cinta dalam jas putih

Sahabat



Sahabat

0"Selamat pagi.. " tiba-tiba semua orang menyapa nita saat tengah berjalan di koridor rumah sakit menuju ruang bersalin.     

"Pagi.. " nita membalas sapaan dengan senyuman yang dipaksakan.     

Dia merasakan sakit pada pipinya, karena pagi ini sepanjang koridor dia harus memaksakan bibirnya tersenyum pada setiap orang yang menyapanya.     

"Hal seperti ini yang aku tidak suka! " nita geram dalam hatinya, dia merasa koridor jalan kali sangat begitu panjang. Karena sedari tadi dia berjalan tidak kunjung sampai.     

"Sepertinya lebih baik keadaannya seperti kemarin saja! " nita lagi-lagi menggerutu dalam hatinya.     

Semua orang yang awalnya memandang nita begitu sinis, berubah 190 derajat menjadi begitu ramah padanya.     

Dia menggelengkan kepalanya, melihat perubahan orang-orang yang begitu drastis. Dalam pikirannya terlintas, bahwa ketika seseorang yang tidak berharga seperti nitapun akan bisa menjadi orang yang begitu dihargai ketika dia berada di sisi orang yang terhormat.     

"Kak, aku kaget banget ketika dokter yoga memberikan pengumuman di depan semua orang! " erin berkata dengan begitu semangat, tangannya begitu lihai membersihkan setiap tempat tidur kosong dengan cairan klorin dan mengeringkannya.     

"Aku salut dengan kakak, karena tidak pernah menggunakan dokter yoga untuk supaya kakak diakui oleh semua orang. Tapi ternyata dokter yoga sendiri yang mengakui kakak! "     

"Ada beberapa hal dalam kehidupan, yang harus kita katakan pada banyak orang dan ada hal yang tidak perlu aku katakan.. " nita tersenyum ke arah erin. "aku lebih baik mereka semua tidak tahu, daripada menjadi orang yang berpura-pura menyukai kita "     

"Wahh, aku yakin hal seperti inilah yang menjadi nilai unggul. Yang membuat dokter yoga memilih kak nita " puji erin, "aku suka dengan kakak yang rendah hati, tidak membenci orang yang tidak menyukai kakak.. "     

"Sstt.. " nita menyimpan jari telunjuk di depan bibirnya. "nanti ada orang yang tersindir dengan perkataanmu, kamu pasti habis di panggil sama mereka! "     

Erin terkekeh,menutup mulutnya. "aku lupa.. "     

Mereka kembali melanjutkan pekerjaan clean up pagi ini sebelum seluruh staf yang lain datang.     

"Panggil bidan kanita " dokter edwin bicara pada erin yang siang ini sedang melakukan hecting perineum derajat empat pada pasien post partum rujukan.     

"Baik, dok "     

Erin dengan segera berjalan meninggalkan sosok dokter edwin dan menghampiri nita yang sedang dalam posisi penarikan tali pusat terkendali pada pasiennya.     

"Kak, dokter edwin mau kak nita yang menjadi asistennya.. " Erin bicara pelan disamping nita.     

Nita melirik ke arah erin dan menghentikan sementara tindakannya.     

"Aku sudah bilang kakak sedang menolong partus.. " erin menunjukan wajah bingungnya pada nita.     

"Aku minta tolong, kamu lanjutkan pekerjaan ini boleh? " nita menunjukan senyuman dibalik kelelahannya, "biar aku bisa menggantikanmu menjadi asisten dokter.. "     

"Terima kasih, kak " wajah Erin berbinar-binar, "dengan senang hati aku akan lanjutkan pekerjaan kakak.. "     

"Iya, tolong ya.. " nita segera melepaskan sarung tangannya yang penuh dengan darah, dan menggantinya dengan sarung tangan yang steril.     

Dia berjalan mendekati sosok dokter edwin yang dalam posisi duduknya dengan tangan dan pandangannya fokus pada pasien.     

"Dokter saya bantu " nita berdiri disamping dokter edwin.     

"Ya " jawabnya pendek.     

Dia kemudian beranjak dari duduknya, dan berdiri. Tatapannya ke arah nita yang berada disampingnya.     

"Duduk " perintahnya pada nita. "kamu yang hecting sekarang! "     

Nita terkejut dan memperlihatkan wajahnya kepada dokter edwin. "saya yang hecting dok? tidak apa-apa? "     

Lengkungan bibir membentuk senyuman tampak di wajah dokter edwin, "ternyata jika dilihat lebih dekat, matamu itu cantik! "     

Wajah nita memerah, seketika dia tertunduk dan cepat-cepat dia duduk. Tangannya gemetar ketakutan ketika dokter edwin memuji kecantikannya.     

"Sayang sekali kamu memilih dokter yoga.. " ucapannya bervolume sangat pelan, sehingga hanya dia dan nita saja yang dapat mendengarnya.     

"Tapi,,,, aku juga sudah memiliki tunangan, dan saat ini aku mengagumi kamu! " dokter edwin menyambung perkataannya.     

"Dokter, ini mau dimulai tidak? " suara nita sedikit keras, dia sama sekali tidak ingin dipuji apalagi dengan ucapan terakhirnya yang seolah-olah mengajaknya untuk hal yang tidak baik.     

Dokter edwin tertawa kecil, "iya, jangan marah. kalau marah aku jadi semakin suka.. "     

"Dokter!! " nita merasakan wajah, hati dan pikirannya memanas mendengar semua ucapan dokter edwin padanya.     

"Mungkin lebih baik mulai dari sini saja! " dokter edwin mengambil kesempatan menggapai tangan nita, dia menuntun nita memulai hecting.     

Nita segera melepaskan pegangan tangan dokter edwin, dia tidak ingin membuat rekan-rekannya berpikiran negatif tentang sikap berlebihan dokter edwin padanya.     

"Aku selalu mengira wanita cantik itu hanya memiliki kesempurnaan fisik saja " dokter edwin melanjutkan bualannnya, melirik ke arah nita yang masih serius dengan pekerjaannya.     

"Ternyata kamu berbeda.. "     

Telinga nita sudah sangat panas mendengarkan semua kata-kata tidak berfaedah yang diucapkan dokter edwin padanya. Dia tidak habis pikir dengan laki-laki di sampingnya itu, setelah tahu nita adalah istri seniornya justru semakin membuat dia gencar mendekati nita.     

"Apa kamu tidak mau bertanya seperti apa tunanganku? "     

Nita memasang wajah kesal, "untuk apa? "     

Senyuman muncul di wajah dokter edwin, dia merasa semakin gemas. "dia mirip sekali dengan kamu.. "     

"Tapi dia bukan bidan, dia dokter bedah "     

"Ya " nita menanggapi pendek, wajahnya masih tidak berubah, terlihat kesal.     

"Tapi dia sudah pergi " suara dokter edwin mengecil.     

Nita tidak terkejut, laki-laki memang seperti itu jika tengah mencurahkan isi hati dengan lawan jenisnya. Mengambil kesempatan dengan memunculkan satu rasa iba dari teman bicaranya.     

"Dia benar-benar mirip denganmu, wajah cantiknya, suaranya, kebaikannya,,, keramahannya.. " lalu ucapannya berhenti.     

Nita masih tidak menanggapi semua kata-kata dokter edwin, trik yang dipakainya sama persis dengan yang lain.     

"Karena dia terlalu baik, akhirnya diapun mendapatkan tempat yang terbaik untuk masa depannya.. "     

Dia memandangi wajah nita, "disisi tuhan, dia sangat disayangi oleh tuhan sampai harus pergi secepat itu.. "     

Tangan-tangan nita yang tengah bekerja seketika terhenti dan dia terdiam.     

"Saya minta maaf karena tadi saya pikir dokter bercanda.. "     

Dokter edwin tersenyum, "tidak perlu minta maaf, kamu memang harus berhati-hati pada setiap ucapan laki-laki "     

"Saya turut prihatin mendengarnya "     

Nita terdiam sejenak dan kembali fokus pada pasiennya.     

"Dia meninggal empat bulan yang lalu, karena kecelakaan "     

"Dokter tenang saja, tuhan sudah menciptakan manusia beserta jodohnya. Orang baik seperti dokter pasti akan mendapatkan pasangan yang baik juga.. "     

Mendengar nita menghiburnya dengan kata-kata yang terdengar manis di telinganya membuat dia tertawa kecil.     

"Sudah selesai, dok " nita tersenyum ke arah dokter edwin, dan beranjak dari duduknya.     

Dokter edwin memperhatikan setiap langkah nita kemanapun dia melangkah.     

Dia menjadi teringat kejadian 4 bulan yang lalu ketika dia mendapati Shasa tunangannya tergeletak lemah di ruang ICU setelah kecelakaan.     

Dia harus kembali mengingat kejadian ketika Shasa harus mendapatkan intubasi karena mengalami gagal napas. Dan tindakan resusitasi jantung paru yang tidak berhasil, dan dinyatakan meninggal.     

Setelah beberapa jam Shasa tidak dapat terselamatkan, dia melihat sosok yang sama di ruang ICU yang setelah dinyatakan koma terbangun dari tidur panjangnya. Dia masih dengan begitu jelas mengingat sosok dokter yoga yang berada di sampingnya menangis dan menciumi pipi nita. Wanita yang terbangun dari tidur panjangnya beberapa saat setelah Shasa dinyatakan meninggal.     

Wanita yang begitu sama dengan shasa yang membuat dokter edwin meyakini bahwa nita adalah reinkarnasi dari shasa.     

Dan ini pula yang menjadi alasannya bekerja di rumah sakit yang sama dengan nita.     

"Nita " aline memanggil nita.     

Dia menghampiri nita di ruangan ganti baju siang ini, nita terlihat sudah berganti pakaian seragamnya dan bersiap untuk pulang.     

"Aku cuma mau mengatakan sesuatu hal yang penting padamu.. "     

"Apa itu? " senyuman terlihat di wajah nita.     

"Kamu seharusnya tidak boleh mengambil atau memberikan sisa dari pekerjaanmu pada erin! " seru aline, "kamu tahu dia itu anak yang bodoh selalu salah mengerjakan apapun.. "     

"Biarkan dia bertanggung jawab pada pekerjaannya, kamu tidak perlu membantunya! itu supaya dia dapat belajar.. "     

Nita tersenyum kaget mendengar perkataan aline, "tadi itu memang dokter edwin yang meminta erin memanggil saya.. "     

"Jadi kami hanya bertukar pekerjaan saja, saya tidak mengerjakan pekerjaan yang seharusnya Erin kerjakan. Kami saling bantu saja.. "     

"Lagipula aline " nita menatap wajah aline dengan serius, "kamu tidak berhak mengatakan bodoh pada seseorang, apalagi orang yang kamu bilang tadi adalah temanmu juga! "     

"Aku tidak berteman dengan junior seperti itu " bantah aline.     

Nita tersenyum tidak percaya melihat sikap aline yang memang telah berubah, dia hanya menggelengkan kepalanya tanpa mengeluarkan satu patah kata pun.     

"Kamu sudah menjadi istri dokter yoga, jangan bilang hari ini kamu sengaja bertukar pekerjaan dengan erin karena kamu ingin mendekati dokter edwin! "     

"Aline! " volume nada bicara nita menelan dengan wajahnya yang seketika memerah karena menahan kesalnya.     

"Kamu tidak perlu jelaskan " aline tersenyum pendek, "aku tahu trik kalian yang berwajah cantik, tidak cukup mendekati satu laki-laki! "     

"Kamu kenapa seperti ini? " tanya nita, "dulu kita berteman dengan baik.. "     

"Berteman dengan baik katamu " aline tertawa sinis, "aku sudah cukup merasa sabar ketika semua orang memuji pekerjaanmu tanpa memberikan aku kesempatan sedikitpun untuk memperlihatkan hal yang sama.. "     

"Dan sekarang, kamu kembali ke ruang bersalin untuk mencoba merebut semua kerja keras yang aku lakukan dengan menggunakan kekuasaan sebagai istri dokter yoga! "     

Aline membesarkan pupil matanya, "dan kamu bilang kita teman? "     

Mulut Nita menganga ketika mendengar aline mengatakan kebenciannya pada Nita.     

"Dan sekarang aku harus berpura-pura kembali untuk menyukaimu seperti orang lain, karena kamu istri dokter yoga.. "     

"Aku tidak mau! " cetus aline pada nita, "itu malah semakin membuat aku lebih membencimu... "     

Nita masih dalam rasa ketidak percayaannya yang aline ucapkan padanya, dia baru menyadari bahwa selama ini aline begitu memendam rasa bencinya ketika masih bersahabat dengannya.     

Nita berpikir dahulu itu, dia mengira aline baik-baik saja pada saat bersamanya. Tetapi ternyata aline memendam sakit hatinya karena nita sudah begitu lama...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.