cinta dalam jas putih

Jawaban terindah dari tuhan



Jawaban terindah dari tuhan

0Waktu di jam tangan nita menunjukan pukul 4 sore, dia berjalan menyusuri setiap koridor rumah sakit menuju ke pintu gerbang utama.     

Kelelahan terlihat di wajah nita, beberapa helai rambutnya sudah terlihat memberontak keluar dari ikatannya, nita sepertinya tidak sempat merapikan rambutnya karena ingin sesegera mungkin pulang ke rumah.     

"Kamu kusut sekali! " suara yoga muncul dari belakang nita yang sedang berdiri di gerbang utama.     

Suara yoga itu membuat nita meloncat satu langkah dari tempat awalnya karena terkejut, dia mengusap dadanya dan mencoba menormalkan kembali detak jantungnya.     

"Pak dokter,,, aku kaget nih! " mata nita melotot, wajah kesal terlihat begitu jelas padanya. "bukannya pak itor yang harusnya jemput? "     

"Kebetulan sudah selesai operasi, jadi aku sengaja menunggu.. " yoga tersenyum melihat penampilan Nita yang terlihat tidak seperti biasanya, tapi dia tidak akan menanyakannya sekarang karena sepertinya suasana hati istri manjanya itu sedang tidak baik.     

Yoga mendahului langkah nita hanya supaya dia bisa membukakan pintu mobilnya untuk nita.     

"Terima kasih.. " ucap nita.     

Tindakan yoga itu membuat kening nita berkerut dan lalu senyumnya muncul ketika sudah berada di dalam mobil.     

"Bagaimana hari pertama di tempat barumu? " tanya yoga, dengan pandangan dan tangannya yang tetap fokus pada jalan dihadapannya.     

"Baik.. " jawab nita, kali ini dia berusaha memperlihatkan senyuman yang menandakan bahwa dia baik-baik saja. "oppa dokter tidak usah khawatir, mereka semua teman-teman yang paling baik "     

Yoga tersenyum menggelengkan kepalanya, dia tahu nita hanya sedang menutupi rasa kesalnya.     

"Dokter edwin bagaimana? " tanya yoga kembali.     

"Ahh,,dokter edwin baik.. " nita menjawab sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, itu seperti umpatan dalam hatinya.     

"Maksudku, diakan lebih muda dan juga berwajah tampan. Bagaimana menurutmu? " yoga lebih mendetailkan pertanyaannya pada nita.     

'Mau dia keren,,, muda,,, kaya,,, atau sempurna tapi sejutek itu.. " umpat nita dalam hatinya, kesan pertama yang dia dapatkan dari dokter edwin benar-benar sangat tidak menyenangkan.     

"Kenapa malah melamun? " suara yoga mengejutkan nita yang sedang berkata-kata dalam hatinya sendiri.     

Senyuman di wajah nita terlihat dipaksakan, "dia baik,,, tapi aku tidak suka yang baik. Aku lebih suka dokter yoga yang suka marah-marah kalau aku yang menemani dia visite! "     

Yoga tertawa seketika, sekilas dia melihat ke arah nita. "aku tidak apa-apa kalau kamu mau jujur bilang dokter edwin lebih tampan dari aku,,, pasti nanti dia juga suka sama bidan kanita. "     

Nita tertawa malu dan merubah posisi duduknya lebih dekat ke arah yoga.     

"Oppa dokter cemburu ya,,? " pertanyaan nita sedikit memberi yoga candaan.     

"Kenapa cemburu, memang kenyataannya dia pasti nanti dia akan suka sama kamu! " yoga menjawab seraya tertawa kecil.     

"Cemburu kan?? " lagi-lagi Nita memberikan pertanyaan yang sama, "jawab cemburu dong, please.. "     

Yoga semakin dibuat Nita tersudut dengan pertanyaannya, tapi dia sedikit lega karena wanita disampingnya itu sepertinya sudah mendapat sedikit perubahan pada suasana hatinya.     

"Bubu.. " axel memberikan pelukan pada nita yang baru saja turun dari mobil. "bagaimana tempat barunya bu? "     

Nita tersenyum sambil melihat ke arah yoga yang terlihat pura-pura tidak mendengarkan ucapan axel, dia hanya menggosok hidungnya dengan jarinya. Seperti seorang pinokio yang pura-pura tidak dengar apapun.     

"Tentu saja menyenangkan, bubu mendapat lebih banyak teman dan banyak belajar juga " jawab nita dengan memperlihatkan wajah ceria pada Axel, "kamu pasti belum makan karena nunggu bubu pulang ya? "     

"Sudah bu " lalu muncul sosok wanita setengah baya yang sangat nita kenal, mba mumu.     

"Saya juga sudah masak buat ibu dan pak dokter " sambung mba mumu.     

Nita tertawa senang dan seperti mendapatkan sebuah kejutan dengan kehadiran mba mumu di hadapannya.     

"Terima kasih mba mumu " nita mengusap lembut tangan mba Mumu.     

"Sama-sama bu.. "     

Nita berjalan menuju kedalam rumah, dan terduduk di kursi ruang makan. Sebenarnya dia merasa tidak berselera untuk makan, tapi jika dia tidak makan akan membuat yoga dan Axel curiga. Dan lagi nita tidak enak hati membiarkan yoga makan sendirian.     

"Aku ambilkan.. " nita mengambil alih piring yang yoga pegang, dia melayani suaminya itu dengan baik walaupun dalam kondisinya yang sedang kelelahan.     

"Terima kasih " yoga memandangi nita yang sedang melayaninya, walaupun tidak yoga minta. Dia tetap melakukan kewajibannya walaupun di wajahnya terlihat begitu lelah.     

Nita telah membuat yoga terkagum melihat kedewasaan dan kasih sayang yang nita berikan padanya dan Axel yang sangat begitu luar biasa. Dan ini merupakan jawaban terindah dari tuhan yang dia terima menggantikan kegagalannya terdahulu.     

Nita yang baru saja selesai mandi untuk menyegarkan seluruh tubuhnya setelah seharian bekerja menghampiri yoga yang tengah serius membaca sambil terduduk di atas tempat tidur. Dia melihat yoga yang terlihat benar- benar serius membaca sesuatu dari beberapa lembaran kertas yang dipegangnya.     

"Sepertinya aku harus mengucapkan terima kasih beribu-ribu kali sama oppa dokter " ucap nita yang terduduk di samping yoga.     

"Kenapa? " yoga tersenyum, sekilas dia melihat ke arah nita dan kemudian kembali fokus pada bacaannya.     

"Oppa dokter pasti sengaja membawa mba mumu supaya aku tidak kecapean kan? "     

"Kamu terlalu kepedean! " yoga tertawa kecil sambil menekan hidung nita, "siapa bilang aku sengaja membawa mba mumu supaya kamu tidak kecapean.. "     

Wajah nita seketika memerah seperti kepiting rebus, dia memajukan bibirnya dengan matanya yang menyipit.     

"Yang benar itu, supaya mba mumu bisa menjadi teman ngobrol di rumah dan menemanimu nonton drama-drama korea kesukaanmu. " lanjut yoga, "aku dan axel kan laki-laki, jadi tidak cocok jika harus menemanimu nonton drama-drama itu "     

"Wah, jahat sekali jawabannya.. " nita menanggapi ucapan yoga dengan memicingkan matanya, dan tawanya muncul.     

"Kalau kamu tidak sibuk, usahakan membantu mba mumu. " yoga mencubit kecil pipi Nita, "dia juga kan sudah seperti keluarga kita.. "     

"Iya, siap! " nita mengedipkan satu matanya ke arah yoga, "aku beruntung sekali menjadi istri oppa dokter, sudah keren, pintar, baik hati pula. Wanita mana coba yang tidak iri.. "     

Yoga tertawa malu dipuji oleh Nita seperti itu, dia sudah dapat menebak kali ini dia tidak akan fokus pada pekerjaan yang dia baca jika sudah dibanjiri kata-kata pujian oleh wanita cantik disampingnya.     

"Ayah,,, bubu,,, " axel yang muncul dari balik pintu masuk dan kedua tangannya membawa segelas susu yang dia pegang dengan hati-hati agar tidak tumpah. Langkahnya pun terlihat sangat hati-hati.     

Nita beranjak dan segera membantunya untuk mengambil alih memegang segelas susu yang axel pegang.     

"Aku buat susu itu buat bubu.. " ucap axel, dan membisikan sesuatu ke telinga nita "dibantu mba Mumu juga sedikit! "     

Nita tersenyum kaget, dia melihat ke arah yoga yang lagi-lagi berpura-pura tidak mengetahui apapun, karena yang sebenarnya tadi siang ketika yoga menjemput axel dia menceritakan tentang tempat baru Nita bekerja.     

Yoga juga yang sebenarnya merencanakan semua ini bersama putranya, Axel.     

"Kata ayah tempat kerja bubu yang baru itu banyak yang mengeluarkan bayi.. " axel berbicara seolah-olah dia mengetahui bagaimana nita bekerja, "dan bubu membantu mengeluarkan bayi harus berdiri sepanjang hari, dari pagi sampai sore. Jadi supaya tulang bubu kuat aku buatkan susu "     

"Terima kasih ya sayang.. " nita terenyuh pada setiap kata-kata yang Axel ucapkan, di usianya yang baru menginjak di angka delapan, kebaikan di hatinya sudah mulai terlihat. Nita mendaratkan satu ciuman di pipi axel sebagai hadiah.     

"Bubu harus habiskan susunya! " axel berkata sambil menunjukan satu jari telunjuknya ke arah Nita, "susu itu ayah yang belikan tadi siang, ayah bilang susunya bisa membuat aku dapat adik bayi.. "     

Nita yang sedang meminum susu yang axel buatkan hampir saja memuntahkannya kembali, dia segera menutup mulutnya dengan satu tangannya menelannya perlahan. Matanya terlihat melotot ke arah yoga yang terlihat cengengesan.     

"Axel, kemarilah " yoga memanggilnya agar axel tidur di tengah-tengah mereka. "kita tidur bertiga malam ini.. "     

Axel begitu senang, dengan segera dia berlari menuju ke arah tempat tidur.     

"Awas yah! " cetus Nita pelan ke arah yoga.     

Yoga hanya membalas dengan senyuman tenang, dia hanya terlalu senang membuat keluarga kecilnya itu begitu banyak candaan di hari ini.     

"Bubu tidurlah.. " axel lalu duduk menghadap ke arah nita, "apa aku boleh pijit kaki bubu? "     

Nita tersenyum, "baiklah, sebentar saja ya,, kamu kan harus bangun pagi.. jadi tidak boleh tidur terlalu malam "     

"Baik, bu "     

Tangan kecil axel mulai melakukan pijitan di kaki nita, walaupun sebenarnya Nita sama sekali tidak merasakan apapun tapi dia akan menghargai sekecil apapun perhatian dari putra kesayangannya itu.     

"Oppa dokter,,, " panggil nita dengan suara pelan karena axel sudah tertidur disampingnya, "terima kasih untuk hari ini, kalian memang yang terbaik.. "     

"Karena kamu wanita yang baik hati, jadi harus mendapatkan yang terbaik juga " yoga pun mengecilkan volume suaranya.     

Satu tangan yoga memegang tangan nita, dan tersenyum ke arahnya. "kamu tidak mau menceritakan keseruanmu di hari pertama bekerja di tempat barumu? "     

"Aku senang karena bisa bertemu kembali dengan teman lamaku, dan juga.. dokter Edwin yang keren! "     

Yoga tertawa kecil tapi tidak bersuara menganggukan kepalanya.     

"Oppa dokter jangan khawatir aku akan baik-baik saja.. "     

"Ya,, aku memang tidak akan khawatir dengan perlakuan teman-temanmu padamu, karena aku tahu kamu wanita yang kuat.. tapi aku sedikit takut jika tiba-tiba kamu menjadi lebih dekat dengan aditya atau dokter edwin karena jauh dari pengawasanku... "     

Yoga tertawa kecil melihat ke arah nita yang ketika dia berbicara panjang lebar nita tampak sudah tertidur pulas.     

Satu tangannya meraih kening Nita, mengusap lembut rambut-rambutnya yang berjajar rapi di keningnya.     

"Aku yakin jika hari ini kamu tidak menceritakannya padaku, kamu dapat menanganinya sendiri.. " ucap yoga dalam hati, dia tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran yang sebenarnya membiarkan Nita sendirian ketika semua orang memandang dan membicarakan hal yang buruk tentangnya.     

Tapi melihat Nita yang terlihat baik-baik saja membuat yoga yakin wanita disampingnya itu adalah wanita spesial yang dia pilih untuk menemani kisah hidupnya, dan dia tidak akan pernah menyesalinya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.