenyum dalam anggukan kepalanya mengerti, pantas saja dia tidak pernah mengadakan acara perpisahan pada mahasiswa bimbingannya. Tidak seperti yang lainnya.     

"Saya juga tidak terlalu, dok " syilla mengikuti yoga, "kepala saya sedikit pusing karena kebisingan di dalam! "     

"Lebih baik kamu pulang saja jika sakit " saran yoga, "lagipula tidak baik jika seorang wanita pulang larut malam "     

"Saya boleh ikut dokter? tempat kost saya di ujung jalan sana "     

Yoga tidak ingin menambah waktunya lebih lama untuk segera pulang, akhirnya dia menyetujuinya. Mengantarkan mahasiswi bimbingannya itu ke tempat kostnya, selain hari sudah malam jalanan pun terlihat sepi dia menjadi merasa bertanggung jawab untuk menghindari terjadi sesuatu hal yang buruk.     

"Ibu dimana? " tanya yoga pada mba mumu sesampainya di rumah.     

"Dikamar mas axel " jawabnya, "tadi saya lihat membantu mas axel mengerjakan tugas sekolah "     

Yoga bergegas menuju ke arah kamar axel, menangkap pemandangan indah ketika nita dan axel begitu seriusnya dengan buku-buku yang berada dihadapan mereka.     

"Ayah! " seru axel ketika menangkap sosoknya yang berdiri di ujung pintu.     

Nita menoleh ke arah yoga dan tersenyum     

"Sudah selesai acaranya? "     

"Sudah " jawab yoga, "lanjutkan saja, ayah harus mandi! "     

"Siapp! " teriak axel.     

Selesai membantu axel mengerjakan tugas sekolahnya, dia bergegas menghampiri yoga di ruang tidurnya. Dia terduduk di atas tempat tidur dan membaca satu buku yang dipegangnya.     

"Mau aku siapkan makanan? "     

Nita duduk di samping yoga yang sedang serius membaca.     

"Tadi aku sudah makan di acara perkumpulan " yoga menyimpan bukunya, "maaf tidak bisa makan malam dirumah.. "     

"Tidak apa " nita tersenyum, "pasti lelah sekali, istirahatlah.. "     

Yoga menarik nita yang akan beranjak darinya, dan membawanya kedalam pelukannya.     

"Disini saja! " seru yoga, "hari ini aku sangat merindukanmu.. "     

Nita tertawa kecil, "kemarin jadi Shah Rukh Khan,,, sekarang jadi perayu nih pak dokter! "     

Yoga ikut tertawa, tapi dia tidak mempedulikan ucapan nita. Dia memejamkan matanya di pelukan nita yang membuatnya tenang, dan lalu berkata "Maaf hari ini aku tidak bermaksud membohongimu... "     

Suara yoga yang begitu pelan, bahkan sangat pelan, membuat nita tidak secara jelas menangkap ucapannya. Dia mengira bahwa yoga hanya bicara dalam tidurnya dan lalu mengabaikannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.