cinta dalam jas putih

Sebuah panggilan baru



Sebuah panggilan baru

0Yoga menangkap pemandangan indah dihadapannya pagi ini, ketika dia baru saja membuka matanya melihat nita yang keluar dari pintu kamar mandi dengan wajah merengut. Tapi walaupun nita memasang wajah seperti itu, yoga seperti mendapat ketertarikan tersendiri yang membuatnya gemas.     

"Ada apa? "     

Dia mengusap lembut tangan nita yang mendekat ke arahnya dan duduk disampingnya yang masih terbaring di tempat tidur.     

"Hasilnya, negatif.. " ucap nita sambil memajukan bibirnya, satu tangannya menopang dagunya.     

Yoga tersenyum, dia merubah posisi tidurnya menjadi duduk. Menempelkan punggung nita di dadanya, melingkarkan kedua tangannya di pundak nita.     

"Mungkin belum rejekinya.. " menempelkan pipinya di pipi nita.     

"Iya.. " jawab nita.     

Dia menoleh ke arah yoga yang begitu dekat, dan melemparkan senyuman.     

"Sepertinya, aku harus bersabar. Tuhan mempercayaiku untuk menyayangi axel lebih baik.. " nita menyambung ucapannya.     

"Kamu sudah memberikan semua yang terbaik untuk axel, kita hanya perlu berusaha lebih giat saja "     

Nita tertawa kecil, "berusaha lebih giat apanya dokter? "     

"Ada deh,,, " yoga tidak melanjutkan kata-katanya, karena dia tahu nita pasti sudah mengerti apa yang dia maksudkan.     

"Bagaimana keadaanmu sekarang? " tanya yoga.     

"Aku sudah sehat, tapi aku tidak mau bekerja hari ini! "     

"Kenapa? "     

"Aku takut oppa dokter! " nita merengek, "nanti aku pasti jadi sasaran tatapan orang-orang karena sudah menjadi istri dokter yoga.. "     

"Mereka pasti memberi aku sebuah judul Upik abu! " sambung nita.     

Yoga tersenyum menggelengkan kepalanya, dan membawa nita masuk ke dalam selimut bersamanya.     

"Ya sudah, kita tidur saja tidak usah bekerja! "     

"Nanti pasien pak dokter bagaimana? "     

"Ada dokter Edwin.. "     

Yoga memeluk nita erat, hari ini dia ingin satu hari penuh menemani istrinya itu.     

"Oppa dokter.. "     

"Ada apa bu bidan? "     

Nita mendekatkan bibirnya di telinga yoga, hendak membisikan sesuatu. "aku pernah baca artikel kesehatan, bekerja saat pagi hari itu berpeluang besar untuk hamil! "     

"Jadi? " tanya yoga, kedua alisnya terangkat senyuman nakal muncul di wajahnya.     

Nita tersenyum, dia mengedipkan satu matanya ke arah yoga.     

Yoga tertunduk menyembunyikan tawanya, "aku tidak bisa menolak kalau kamu sudah menatapku nakal seperti itu! "     

Nita tertawa malu, "kata-kata itu seharusnya aku yang bilang! "     

"Tidak peduli siapa yang mengatakannya, bersiaplah kita harus bekerja sama untuk membuat generasi baru.. "     

Nita terkekeh, "aku bukannya terangsang, sekarang jadi tidak bisa berhenti tertawa "     

"Coba aku lihat apa kamu masih bisa tertawa "     

Yoga memberikan satu kecupan di bibir nita, matanya menangkap mata indah nita. Melihat reaksi senyuman yang muncul di wajah nita, dan tangan nita yang mulai melingkar di lehernya.     

Dia kembali memberikan satu sentuhan lembut di bibir nita, ciuman penuh cinta di pagi hari. Menggunakan kerjasama mereka dengan baik untuk tercapainya cita-cita yang mereka berdua inginkan.     

"Kita mau kemana? "     

Hari ini yoga benar-benar meliburkan diri, dia mengajak nita untuk bersama-sama mengantar Axel kesekolahnya.     

"Kamu mau kemana, sayang? " yoga balik bertanya.     

Kening nita berkerut dalam senyumannya, "kenapa malah bertanya,,, kan suamiku sayang yang mau ajak aku jalan-jalan.. "     

Yoga tersenyum, "coba panggil aku lagi "     

"Maksudnya? "     

"Panggil aku sayang.. "     

Nita menyadarinya, dan tertawa kecil "iya deh,, oppa sayang! "     

"Panggil aku seperti itu saja " yoga melirik ke arah nita, "aku suka sekali kalau istriku memanggilku sayang.. "     

"Baiklah, oppa sayang. Sekarang kita mau kemana? ini masih terlalu lama untuk menunggu axel pulang sekolah! "     

Yoga terdiam, sedikit berpikir. Dia yang memutuskan untuk libur, tetapi sepertinya dia kebingungan mengenai tujuan mereka hari ini.     

"Apa kamu mau membeli sesuatu? " tanya yoga.     

"Sesuatu,,, seperti apa? " nita balik bertanya.     

"Tas,,, baju,,, atau kamu mau beli sepatu lagi? "     

Nita menggelengkan kepalanya, "tidak, yang kemarin saja sudah cukup. Kasihan, jika aku beli tapi tidak dipakai. Nanti mereka semua yang menjadi saksi ketika aku tidak berada di dunia, bahwa aku membeli barang tapi tidak bermanfaat! "     

Yoga tertawa mendengar semua ucapan nita yang membuatnya malu, karena selama ini dia tidak berpikiran seperti yang nita ucapkan tadi. Jika dia menginginkan barang tersebut, dia pasti akan membelinya karena dia merasa sombong dapat membelinya berapapun harganya.     

Dia memang berusia lebih tua dari nita, tapi pada kenyataannya wanita disampingnya yang lebih muda darinya itu memiliki pemikiran yang sangat dewasa. Yoga memang tidak salah memilih nita menjadi istrinya, karena sangat memberikannya begitu banyak pelajaran hidup yang sebenarnya.     

"Aku kan yang mengajakmu, kenapa aku yang membeli ini! "     

Pupil mata yoga membesar ke arah nita yang hanya cengengesan, dia kembali melihat barang yang sedang di pegangnya. Kamera Sony Alpha ILCE A7 MARK II yang sudah begitu lama dia impikan akhirnya menjadi kenyataan berada di tangannya. Padahal tadi dia begitu memantapkan hatinya untuk mengikuti kata-kata nita, tidak membeli barang yang hanya akan tersimpan di lemari sebagai koleksinya. Tapi karena dia ingin menyalurkan hobinya, akhirnya tergiur untuk membelinya.     

"Tidak apa-apa.. " ucap nita, "pekerjaan oppa dokter kan tinggi tingkat stresnya, siapa tahu hobi barunya tersalurkan, daripada hobi mengkoleksi koas cantik, lebih baik kamera saja, aku tidak akan melarang"     

Yoga tertawa mendengar nita yang menyindirnya dengan membawa nama koas cantik yang selama ini menjadi asisten kemana Pun yoga pergi saat bekerja .     

Yoga tersenyum, "tapi kan seharusnya yang berbelanja itu kamu sayang... "     

Nita tertawa kecil, melihat yoga yang sepertinya begitu menyesal telah memberi barang untuk dirinya sendiri.     

Padahal rencananya itu untuk mengetahui barang apa yang paling diinginkan nita sebagai hadiah ulang tahunnya besok. Membuat yoga merasa frustasi, dia merasa memilihkan kado yang cocok untuk Nita adalah pekerjaan terberat dalam hidupnya dibanding operasi gynekologi yang selalu dikerjakannya. Dia merasa takut nita tidak akan pernah menyukai kado yang dipilihnya.     

"Yoga! " seru seorang laki-laki dari belakang yoga dan nita.     

"Arga, danu,, " yoga menyalami kedua sahabatnya.     

Nita melirik ke arah dokter arga, dan kembali teringat mimpinya. Dokter arga adalah dokter spesialis anak yang menikahi elsa ketika dia berhasil menjalankan pengobatan.     

"Selamat atas jabatan barunya " dokter arga menyalami yoga, "aku tidak bisa hadir karena ada seminar "     

"Selamat, bos. " dokter danu yang menjadi teman semasa menjadi dokter umum pun ikut menyalami yoga, "orang hebat pasti dapat jabatan hebat pula !"     

"Terima kasih, tapi semua inikan karena kepercayaan pihak rumah sakit pada kinerja saya.. "     

Nita terdiam di tengah-tengah sekumpulan tiga sahabat yang sudah lama tidak bertemu karena kesibukan masing-masing, yang akhirnya dipertemukan kembali. Dia merasa seperti jangkrik yang hanya bisa berbunyi 'krik,,krik,,' menanggapi semua yang mereka bicarakan. Karena sama sekali tidak mengerti dengan obrolan mereka. Obrolan tingkat dewa yang membuat nita tertawa dalam hatinya karena tidak ada satupun kata yang masuk dengan kastanya.     

"Aku lebih baik mundur saja,,, " ucapan nita dalam hati.     

Satu langkah nita mundur dari posisi awalnya, dia tidak mau mengganggu yoga yang sedang asik bicara dengan kedua sahabatnya itu.     

Sambil terus memperhatikan yoga agar tidak melihatnya, ketika dia berusaha menghindari sahabat-sahabat yoga. Karena nita begitu ketakutan yoga akan sangat malu jika memperkenalkannya sebagai istrinya.     

"Kamu mau kemana? " yoga meraih satu tangan nita, menghentikan langkah keduanya. Wajah tampannya menatap nita dengan senyuman memergoki Nita yang akan pergi.     

Nita terkejut, dan memasang wajah memelas agar yoga nita mengajaknya ke hadapan sahabat-sahabatnya.     

"Aku sampai lupa memperkenalkan istriku! " seru yoga pada kedua sahabatnya, "ini istriku, kanita "     

Mereka berdua tersenyum ramah ke arah nita.     

"Oh, iya senang bisa bertemu dengan nyonya yoga " dokter danu menyalami nita, "jika melihatnya langsung jadi mengerti kenapa yoga begitu ingin menikahi bidan kanita! "     

Nita tersenyum tidak mengerti dengan maksud pembicaraan dokter danu padanya.     

"Iya dia gerak cepat supaya tidak diambil orang .. " dokter arga menyindir, "maaf bu bidan, kami senang bercanda! "     

"Tapi beneran lho, yang selalu dibicarain sama kita itu bidan kanita yang ini..yang sering yoga bicarakan pada kita " dokter danu menyambung ucapan dokter arga.     

Nita tersenyum begitu malu sambil melirik ke arah yoga, dia melihat ekspresi yoga yang begitu datar ketika teman-temannya membuat nita malu karena selama ini laki-laki disampingnya itu selalu curhat pada kedua sahabatnya itu.     

"Kenapa cemberut seperti itu? " yoga melirik ke arah nita. Sepanjang perjalanan pulang Nita memajukan bibirnya tidak berkata sedikitpun .     

"Kamu marah karena pembicaraan arga dan danu? " tanya yoga kembali, "mereka itu tidak berbohong, memang benar mereka tahu aku tergila-gila pada stafku yang cantik dan baik ini, dan kenyataannya alasan aku menikahimu itu karena aku tidak kamu menjadi milik orang lain.. "     

"Tapi, tidak harus sampai curhat seperti itu oppa dokter.. aku kan jadi malu "     

"Aku tidak malu, aku akan mengakui bahwa aku jatuh cinta pada bidan kanita dihadapan mereka.. " yoga memberikan tanggapan pada ucapan nita.     

"Iya, maaf. Bukan maksud aku bicara seperti itu.. tapi aku takut oppa dokter malu, karena kebanyakan dari teman-teman oppa dokter itu memiliki istri dengan profesi dokter juga.. "     

Yoga tertawa pendek, "sama saja, istri mereka perempuan juga seperti kamu. Yang membedakan cuma profesinya saja,, itu bukan jaminan menjadikan istri yang baik "     

"Aku harus membuktikan apa lagi kalau aku memang benar-benar mencintaimu? " yoga sesekali melihat ke arah nita, "dengan keponakanku saja aku berani bersaing! "     

Nita mengembangkan kedua pipinya, matanya menyipit ketika yoga mulai menyinggung wildan, walaupun dia tidak menyebut namanya.     

"Kamu mau aku bersaing dengan siapa lagi? "     

"Tidak usah dilanjut, gak penting juga. Memangnya aku si cantik Maria Mercedez yang jadi pujaan para lelaki! " nita menggerutu.     

"Maria Mercedez? " dahi yoga berkerut, dan tiba-tiba tawanya meledak tidak berhenti. "kamu ini beneran ya, korban drama-drama percintaan! "     

"Jangan ngetawain deh.. " nitapun tidak paham kenapa tiba-tiba di membaca nama bintang telenovela tersebut di tengah-tengah perdebatan mereka. Dan itu membuatnya ikut tertawa, menertawakan dirinya sendiri.     

"Kamu percaya deh,, kamu itu sepertinya terjebak di kehidupan masa depan" ucap yoga.     

"Kenapa? "     

"jiwa kamu tersesat di raga yang lebih muda dan cantik, tapi semuanya isinya sebetulnya sejaman dengan nenek-nenek yang dulu hobi nonton telenovela " yoga melemparkan candaan pada nita.     

"Hmm.. " nita menganggukan kepalanya, dia bersabar diberikan candaan seperti itu.     

"Jadi kamu itu cocoknya menikah dengan kakekku.. " yoga kembali melontarkan candaannya.     

"Terus aja pak dokter sampai puas ledekin aku.. "     

Tawa yoga mengecil, "tapi aku juga akan berani bersaing dengan kakekku hanya untuk mendapatkanmu,,, "     

"Aku akan membuat para pesaingnya kalah telak! "     

Nita tersenyum, "iya sudah, aku kan sudah jadi milik oppa dokter. Lagipula siapa juga saingan nya,,, "     

"Dokter edwin! " cetus yoga.     

Nita seketika terdiam, membeku dan terkejut ketika dia menyebut nama dokter edwin yang akan menjadi saingannya kali ini...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.