cinta dalam jas putih

Sepasang Sepatu



Sepasang Sepatu

0"Sudah jelek seperti ini masih dipakai! " aline pagi-pagi sekali sudah mengomel dengan satu tangannya menenteng sepasang sandal lusuh dan kotor.     

Dia sengaja lewat dihadapan nita dan erin yang sedang sibuk melakukan pemeriksaan persediaan alat dan bahan medis yang digunakan setiap hari.     

"Memang sandal itu milik siapa kak? " erin berbicara dengan nada pelan yang hanya bisa didengar oleh nita yang berdiri disampingnya.     

Nita menjawab dengan mengangkat kedua bahunya, untuk memperlihatkan tetidaktahuannya. Dan juga hari ini dia sedang tidak ingin memikirkan hal apapun yang berkaitan dengan aline karena kejadian hari kemarin.     

"Nita, Erin, dokter Edwin minta kita semua kumpul di ruang rapat! " tiba-tiba suara aline yang sedikit berteriak dari ujung pintu, mengagetkan mereka.     

"Iya, baik.. " jawab nita.     

Dia dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya, dan membantu erin. Setelah selesai keduanya segera memasuki ruang rapat yang sudah berkumpul semua staf yang sedang berjaga pagi hari ini.     

"Hari ini dokter yoga menerima alat yang diberikan pihak rumah sakit untuk SMF OBGYN.. " dokter edwin langsung memulai pembicaraan, "dia meminta saya untuk mengajarkan para bidan jaga yang bertugas di ruang bersalin. "     

Suasana ruangan sedikit riuh setelah dokter edwin yang menghentikan ucapannya karena harus mengeluarkan alat yang dibicarakannya dari dalam kardus yang tersimpan di meja. Dan meletakannya di sebuah troli.     

"Ini adalah CTG alat untuk mengukur kesejahteraan janin sebelum persalinan " dokter edwin kembali menjelaskan, "karena tingkat IUFD akibat kehamilan dengan oligohidramnion dan ketuban pecah dini kadang terjadi, dokter yoga meminta alat ini kepada pihak rumah sakit "     

Suasana semakin riuh, semua staf terlihat gembira. Kegembiraan mereka mendapatkan alat pantau baru seperti kegembiraan ketika mendapatkan bonus di akhir tahun yang sangat dinantikan.     

"Saya akan mengajarkan pemakaian alat ini pada tiap kelompok shift.. " dokter edwin membuat suasana seketika hening untuk mendengarkannya bicara, "untuk kelompok pertama aline dan esti "     

Sosok aline dan esti segera maju kedepan dan mendapatkan kesempatan pertama untuk mendapatkan pengajaran alat baru yang paling pertama.     

"Kenapa aku merasa kak aline sedang cari perhatian sama dokter edwin ya kak! " erin berbisik ke arah nita, dan setelah selesai bicara dia menyipitkan matanya ke arah nita.     

Nita menahan senyumnya dan memperingati erin untuk tidak membicarakannya dengan isyarat menutup bibir nita dengan jari telunjuknya.     

"Iya maaf kak.. " erin terkejut seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

"Sebaiknya yang sudah mendapat giliran belajar untuk mengoperasikan CTG kembali ke pekerjaannya masing-masing! " kali ini kak Sani senior nita memberikan instruksinya. "pelayanan pada pasien harus tetap berjalan "     

Setelah hampir satu jam nita dan erin menunggu, dokter edwin memanggilnya.     

Nita dan erin ternyata menjadi kelompok paling terakhir. Dia menjadi berpikiran aneh-aneh tentang perlakuan dokter padanya, dia sepertinya tidak suka dengan kehadiran nita karena sudah mendengar gosip yang membicarakan hubungannya dengan dokter yoga.     

"Nita.. " panggil dokter edwin, matanya begitu lekat menatapi Nita yang sudah berdiri disampingnya. "aku akan mengajarkan padamu dan nanti kamu ajarkan erin bagaimana cara menggunakan CTG ini.. "     

"Baik, dokter " nita menjawab sambil menganggukan kepalanya. Pandangannya sudah fokus pada alat di depannya, dia harus memperhatikan dengan baik agar nanti bisa mengajarkan pada Erin.     

"Dilayar ini, untuk angka denyut jantung janin dan ini untuk nadi ibu.. " dokter edwin menunjuk pada arah layar, "untuk membedakan mana denyut jantung bayi dan ibu, supaya tidak keliru. Angka toco disini harus di angka dua puluh, kamu bisa latihan sekarang untuk mulai merekam.. "     

Nita yang berwajah serius mencoba menyimpan dengan baik apa yang sudah diucapkan dokter Edwin.     

"Pertama kamu masukan data pasien " dokter Edwin mulai memberikan instruksi awal, "dilayar terdapat kotak untuk data pasien, kamu tekan masukan nama, no rekam medik, dan usia kehamilan. "     

Jari-jari nita mengikuti semua sesuai instruksi dokter Edwin padanya. Tatapannya begitu fokus pada alat dihadapannya, sampai dia tidak mengetahui dari sudut mata dokter Edwin sesekali mencuri perhatian pada sosok nita.     

"Lalu kamu tekan start dan tunggu kertas yang merekam muncul.. " dan kali ini dokter edwin terlihat terang-terangan memandangi Nita yang terlihat kebingungan mencari tulisan yang disebutkannya tadi.     

"Disini! " dokter edwin lalu dengan sengaja memegang tangan nita dan mengarahkannya pada tulisan yang nita cari, dan segera melepaskannya setelah membantu nita.     

Melihat respon nita yang terlihat biasa membuat senyum di wajah dokter edwin muncul, jarinya terlihat menggaruk ujung alisnya dengan tatapan matanya yang tidak beralih dari sosok nita.     

"Alat dengan tulisan US itu disimpan dimana denyut jantung janin ditemukan, dan yang bertuliskan toco disimpan di fundus.. "     

Tetapi dokter edwin dengan sengaja memegang alat kecil berbentuk bundar itu ketika nita hendak mengambilnya.     

Dan itu sengaja dia lakukan supaya nita menyadari bahwa dia sedang memperhatikannya.     

Senyum gemasnya muncul ketika menangkap reaksi nita dengan wajahnya yang memerah yang begitu cepat menghindari tatapannya dengan kembali melihat layar CTG.     

"Kamu sudah paham? "     

Nita terkejut dengan pertanyaan dokter edwin padanya, dan segera menganggukan kepalanya tanpa berkata apapun.     

Lengkungan bibir membentuk senyuman terlihat di wajah dokter edwin, matanya terus saja menatap lekat nita yang terlihat salah tingkah.     

"Aku yakin kamu akan cepat paham dengan alat ini, karena kamu sangat cerdas.. " dokter edwin menyempatkan melontarkan pujiannya pada nita sebelum meninggalkan ruangan rapat.     

Nita begitu kebingungan, terlihat dari dahinya yang berkerut. Dia hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya, karena dokter edwin berkata begitu cepat. Tapi nita begitu jelas mendengar pujian itu untuknya.     

"Jangan-jangan ini semua gara-gara jurus KAMEHAMEHA nya oppa dokter " nita berkata dalam hatinya, lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.     

"Kakak kenapa? " tanya erin keanehan melihat seniornya itu senyum-senyum sendiri.     

"Tidak apa-apa " jawab Nita, dia mengajak Erin untuk kembali ke ruang tindakan.     

"Dokter edwin tadi lihat ke kakak agak sedikit aneh deh! " celetuk erin ketika sampai di ruang tindakan untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi.     

"Aneh bagaimana? " tanya Nita sambil memasukan kassa-kasaa steril ke dalam tromol.     

"Teduh banget gitu kak, adem.. " erin bicara sambil memperlihatkan ekspresi berlebihan dengan seribu kedipan di matanya.     

Nita tersenyum dengan kedua alisnya yang terangkat, tidak menanggapi perkataan yang baru saja diucapkan erin.     

Mereka berhenti bercanda ketika aline yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka, sedang membawa satu botol berisi povidone iodine.     

"Tadi aku lupa mengembalikannya.. " aline menyodorkan botol tersebut pada nita yang kedua tangannya sudah dipenuhi oleh bungkusan kassa-kasaa steril. "aku simpan disini ya.. "     

Aline meletakan botol tersebut diantara tumpukan bungkusan kassa-kasaa yang dipegang nita. Dan dengan cepat melangkahkan kakinya.     

"Kan bisa disimpan di meja langsung! " cetus erin geram dengan nada pelan.     

Nita tersenyum dan berniat menyimpan botol tersebut tetapi terlepas dari pegangannya, tapi dengan cepat tertangkap oleh satu tangannya dengan posisi seperti memeluk sesuatu. Sebagian cairan povidone iodine yang berada dalam botol tertumpah di seragam nita, karena tutup dari botol tersebut tidak tertutup rapat.     

Mata nita dan mata erin saling bertatapan karena begitu terkejut.     

"Kak aline pasti sengaja deh.. " Erin segera membantu nita mengelap noda di seragam nita yang sulit dibersihkan.     

Nita hanya terdiam dan berusaha membersihkan seragamnya, dia pun sebenarnya berpikiran yang sama dengan erin, akan tetapi dia tidak mau berasumsi hanya dari pandangannya sendiri karena itu hanya akan menjadi sebuah tuduhan saja.     

"Ibu bidan.. " tiba-tiba satu yang terbaring di tempat tidur nomor 4 memanggil Nita yang tengah sibuk membersihkan seragamnya.     

Nita tersenyum dan menghampirinya, "ada apa,Bu? "     

"Bisa bantu saya turun dari tempat tidur? saya harus ke kamar mandi... "     

"Baiklah " jawab nita, matanya melihat ke arah bawah tempat tidur mencari sesuatu, "ibu harus memakai sandal atau sepatu, walaupun ruangan ini selalu bersih tapi ibu harus memakai alas kaki "     

"Sandal saya diambil oleh petugas tadi karena kotor dan lusuh, itu karena tempat tinggal saya begitu jauh dari kota harus melewati jalanan yang tergenang air hujan.. "     

Nita terdiam sejenak dan mengingatnya ketika aline tadi pagi membuang sandal itu.     

"Ibu tunggu sebentar " nita kemudian berjalan ke arah ruang ganti dan mengambil sepatu miliknya, dilihat sekilas ukuran kaki pasien itu sama dengan ukuran kakinya, tanpa berpikiran apapun dengan cepat dia berikan pada ibu tersebut.     

"Ibu pakai saja ini, supaya kaki ibu aman " nita bahkan memakaikan sepatunya itu di kaki pasiennya.     

"Tapi nanti Bu bidan bagaimana? "     

Nita tersenyum sambil menunjukan sepatu ruangan berbahan latex yang dipakainya pada pasien tersebut, "Ibu pakai saja itu sampai nanti pulang. Anggap saja kenang-kenangan dari saya "     

"Terima kasih.. " pasien itu terlihat senang mendapatkan hadiah sepatu berwarna hitam dari Nita.     

Erin yang melihatnya menggelengkan kepalanya dan tersenyum ke arah nita yang juga tersenyum ke arahnya. Dia bukan hanya senang berpartner dengan Nita, dia juga selalu dapat belajar dari tindakan nita pada semua orang.     

"Bu, tadi pak dokter bilang tidak bisa jemput ibu. Jadi saya yang jemput ibu nanti sore " pak itor yang siang itu mengantarkan makanan dari yoga untuk nita memberitahu nita.     

"Iya " nita mengangguk.     

"Ibu mau saya bawakan pakaian ganti nanti? " pak itor memperhatikan seragam nita yang terlihat kotor karena kejadian tadi.     

"Tidak usah, inikan seragam ruangan. Nanti pulang saya ganti.. " jawab Nita dan dia sedikit berpikir sejenak sebelum kembali bicara, "pak itor nanti tolong bawakan saya sandal ya, jangan bilang pak dokter! "     

"Siap, bu.. " pak itor menunjukan jempolnya sambil tersenyum.     

"Nanti tunggu saja di depan parkir tempat pak dokter biasa jemput ya pak.. " nita segera meninggalkan pak itor yang berdiri di luar pintu ruang bersalin, dia melihat rekan-rekannya yang sepertinya berjalan ke arahnya.     

Dia tidak mau membuat semua orang-orang bercerita hal yang aneh ketika melihatnya bicara dengan pak itor...     

next_     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.