cinta dalam jas putih

Kejutan



Kejutan

0Sore ini nita duduk didalam mobil dengan berwajah masam dengan mulutnya yang tertutup rapat.     

Yoga menyadarinya semenjak wanita itu masuk kedalam mobilnya tadi, dia tersenyum tipis memperhatikan tingkah lucu istrinya ketika sedang marah pada seseorang.     

"Kenapa tersenyum? " nita bicara sedikit ketus.     

"Tidak apa-apa " jawab yoga, "aku tidak boleh tersenyum? "     

"Boleh, tapi tidak boleh saat ini! " nita memberikan jawaban yang membingungkan.     

"Kenapa? "     

Nita tidak segera menjawab pertanyaan yoga dia terlihat menggigit bibir tipisnya.     

"Tidak boleh saja " lalu mengeluarkan suaranya.     

Yoga menganggukan kepalanya, dan tidak bisa menghilangkan senyumannya. Dia terlalu gemas melihat tingkah nita yang selalu terlihat cantik ketika dia sedang marah pun.     

"I'm only one call away.. "     

Suara yoga begitu terdengar jelas di telinga nita, dia memutar musik di dalam mobil dengan volume yang sangat kecil sehingga hanya suara yoga yang dapat nita dengar.     

Dahi nita berkerut dan menoleh ke arah yoga yang tersenyum dan tatapannya fokus pada jalan di depannya.     

"I'll be there to save the day.. " lanjutnya.     

Kali ini yoga melirik ke arah nita sekilas masih dengan senyuman dan satu matanya mengedip ke arah nita.     

Dan kali ini nitapun tidak dapat menahan tawanya, bukan karena suara sumbang yang yoga keluarkan ketika bernyanyi tapi kedipan mata yoga yang nakal itu membuat nita tidak bisa menghindar dari laki-laki tampan yang berada disampingnya.     

"Superman got nothing on me.. " yoga semakin sengaja melanjutkan bernyanyi, "i'm only one call away.. "     

"Iya,, deh aku nyerah.. " nita berucap.     

Dia memperlihatkan senyuman lebarnya ke arah yoga, dengan matanya yang menyipit dan kedua tangannya berada di pipinya.     

"Seperti itu cantik " pujinya.     

Perbedaan usia yang hampir 8 tahun membuat yoga harus mengerti dengan suasana hati istrinya itu. Dia harus menjadi orang dewasa disaat seperti ini, walaupun kenyataannya nita lah yang lebih banyak bersikap dewasa.     

"Kemarin kan beli kamera kenapa hobinya membelot jadi penyanyi ya.. " nita mengomentari suara yoga, "tahu begitu kemarin kita beli untuk organ tunggal aja! "     

Perkataan nita itu otomatis membuat yoga tertawa, dia sampai harus memegang perutnya karena tidak berhenti tertawa. Bahkan sampai mengeluarkan air mata.     

"Inikan semua gara-gara kamu! " seru yoga.     

Dia sesekali melirik ke arah nita, dan kembali tersenyum.     

"Aku juga yang disalahin.. " nita menjulurkan lidahnya ke arah yoga, "pasti malu untuk bilang kalau itu bakat terpendam! "     

Yoga tersenyum menggelengkan kepalanya, mendengar nita yang melontarkan candaan padanya. Dia sudah berhasil merubah wajah masam nita.     

"Ini semua gara-gara kamu " yoga mengulangi kata-katanya, "kalau aku lihat wajah istriku sedih, cemberut, kesal itu seketika membuat aku berubah menjadi Shah Rukh Khan! "     

"Bawaannya jadi pengen nyanyiin terus, tapi sayangnya aku tidak tahu lagu India.. " sambung yoga.     

Dan tawa nita pecah, kali ini gilirannya yang tertawa dengan begitu lepas seraya memegang perutnya karena tidak berhenti tertawa.     

"Oppa dokter berbakat juga melucu! " nita kemudian menatap lekat yoga, "aku tidak pernah menyangka ternyata oppa dokter itu suami paling terbaik dan menyenangkan.. "     

Dipuji seperti itu membuat hidung yoga seperti terbang tinggi ke atas langit dan lupa untuk kembali.     

"Terima kasih sayang.. "     

"Terima kasih juga oppaku sayangku sudah membuat aku tertawa sampai mengeluarkan air mata "     

Yoga tersenyum lebar seraya menganggukan kepalanya, "kamu kan jadi terlihat lebih cantik dengan senyum seperti itu.. "     

"Iya, aku hanya merasa sedikit sakit saja. Menurut oppa dokter itu berlebihan tidak? "     

Satu tangan yoga memegang tangan nita ketika mereka sudah sampai di depan rumah.     

"Kita inikan manusia yang mempunyai hati, jadi wajar jika kamu merasa sakit hati ketika berbicara dengan seseorang yang tidak satu jalan dengan kita. Setiap orang memiliki isi kepala dan hati yang berbeda, tinggal kita berbijaksana saja menanggapinya.. "     

Nita tersenyum, "iya, dengan semua yang aku alami hari ini ternyata membuatku sadar bahwa belajar dari pengalaman itu tidak cukup satu kali, tapi seumur hidup. Terima kasih banyak oppa sayang.. "     

"Yang harus kamu ingat pengalaman itu tidak ada di jurusan sekolah manapun, jadi kamu harus berbangga jika setiap hari mendapat pengalaman yang berbeda "     

"Iya, benar seharusnya aku senang.. "     

Nita sedikit bergeser mendekat ke arah yoga, memberikan satu ciuman di pipi yoga sebagai rasa terima kasihnya.     

Wajah yoga memerah, senyumnya terlihat mengembang di wajahnya.     

"Walaupun setiap hari mendapat ciuman, tapi tetap saja membuat jantungku berdebar! " cetus yoga dalam hatinya, dia tersenyum sendiri di dalam mobil, menertawakan dirinya yang seperti pertama kali merasakan jatuh cinta.     

"Selamat ulang tahun, bu " axel berteriak dari dalam rumah ketika nita membuka pintu rumahnya.     

Mata nita membulat, mulutnya sulit terkatup, sambil berjalan menuju ke arah Axel yang ditemani mba mumu dan pak itor membawa sebuah kue ulang tahun lengkap dengan lilin yang masih menyala.     

Diusianya yang sudah 30 tahun, ulang tahunnya kini dia rayakan bersama keluarga kecilnya.     

"Selamat ulang tahun, bubu sayang.. " axel memberikan satu ciuman di pipi nita. "ayo bu tiup lilinnya! "     

"Jangan lupa make a wishnya bu.. " sambung Axel.     

"Baiklah "     

Nita mengusap lembut kepala axel, sebelum dia meniup lilin yang masih menyala. Dan tentu saja dia mengucapkan harapannya terlebih dahulu.     

"Selamat ulang tahun istriku sayang,,, " suara yoga muncul dari belakang nita.     

Satu kecupan di pipi nita dia dapatkan dari yoga.     

"Ini supaya kamu semakin manis! " yoga mencolekkan krim gula yang menghiasi kue ulang tahunnya di pipi nita.     

Membuat semua penghuni rumah yang berkumpul tertawa.     

"Ini yah... " nita mencoba membalas yoga dengan hal sama tapi yoga cepat melesat.     

"Ihh,, curang! " nita merengek seperti anak kecil, karena dia tidak dapat membalas yoga.     

Akhirnya dia memasukan krim yang dia colek tadi kedalam mulutnya sendiri.     

Yoga dan axel yang melihatnya sontak saja tertawa, melihat tingkah nita yang lucu.     

"Bu, boleh bocorkan apa make a wish bubu? " axel berbisik ke telinga nita.     

"Mau tahu aja apa mau tahu banget? "     

Mendengar Nita berkata seperti itu membuat axel cekikikan.     

"Mau tahu banget,bu.. "     

Nita tersenyum sebelum dia memberitahukannya pada axel, "pertama berharap axel selalu jadi putra ibu yang terbaik dan selalu sehat,,, kedua agar pekerjaan ayah selalu dilindungi tuhan dan diberi kesehatan.. "     

"Kenapa bubu tidak menyebutkan harapan tentang ibu sendiri? "     

Nita memeluk axel, "kalau bubu sudah merasa cukup hanya dengan doa dari Axel saja, apa kamu selalu mendoakan ibu ? "     

"Tentu saja, bu " axel menganggukan kepalanya, "aku selalu meminta pada tuhan bubu akan selalu menjadi ibuku walaupun aku nakal dan membuat bubu kesal "     

Kedua alis nita terangkat dan tersenyum, "axel tidak pernah membuat bubu kesal, justru selalu membuat bubu tertawa.. "     

"Ini hadiah untuk bubu... "     

Axel memberikan nita sebuah kotak berukuran sedang, dengan dibalut kertas kado bermotif bunga berwarna kuning dan biru kesukaan sang ibu.     

"Terima kasih " wajah nita terlihat sumringah menerima bingkisan dari putra kesayangannya itu.     

"Buka bu.. "     

Axel begitu tidak sabar ingin melihat ekspresi sang ibu ketika melihat hadiah yang dia berikan.     

"Cantik sekali " nita tersenyum lebar.     

Dia mengeluarkan tas berbahan kulit berwarna coklat tua yang axel hadiahkan untuknya.     

"Terima kasih sayang.. " nita memberikan satu ciuman di kening axel dan memberikannya pelukan.     

"Nah, bu hadiah dari mba mumu nih.. " seru mba mumu.     

Dengan cepat mba mumu membuka tudung saji yang berada diatas meja makan.     

"Masakan spesial untuk ibu "     

"Wangi sekali, pasti enak nih kalau mba Mumu yang masak! " nita memberikan pujian pada masakan mba mumu, "terima kasih mba mumu, jadi merepotkan "     

"Tidak, bu. Justru saya senang kalau ibu, pak dokter, mas axel suka masakan saya "     

"Kita makan sama-sama saja mba, pak itor.. " yoga kali ini bersuara dan mengajak mba mumu dan pak itor makan bersama mereka.     

"Tapi, pak dokter.. " mba mumu dan pak itor ketakutan, karena bagi mereka makan satu meja dengan orang yang memberi mereka pekerjaan itu tidak sopan.     

"Tidak, apa-apa " yoga menyela ucapan mba mumu, "inikan hari ulang tahunnya ibu, jadi kita sama-sama rayakan "     

"Iya " nita sependapat dengan ucapan yoga, tangannya membawa mba mumu untuk duduk, dan kemudian bergantian mengajak pak itor.     

"Ayah tidak membelikan bubu kado? "     

Suara axel yang nyaring membuat semua orang terdiam dan mengalihkan pandangannya ke arah yoga.     

Yoga melihat nita yang berusaha menahan tawanya ketika Axel berbicara padanya.     

Nita melirik ke arah yoga dengan memperlihatkan kedua alis nya yang bergerak turun naik dan senyuman tipis.     

"Ada " jawab yoga, "nanti ayah berikan pada ibumu setelah selesai makan.. "     

"Mas axel, itu urusan orang dewasa " celetuk mba mumu, "nanti mas axel besar juga mengerti! "     

Yoga dan nita memiliki kesamaan ekspresi, yaitu terkejut dengan kata-kata mba mumu. Perkataan mba mumu itu membuat mereka berdua menjadi salah tingkah karena malu, terlebih dihadapan axel.     

"Selamat ulang tahun, sayang.. "     

Yoga mengejutkan nita yang baru saja muncul dari balik pintu kamar mandi dengan memberikan nita pelukan dari arah belakang, dan ciuman di pipinya.     

Nita tersenyum, memutarkan pandangannya ke arah yoga. Memegang kedua pipinya dan memainkannya.     

"Terima kasih ayah oppa tersayang, terbaik, terganteng, terhebat.. "     

Yoga tersenyum malu, "gelarku banyak sekali disini! "     

Yoga mendekatkan bibirnya di telinga nita, dan berbisik. "kamu tidak mau menanyakan hadiahmu? "     

"Tidak,, " jawab nita diiringi dengan gelengan kepalanya.     

"Kenapa? "     

"Biar aku tebak " nita mengetuk-ngetukan jari telunjuk di dagunya sambil memikirkan sesuatu.     

"Sebuah kalung dengan liontin batu saphire berbentuk bintang berwarna biru,,, atau,,, tiket jalan-jalan ke korea,,, dan kartu ATM! "     

Pupil mata yoga membulat, reaksi wajahnya berubah menjadi kaku. Dia tidak dapat bicara apapun ketika nita dapat menyebutkan semua isi dari bingkisan yang dipegangnya, dan bingkisan yang sudah di pegangnya dia sembunyikan dibalik punggungnya.     

"Oppa dokter sembunyikan apa itu? " nita teraneh, dan berusaha mengetahui apa yang disembunyikan yoga.     

"Itu apa? " nita berusaha mengambil apa yang yoga pegang dan sembunyikan, tapi yoga lebih pintar untuk mengelak agar nita tidak mendapatkannya.     

"Jawab aku dulu " yoga memberikan syarat pada nita.     

"Jawab apa? "     

"Kamu pasti menyewa detektif untuk mengawasi kemana aku pergi dan apa yang aku beli? "     

Mendengar yoga bicara seperti itu membuat nita tertawa kecil.     

"Tidak ada detektif-detektif oppa sayang.. " jawab Nita, "memangnya kenapa? "     

"Darimana kamu tahu aku menghadiahkan semua yang kamu sebutkan tadi sebagai hadiah? "     

Yoga lalu menyodorkan bingkisan yang dia sembunyikan tadi.     

"Aku sedih, karena tidak menjadi kejutan lagi! "     

"Aku hanya bermimpi saja, semalam.. "     

Nita tersenyum menerima bingkisan yang yoga sodorkan, dia tidak mungkin mengatakan bahwa pernah mengalami disaat dia terbaring di rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri.     

"Terima kasih.. " yoga mendapatkan pelukan dari nita sebagai ucapan terima kasihnya.     

Nita merasakan yoga yang mengambil napasnya begitu dalam. "oppa dokter kenapa sepertinya ketakutan? "     

"Tidak,,, itu perasaanmu saja... " yoga memeluk erat nita.     

Dia sedikit lega, karena jawaban nita tidak seperti yang ditakutkannya. Dia menyembunyikan satu hal dari nita ketika membeli hadiah itu, jika nita mengetahui dia meminta bantuan koas syilla untuk memilihkan perhiasan yang cocok untuknya pastilah istrinya itu akan marah besar. Bahkan mungkin tidak akan pernah mau memakainya, dia jadi begitu menyesal mengikuti saran dari para sahabatnya untuk mengajak syilla ketika memilih hadiah untuk nita. Seharusnya dia memilihnya sendiri, karena apapun yang dia pilih nita pasti akan menerimanya....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.