cinta dalam jas putih

Sebuah Pernyataan



Sebuah Pernyataan

0"Nita, berhenti menelpon! " edna yang mengikuti apel pagi ini berbisik pada nita yang menghubunginya.     

"Aku ingin sekali dengar pak dokter memberikan sambutan pertamanya, tapi aku sedang sakit... "     

"Lalu?? "     

"Aku minta tolong padamu sahabat terbaikku, jangan tutup telponnya sampai pak dokter selesai bicara "     

Nita masih terbaring di tempat tidurnya ketika menelpon Edna. "bolehkan, na? please.. "     

"Iyaaa,,, kamu dengar sendiri deh apa yang akan dia ucapkan! " seru edna, "emang susah kalau sangkutannya sama dua insan yang sedang jatuh cinta. Berpisah sebentar aja bawaannya kangen terus! "     

Terdengar tawa nita di ujung ponsel edna, "terserah kamu saja. Sekarang berhenti bicara dan biarkan aku mendengarkan apa yang yoga katakan! "     

"iya,,, cerewet nih,,, "     

Edna seketika terdiam, pupil matanya membesar. Dia merengut mendengarkan ucapan nita. Jika yang menghubunginya bukan nita, pasti sudah dimakinya.     

Yoga sudah berdiri di depan semua petugas rumah sakit yang mengikuti apel pagi ini, disamping kirinya sudah berdiri sosok aditya yang adalah sebagai perwakilan dari direktur rumah sakit yang tidak dapat menghadiri apel hari ini.     

Disamping kanannya pun berdiri sahabatnya arya yang sama sepertinya mendapat jabatan baru.     

"Selamat pagi " sapa yoga kepada seluruh peserta apel, senyuman yang penuh kewibawaan tidak hilang dari wajahnya. Sikap tubuhnya yang tegak yang selalu mencerminkan ketegasannya begitu terpancar. "saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan pihak rumah sakit kepada saya, semoga saya bisa mengemban tugas dengan sebaik-baiknya. Dan saya berharap kita dapat bekerja sama dengan baik untuk kemajuan rumah sakit ini.. "     

Yoga berhenti sejenak untuk mengambil napasnya, "saya mengucapkan banyak terima kepada bapak aditya yang banyak membantu saya, dan tidak lupa juga kepada istri saya, bidan kanita. Yang kebetulan saat ini tidak dapat hadir karena sakit, karena dia juga yang membantu saya di lapangan bersama semua rekan obgyn. Saya mohon doa agar istri saya yang sedang sakit saat ini cepat diberikan kesembuhan.. "     

Seketika suasana menjadi riuh ketika yoga menyebutkan nama nita sebagai istrinya, dia seolah sedang mengklarifikasi dan memberikan sebuah pernyataan pada semua orang yang berdiri disana. Bahwa rumor yang beredar selama ini tentang nita salah, dan dia yang akan meluruskannya.     

"Terima kasih, selamat pagi dan selamat menjalankan aktifitas. Semoga Tuhan selalu melindungi setiap pekerjaan yang kita laksanakan, pekerjaan kita menjadi bermanfaat untuk orang banyak. Menggantikan setiap tetes keringat kita dengan kesembuhan semua pasien... "     

Yoga menyudahi sambutannya, dia mengalami sahabatnya arya dan aditya yang masih berdiri di sampingnya.     

"Wow, nita kamu harus lihat dokter yoga sewaktu menyebut kamu sebagai istrinya! keren.. " edna langsung bicara pada nita ketika yoga menyelesaikan sambutannya.     

"Oppa dokter.. " suara nita pelan, tiba-tiba saja matanya berkaca dan turun menjadi lelehan air mata.     

"Nita kamu harus lihat reaksi orang-orang yang sudah membicarakanmu " Edna menyambung perkataannya. "mereka mati kutu! sepertinya mereka akan malu nanti jika bertemu denganmu.. "     

Mendengar edna mengatakan hal tersebut, nita semakin tidak dapat menahan air matanya yang menetes di pipinya. Dia menutup sambungan teleponnya dengan Edna.     

"Halo,, nita! " edna memastikan nita masih berada di panggilannya atau tidak     

"Dasar yah, seperti jelangkung, datang tak diundang,,pulang tidak pamitan! "     

Nita terdiam memeluk ponselnya, saat ini tangisannya bukan karena kesedihan, melainkan rasa harunya atas pengorbanan yoga padanya.     

Pada akhirnya semua orang tahu kebenaran siapa nita, tapi dia tahu yoga pasti terpaksa melakukan itu agar semua orang tidak memandang nita sebelah mata.     

Jauh dari jangkauan nita yang tengah terbaring sakit, yoga menghampiri aditya.     

"Terima kasih karena sudah memperhatikan nita.. " yoga bicara pada aditya.     

"Saya senang bisa membantu dokter, saya juga doakan semoga bidan kanita cepat sembuh. Sayang sekali dia tidak dapat hadir disini, padahal saya sudah membayangkan seperti apa nanti ketika dokter menyebut namanya sebagai istri dokter... "     

"Iya, benar " yoga mengangguk, "kemarin itu dia tiba-tiba demam, dan dokter arya menyarankan untuk istirahat beberapa hari "     

"Iya, lebih baik istirahatkan saja untuk beberapa hari. Sepertinya ini bisa dokter jadikan momen Hadiah ulang tahun bidan kanita! "     

Kedua mata yoga menyipit, dia hampir saja melupakan ulang tahun nita lusa nanti. Dia tidak terkejut mendengar aditya begitu mengenal nita secara detail, karena memang pekerjaannya di bagian kepegawaian pastilah dia mengetahuinya terlebih dia memiliki perasaan tersembunyi pada istrinya itu.     

Di sudut lain, jauh dari yoga dan aditya yang sedang bicara. Sekumpulan sahabat nita, masih berdiri di barisan apel yang belum selesai.     

"Kak nita itu istrinya dokter yoga! " pupil mata esti membesar, dia melihat ke arah seniornya aline.     

"Iya, bawel! " cetus aline marah pada esti, ada setitik rasa bersalahnya pada nita karena dia sudah menyebar rumor yang dia sendiri belum mengetahui kebenarannya.     

"Dia itu istrinya dokter yoga! " kali ini dewi bicara pelan pada ivanna yang berdiri di sampingnya, "hebat juga dia, bisa dapetin harta Karun sebesar itu.. "     

"Itukan bagus " senyuman miring terlihat di wajah ivanna, "kalau kita minta bantuan nita, pasti lebih mudah dan cepat sampai ke dokter yoga langsung "     

Kedua alis dewi terangkat diiringi senyumannya, dia menganggukan kepalanya setuju dengan pernyataan ivanna.     

"Dokter yoga, selamat atas jabatannya "     

Yoga tersenyum lebar ke arah bidan sani yang muncul dihadapannya, menyalami yoga.     

"Terima kasih bidan sani, dan terima kasih juga untuk bantuannya membantu nita di ruang bersalin.. "     

Bidan sani tersenyum, "saya melakukannya, karena saya seperti ibu kepala terdahulu yang mempercayai kemampuan nita. "     

"Tapi apa saya terlalu keras mendidiknya, dok? sampai nita jatuh sakit? "     

"Bukan karena itu " jawab yoga, "kondisi tubuh nita memang sedang tidak bagus saja "     

"Saya harap bidan sani tetap bisa membimbing nita "     

"Tentu saja dokter, saya akan selalu berusaha membimbing seluruh staf ruang bersalin "     

Yoga menganggukan kepalanya, "terima kasih banyak bidan.. "     

Yoga mulai melamunkan pikirannya, kejadian hari mungkin akan lebih membahagiakan jika tadi nita berdiri dalam barisan peserta apel.     

Karena semua yang di dapatkan sekarang adalah untuk dia tunjukan pada istrinya itu, yoga ingin menunjukan bahwa semua prestasi yang yoga dapatkan itu karena dukungan dan doa yang nita selalu berikan untuknya.     

"Bubu ayo makan dulu.. " axel siang ini menyimpan kedua tangannya di pinggang, dia sedikit kesal karena nita tidak sedikitpun menyentuh bubur yang dibuatkan mba mumu untuknya.     

"Ayah bilang bubu harus minum obatnya sehari tiga kali! "     

Nita menertawakan kelucuan axel yang memperingatkannya untuk makan dan minum obat.     

"Bubu mau aku suapin? "     

Nita menggelengkan kepalanya, dia sebenarnya memang akan makan bubur yang disiapkan mba mumu untuknya, tapi karena gemas dengan sikap axel yang seperti orang dewasa dia sengaja ingin membuat putranya itu kesal.     

"Aaaaa... " axel mencoba menyuapi nita.     

Nita membuka mulutnya dan menerima satu suapan bubur dari axel.     

"Cukup satu suap saja ya "     

"habiskan bu! "     

Nita menggelengkan kepalanya, dia masih ingin menggoda axel.     

"Mungkin harus ayah yang suapin! " suara yoga muncul dibelakang nita dan axel. "biar makanannya habis.. "     

Dia memberikan satu ciuman di pipi nita, dan berganti ke pipi axel.     

"Ayah, ibu ini setelah semalam demam berubah menjadi keras kepala! "     

Nita terkekeh mendengar axel yang menyebutnya keras kepala, putranya itu sama seperti yoga yang selalu memberikan perhatian padanya dan selalu mengkhawatirkanmu begitu berlebihan.     

"Aku serahkan saja pada ayah "     

Axel menyerah, dia meletakan sendok yang dipegangnya kembali dalam mangkok. Melangkahkan kakinya meninggalkan ibu dan ayahnya yang masih berada di ruang makan.     

"Ini masih pukul satu siang, kenapa sudah pulang? " tanya nita, "jangan bilang oppa dokter mangkir dari pekerjaan karena sudah dapat jabatan pimpinan.. "     

Nita melanjutkan kembali pekerjaan axel yang tertunda, menyuapinya bubur yang telah dingin. Dia memakannya dengan perlahan.     

Yoga tertawa kecil, mencubit kecil pipi nita.     

"Kan anak muda selalu bilang,,, kalo sultan mah bebas.. " dia melontarkan kata-kata lucu yang membuat nita tidak bisa menahan tawanya.     

"Aku kan harus periksa istriku yang sedang sakit, siapa tahu kemarin itu dia bukan sakit.. Tapi sedang mengandung! "     

Mendengar kata 'mengandung' membuat Nita terkejut, bubur yang sedang berada di mulutnya membuatnya tersedak dan batuk.     

Dengan segera yoga memberikan nita segelas air minum, untuk meredakan batuk karena tersedak bubur yang dimakannya.     

Nita meminum beberapa teguk air yang yoga berikan, dan segera meraih satu tangan yoga.     

"Ayo belikan aku test pack! "     

Yoga tertawa pendek, "nanti aku belikan, sekarang fokus dulu pada makananmu! "     

Nita meninggalkan bubur yang sedang dimakannya, mengikuti langkah yoga menuju ruang tidur.     

"Oppa.. " nita bergelayut manja di tangan yoga.     

Dahi yoga berkerut, dengan mata yang menyipit melihat tingkah manja nita padanya.     

"Ada apa? "     

Nita berjalan ke arah belakang yoga, dan memeluk yoga punggung yoga.     

"Ada apa? " yoga tersenyum mendapat pelukan dari istrinya itu, dia meraih tangan nita. Membawanya ke hadapannya dan memeluknya kembali.     

"Sambutan oppa dokter tadi pagi.. "     

"Ohh,,, " sela yoga, dia baru menyadari bahwa kali ini sang istri telah memiliki seorang detektif pribadi. "bagaimana sambutannya? keren kan? "     

Nita berpikir sejenak sebelum menjawabnya, "keren bagaimana, itu sangat berlebihan pak dokter "     

Yoga tertawa kecil, "berlebihan bagaimana? "     

"Tidak usah disebut nama isterinya, itu seperti sebuah pengumuman jadinya! "     

"Wah, hatiku sakit sekali " yoga meletakan dahinya berdekatan dengan dahi Nita, "padahal aku sudah menyusunnya begitu lama, tapi istriku sendiri mengatakan berlebihan! "     

Nita tersenyum dan mendaratkan satu ciuman di pipi yoga, "tapi walaupun berlebihan, aku tetap suka. Terima kasih.. "     

Senyuman lebar terlihat di wajah yoga, "aku akan melakukan apapun untuk kamu, walaupun itu hal yang berlebihan dan gila! "     

"Benarkah? " nita menatapi yoga lekat, "hal gila seperti apa? "     

Yoga tersenyum menekan hidung nita, "kasih tahu nggak ya,,, "     

Dahi nita mengernyit, "mulai deh, pake rahasia lagi! "     

"Ayo katakan... " nita menggelitik pinggang yoga, membuat laki-laki itu kegelian dan wajahnya memerah menahan tawa.     

"Nanti juga kamu tahu! "     

Yoga hanya melontarkan ucapan yang seperti kata-kata misteri yang membuat rasa penasran pada nita..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.