cinta dalam jas putih

Jurus Jadul



Jurus Jadul

0"Selamat makan.. " mba mumu dengan senyuman penuh kebanggaan mempersilahkan pada tuan rumah ditempatnya bekerja untuk menyantap hidangan yang dia buatkan sangat spesial.     

"Terima kasih mba mumu.. " ucap nita.     

"Terima bubu " axel menerima piring yang sudah berisi nasi serta lauk pauk yang Nita ambilkan untuknya.     

"Habiskan makanannya ya.. " nita tersenyum lembut ke arah Axel.     

"Terima kasih sayang.. " ucap yoga ketika gilirannya mendapat makanan yang nita ambilkan untuknya.     

Nita mengernyit diiringi tawa kecil mendengar panggilan yoga padanya dihadapan axel.     

"Sama-sama sayang " nita membalas ucapan yoga.     

Dia lalu terduduk di tempat duduknya, dan mulai menyantap makanan yang dibuatkan mba mumu.     

Makanan itu sebenarnya memiliki rasa yang sangat enak, tapi karena hari ini nita sudah menghadapi satu kejadian yang membuat hatinya tidak enak itu menurunkan selera makannya. Tapi dia tidak bisa memberikan contoh tidak baik pada axel karena tidak menghabiskan makanannya. Dia selalu mengajarkan pada axel dengan menghabiskan makanan yang sudah dibuatkan oleh orang tua adalah bentuk rasa syukur dan terima kasih karena mendapatkan rejeki berupa makanan dari tuhan. Dan axel merupakan sosok kritis yang akan selalu bertanya jika apa yang ajarkan padanya dilanggar oleh nita sendiri.     

Yoga tersenyum sekilas memandangi nita yang menyantap makanannya dengan pikirannya yang entah dimana, dia dapat menangkap bahwa istrinya itu sedang memiliki permasalahan yang membuatnya melamun seperti itu.     

"Aku sudah selesai! " suara axel membuat semua pikiran nita yang terbang jauh kembali pada tempatnya.     

Nita tersenyum ke arah axel, "biar bubu saja yang bersihkan piringnya.. "     

"Aku saja, bu " axel dengan segera mengambil piring kotor yang dia pakai tadi. "bubu pasti sangat lelah karena bekerja seharian "     

Yoga tersenyum bangga ke arah axel dan memperlihatkan jempol tangannya pada putranya itu sebagai ungkapan kebanggaannya.     

"Makan sambil melamun itu tidak akan mengenyangkan.. " yoga bicara pada nita dengan nada pelan dan penuh kesabaran. Dia dengan cepat mengambil piring nita yang sudah tidak tersisa sedikitpun makanan, dan beranjak menuju ke arah dapur kotor tempat mencuci piring.     

Nita menjadi malu karena ucapan yoga padanya, diapun beranjak dari duduknya dan mulai membereskan makanan yang tersimpan di meja makan.     

"Biar saya saja, bu.. " mba mumu mengambil alih pekerjaan nita.     

Nita tersenyum, "saya bantu ya mba "     

"Ibu tahu, axel sudah pintar sekali sekarang " mba mumu bicara dengan tangannya yang masih fokus pada piring-piring yang masih berada di meja makan. "mencuci alat makan sendiri setelah makan, merapikan tempat tidurnya setiap pagi, padahal mba mumu bilang biar mba saja yang kerjakan tapi dia tidak mau "     

Nita tersenyum, "pak dokter yang minta supaya axel diajarkan mandiri sejak kecil, jadi mba mumu tinggal bantu kalau axel kesulitan melakukan yang dia kerjakan "     

"Saya jadi tidak enak bu, itukan pekerjaan saya semuanya.. "     

Nita tersenyum dan mengusap punggung mba Mumu, "mba mumu kan keluarga kita juga, kita saling membantu saja mba. Kita kerjakan sama-sama "     

Mba mumu menganggukan kepalanya tersenyum senang, karena kehadirannya di rumah sudah dianggap seperti keluarga. Dia menjadi begitu mengagumi nita yang begitu baik padanya.     

Bukan hanya mba mumu, yoga yang berdiri di ujung pintu dapur dan mendengarkan semua pembicaraan nita dengan mba mumu ikut mengagumi nita bahkan mungkin kekagumannya melebihi siapapun.     

"Hari ini sepertinya sangat melelahkan ya.. " yoga menghampiri nita yang sudah selesai mandi dan berdiri di depan cermin hendak merapikan rambutnya.     

Dia mengambil sisir yang nita pegang dan membantu nita merapikan rambutnya yang lurus dan berkilau.     

Nita tersenyum malu, "terima kasih.. "     

"Tadi kebetulan aku jaga di IBS dan mendapat pemberitahuan dokter edwin akan operasi pasien dengan CHF gawat janin " yoga begitu berhati-hati merapikan rambut nita, "aku lihat ketika pasien itu datang, aku tahu kalau kamu yang sudah menanganinya dengan baik "     

"Aline yang mengonsulkannya, aku hanya mendorong pasiennya saja ke ruang IBS "     

Yoga tersenyum, dia selesai merapikan rambut Nita. Berjalan ke tempat dimana tas nya tersimpan, dan mengambil sesuatu yang kemudian dia simpan di atas telapak tangan kanan nita. Pulse oxymeter yang nita pakaikan pada pasiennya tadi, dia hampir melupakan alatnya itu.     

"Aku tahu kamu pasti yang menangani pasien itu dengan cepat karena alat itu! " Yoga mencubit kecil pipi nita, "pasti kamu yang langsung memakaikan pasien NRM dan Pulse oxymeter itu pada pasien.. "     

Nita tersenyum dengan seketika bersikap manja pada yoga bergelayut di tangan yoga. Dia sedang menutupi kesalahannya karena hampir saja menghilangkan alat yang yoga berikan untuknya.     

"Alat itukan aku berikan dulu ketika kamu berjaga di MHCU " sambung yoga.     

Yoga terduduk di atas tempat tidur dan membawa nita duduk disampingnya, memaksa nita untuk membelakanginya. Dia memberikan pijatan lembut di pundak nita.     

"Sekarang aku akan transferkan energi positif supaya bad mood kamu hilang! " yoga memberikan nita satu candaan yang membuat Nita seketika tertawa dan menganggukkan kepalanya.     

"Aku akan buang energi negatif di pikiranmu dengan kekuatan.. " yoga kembali melontarkan kata-kata lucu pada Nita, "kamu mau pakai kekuatan bulan ala sailormoon atau kekuatan pedang matahari milik ksatria baja hitam? atau dengan jurus KAMEHAMEHA dragon ball? "     

Nita tidak berhenti tertawa, dia sampai mengeluarkan airmata karena tawanya.     

"Kalau angkatan jadul pasti tahu jurusnya juga film jaman kapan itu pak dokter.. " nita berbalik dan duduk menghadap ke arah yoga, dia masih dalam tawanya.     

"Kalau kamu tahu itu jurus di film jadul, brarti kamu juga angkatan jadul! " yoga menanggapi perkataan nita, dia memperhatikan nita yang menertawakannya karena tingkah konyol yang sengaja dia buat hanya di hadapan istrinya itu.     

Nita tertawa dalam anggukan kepalanya, "tapi aku dulu lebih suka saint Seiya pak dokter.. "     

"Hmm,, malah lebih jadul! " yoga menekan hidung nita sambil tertawa kecil. "aku jadi curiga jangan-jangan yang lebih tua itu kamu, cuma kamu bereinkarnasi ke tubuh yang lebih muda.. "     

Dahi nita berkerut dan menjulurkan lidahnya ke arah yoga, "oppa dokter mau bilang aku hantu penasaran yang berusia ratusan tahun, gentayangan karena mencari siapa pembunuhnya dan mencari kekasih di masa depan! "     

Yoga tidak dapat menahan tawanya mendengar apa yang baru saja nita ucapkan, dia lebih cocok menjadi penulis skenario cerita kali ini.     

Setelah beberapa menit tawanya terhenti, nita lalu menyandarkan kepalanya di pundak yoga dan merangkul tangan yoga.     

"Oppa dokter pasti sudah tahu tentang aku hari ini.. " tebak nita, "aku sepertinya tidak perlu lagi menceritakannya "     

Yoga tersenyum, dia mengusap rambut nita dengan lembut. "memang apa yang aku ketahui? kamu hanya menebak-nebak saja "     

"Iya benar " nita tersenyum, dia tidak mau melepaskan tangan yoga dan tetap menyandarkan kepalanya di pundak yoga ketika dia mulai menceritakan semua hal yang membuatnya begitu lelah. Bukan karena kelelahan fisik, tapi kelelahan pikirannya yang membuatnya menjadi merasakan kemarahan dalam hatinya.     

Pada awalnya nita menahan dirinya untuk tidak menceritakan apapun, karena dia bisa menghadapinya. Tapi dia mulai berpikir, jika hanya kelelahan fisik yang dia hadapi, nita dapat menghilangkannya dengan melakukan istirahat. Karena saat ini pikirannyalah yang begitu lelah, dia membutuhkan seseorang untuk berbagi cerita tentang kesedihannya. Dan menurutnya yogalah orang terbaik yang sangat dia percaya.     

"Terkadang manusia itu di uji dengan kedudukan yang diberikan oleh tuhan pada kita.. " yoga memegang pipi nita dengan kedua telapak tangannya, "kita terkadang lupa dari mana asal kita sebelum memiliki kedudukan itu. Seperti hal nya kesenioritasan yang terkadang selalu memandang sebelah mata para juniornya, walaupun tidak semua seperti itu. Tapi begitu banyak orang-orang lama di tempat kerja yang menganggap orang baru adalah ancaman untuk pekerjaan mereka.. "     

Yoga menghapus sekumpulan kecil air mata yang tidak menetes di ujung mata nita. Menempelkan dahinya di dahi milik nita.     

"Itulah alasan kenapa aku menyetujui mutasimu ke ruang bersalin " yoga kembali berkata, "agar kamu bisa belajar dari semuanya, menjadi orang baru, memiliki kedudukan baru itu tidak semudah yang kita pikirkan. Aku hanya mau kamu bisa mengubah semua kebiasaan buruk ditempatmu bekerja dan kamu yang harus merasakannya terlebih dulu. Bagaimana rasanya kembali menjadi orang baru yang tidak semuanya rekan-rekan menyukaimu.. "     

Nita terdiam beberapa detik, mencerna semua ucapan yoga yang membuatnya merubah cara pikirnya saat ini. Dan tersenyum ke arah yoga.     

"Kamu sudah merasa lebih baik? " pertanyaan yoga untuk memastikan perasaan nita.     

Nita menganggukan kepalanya sambil tersenyum dan bernapas lega, "terima kasih mau mendengarkan semua ceritaku yang tidak penting dan kekanak-kanakan "     

"Siapa bilang tidak penting " sanggah yoga, "semua yang kamu ceritakan padaku itu sangat penting untuk aku dengarkan. Aku akan selalu mendengarkan apa yang kamu katakan, bukankah itu tujuan kita menikah mencoba meringankan beban pasangan kita walau hanya mendengarkan.. "     

"Iya, benar " nita menyetujui perkataan yoga yang begitu bijak, "termasuk meringankan beban dengan jurus KAMEHAMEHA andalan oppa dokter! "     

Yoga dan Nita sama-sama tertawa, menertawakan jurus-jurus jadul yang nita ucapkan.     

"Apa kamu mau aku bertindak sekarang, supaya orang-orang yang membicarakanmu di belakang itu diam dan malu? " yoga tiba-tiba membicarakan penawaran pada nita.     

"Maksudnya? " dahi nita berkerut menandakan ketidakpahamannya.     

"Kamu mau aku bantu membuat mereka malu karena sudah membicarakanmu.. " yoga lebih menjelaskan pertanyaannya.     

"Tidak usah " nita tersenyum, "bukannya oppa dokter yang bilang jangan membalas kejahatan orang , suatu hari nanti pun waktu akan memunculkan kebenarannya.. "     

"Terima kasih " sambung nita, dia mendaratkan satu kecupan di bibir yoga dan memandangi yoga begitu lekat dan menggodanya.     

Diberikan tatapan yang begitu menggodanya, yoga tertunduk menyembunyikan tawanya untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya dia berhasil membawa nita terbaring di tempat tidur.     

"Bagaimana kalau aku minta tanda terima kasih dengan tindakan? " yoga yang sudah dalam posisi misionaris menatapi nita.     

Nita tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher yoga, menariknya untuk lebih mendekat pada nita.     

"Tapi jangan pakai jurus jadul yang oppa dokter sebutkan tadi! " cetus nita.     

Seketika yoga tersenyum dengan matanya yang masih tertuju pada nita. Dia mulai mendekatkan bibirnya di bibir nita, memulainya dengan ciuman mesra...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.