cinta dalam jas putih

Menghadapi gadis licik



Menghadapi gadis licik

0" Bukan seperti itu melakukan pemeriksaan Leopold " Nita memperlihatkan cara pemeriksaan ibu hamil yang benar pada salah satu kelompok muridnya.     

Nita sengaja membuat mereka berkelompok ketika sesi praktikum.     

Agar mereka dapat dengan cepat dan musah belajar dari teman-teman lain yang terbilang pandai.     

" Aku tidak begitu suka kalau dokter yoga digantikan bidan kanita "     

Nita mendapati satu orang siswi mengomentari kehadirannya sebagai dosen pengganti.     

" Aku sulit mengerti dengan apa yang bidan kanita sampaikan tadi " sambungnya.     

" Terima kasih, bella " Nita menjawab komentar pedas itu dengan senyuman.     

" Bagaimana kalau aku memberikan sedikit pencerahan, karena kamu belum paham benar materi kali ini maka kamu harus membuatkan seluruh rangkuman apa yang tadi sudah dijelaskan dalam bentuk makalah. Dan harus sudah selesai Minggu depan "     

Nita tertawa senang dalam hatinya ketika melihat ekspresi keterkejutannya, dia sangat tahu siswi bernama Bella itu mempunyai sifat yang tidak mudah mengakui kekalahannya.     

Apalagi ketika teman-temannya ikut menertawakan Bella karena akhirnya dia mendapat tugas tersebut.     

" Bella itu mengidolakan dokter yoga banget, Bu " celetuk satu teman Bella yang lain.     

" Karena selama kuliah kita bosan cuma lihat perempuan semua "     

Nita tersenyum dan kepalanya mengangguk membenarkan ucapan teman Bella, hal seperti ini dia pernah rasakan ketika kuliah dulu.     

Sewaktu Nita berkuliah di diploma tiga kebidanan, satu kelas temannya yang semua perempuan ditambah dosen pengajar bidan yang juga perempuan. Ketika ada dokter obgyn yang mengajar di kelasnya berwujud laki-laki walaupun sudah berusia pasti tetap terlihat keren di mata mereka, bahkan sampai memiliki cita-cita ingin menikah dengan seorang dokter.     

" Tapi sayangnya dokter yoga sudah mempunyai istri dan juga putra " Nita melirik ke arah Bella.     

Bella tahu Nita mengatakan itu ditujukan padanya tapi dia seperti seorang artis hebat berpura-pura tidak menghiraukan Nita.     

" Baiklah, sampai jumpa Minggu depan " Nita membereskan semua barang-barang yang dia bawa dan melangkahkan kakinya meninggalkan kelas.     

" Bidan kanita " seseorang memanggil Nita dari arah belakang.     

Nita menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah suara, dia melihat sosok Bella yang berjalan cepat ke arahnya.     

" Apa bidan bekerja di tempat yang sama dengan dokter yoga? "     

" Ya "     

" Bukankah dokter yoga sudah bercerai dengan istrinya? "     

Nita tersenyum kaget mendengar Bella begitu polosnya menanyakan hal tersebut padanya.     

Dia tidak bisa menjelaskan pada Bella bahwa Nita adalah istri dari dokter yoga karena memang banyak orang belum mengetahui pernikahan mereka, dan juga dia merasa dia tidak perlu menjelaskan apapun pada gadis pemberani di hadapannya ini.     

" Kakakku bilang dokter yoga dan istrinya sudah bercerai "     

Nita lagi-lagi dibuat Bella tersenyum dan menggelengkan kepalanya.     

" Jadi benar kamu suka dengan dokter dan memotret dokter yoga diam-diam dikelas? "     

Bella terperanjat dan bola matanya bergerak ke arah samping, menutupi kegugupannya. Yang dapat Nita lihat adalah kepalan kedua tangan Bella yang menandakan gadis cantik itu sedang menyembunyikan rasa cemasnya.     

Nita tersenyum lebih mendekat ke arah Bella tangannya mengusap lembut pundaknya.     

" Jadi benarkan apa yang aku katakan tadi? "     

Bella terdiam sejenak dan beberapa detik kemudian berani menatap wajah nita.     

" Aku akan beritahu siapa istri dokter yoga kalau kamu mau berjanji sesuatu "     

Nita mulai memberikan tawaran yang dia pikirkan Bella pasti akan menerimanya, dan Bella masih memiliki sifat yang sama dalam mimpi Nita dan dalam kenyataan hari ini.     

Sama menyukai yoga dan memiliki tekad kuat untuk mendekatinya dengan cara apapun.     

" Kamu mau aku berjanji apa? " Bella tidak lantas menerima tawaran Nita.     

Nita tertawa kecil menanggapi ketidak sopanan Bella.     

" Ikuti kelasku dengan baik dan tidak ada komentar-komentar aneh ketika aku mengajar nanti "     

Bella tersenyum ternyata itu hanyalah tawaran yang mudah " baiklah aku janji "     

Nita manganggukan kepalanya dan tersenyum.     

" Jika kamu melanggar, aku pastikan kamu akan mengulang dan tidak lulus di materi obstetri patologi "     

Bella mengernyit " mana bisa seperti itu, ujian kan tidak berdasarkan masalah pribadi. Tapi nilai yang kita peroleh saat ujian "     

" Tapi aku dosennya disini "     

Nita lagi-lagi tersenyum, dia mengakui keberanian Bella dalam berpendapat.     

" Bella dengar, kamu harus tahu inti dari pendidikan yang kamu ambil saat ini. Mendapatkan nilai bagus yang tertera dalam ijasah itu adalah hal yang mudah, bahkan orang yang tidak jujur saja bisa mendapat nilai bagus dengan menyontek "     

Nita mengambil beberapa Hela napas sebelum melanjutkan kata-katanya, dia menatapi Bella serius.     

" Menjadi seorang bidan itu yang orang banyak lihat dari kita adalah attitude, sikap kita. Jika saat ini kamu masih belum bisa merubah sikapmu, lebih baik kamu berhenti untuk bercita-cita menjadi seorang bidan "     

Dan kali ini Nita memegang satu tangan Bella yang masih terlihat mengepal, selain karena cemas ternyata kata-kata dari Nita seperti pukulan keras pada dirinya.     

" Menjadi bidan itu bukan perihal kamu berani mengambil tindakan saja, tapi lebih ke bagaimana kita mengambil hati semua pasien kita agar mereka percaya kita akan menolong mereka bukan mencelakai mereka "     

" Kamu pilih merubah sikapmu atau kamu tidak akan lulus? "     

" Baiklah, aku janji " diceramahi Nita seperti itu membuat kedua telinga Bella memerah dan panas.     

" Bagus, aku akan observasi sikapmu sampai Minggu depan "     

Nita merasa senang akhirnya dia bisa mengendalikan Bella, walaupun dia tahu gadis cantik itu tidak akan benar-benar memegang janjinya. Tapi setidaknya dia bisa mencegah Bella melakukan tindakan yang tidak terpuji pada yoga seperti dalam mimpinya dulu.     

" Bukankah kamu akan memberitahu aku siapa istri dokter yoga "     

Suara Bella begitu pelan tapi Nita dapat mendengarnya.     

" Baiklah, aku beritahu "     

Nita tersenyum begitu mendapati Bella menatapnya begitu serius, dia begitu sangat antusias untuk mengetahui siapa pemilik dari dokter idolanya itu.     

" Istri dokter yoga itu, aku "     

Mulut Bella menganga tidak percaya ketika mendengar pernyataan dari Nita.     

Bella tertawa dalam ketidak percayaannya     

" Kamu pasti bohong kan? "     

Nita tersenyum memperlihatkan kelima jarinya, dimana terdapat satu cincin pernikahan di jari manisnya.     

" Tapi itu kan bisa saja dengan orang lain bukan dengan dokter yoga "     

" Aku tidak akan memaksamu untuk percaya, tapi yang pasti aku tidak pernah berkata bohong "     

Nita lalu melangkahkan kakinya berniat meninggalkan Bella, dan tentu saja bukan Bella jika dia membiarkan Nita pergi begitu saja. Dia berjalan terlebih dulu dan menghadang langkah Nita.     

" Tapi bukankah kamu, wanita yang dekat dengan kak Adit? "     

Dahi Nita berkerut keanehan " apa maksudnya? "     

" Aku lihat foto kamu di kamar kak Adit, dan itu menjadi alasan aku bersikap tidak sopan tadi, aku cuma ingin memastikan bahwa wanita yang disukai kak Adit memang baik "     

" Tapi aku tidak ada hubungan apapun dengan kakakmu "     

Nita melihat ke arah jam di tangannya dan tersenyum ke arah Bella.     

" Kamu tanyakan saja pada kakakmu, dia pasti tahu apakah aku benar atau berbohong "     

Nita bergegas meninggalkan Bella yang sepertinya masih tidak percaya dengan apa yang dia katakan.     

Tapi Nita sedang tidak ingin menjelaskan apapun tentang fotonya yang Bella lihat di kamar kakaknya itu. Karena Nita pun tidak pernah tahu hal itu, dan itu membuat Nita sedikit merasakan ketakutan jika dia ingat.     

" Bagaimana kesan mengajar untuk pertama kali "     

Yoga lagi-lagi mengejutkan Nita dengan memeluk Nita dari belakang begitu melihatnya keluar dari kamar Axel malam ini.     

" Pak dokter, aku kaget ini "     

Nita memukul kecil tangan yoga yang melingkar di pinggang rampingnya .     

" Hari ini pulang lebih lambat dari hari biasanya, sibuk sekali ya pak? "     

Pertanyaan Nita itu membuat yoga tertawa kecil dan semakin mempererat pelukannya.     

" Aku sibuk mengurusi wanita-wanita cantik dan muda di tempat kerjaku "     

" Owh, pantas saja dia senang diam begitu lama di tempat kerjanya " Nita menanggapi ucapan yoga dengan senyuman dan anggukan kepalanya.     

" Mahasiswi kebidanan saja sampai ada yang tergila-gila dan terpesona pada oppa dokter yang keren "     

Yoga tertawa kecil dan melingkarkan tangannya di leher nita.     

" Tapi aku senang ternyata istri cantikku ini mau mengakuiku sebagai suaminya dihadapan gadis itu "     

" Aku akan melakukannya sekarang dan nanti, aku akan melakukan tindakan pada wanita-wanita yang berani merayu dan mendekati oppa dokterku "     

Untuk beberapa detik mata mereka saling memandang dan kali ini Nita yang memulai mendekatkan bibirnya untuk memberikan satu ciuman dan tentu saja yoga menerimanya dengan sangat senang hati.     

" Tunggu dulu " Nita lagi-lagi menghentikan adegan mesra mereka dan seperti memikirkan sesuatu.     

" Darimana oppa dokter tahu aku bilang pada Bella kalau aku istri oppa dokter? "     

Yoga tersenyum kaku dia terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

Nita melihat gelagat aneh dari suaminya itu.     

" Oppa dokter pasti ada disana kan selama aku mengajar? "     

Yoga masih belum menjawab pertanyaan Nita.     

" Ohh,,aku tahu kenapa oppa dokter pulang semalam ini, pasti karena tadi siang itu ada yang menunggu dan mengawasi aku? dan dia menunda pekerjaannya "     

" Iya baiklah, aku mengaku " yoga akhirnya membenarkan semua perkataan Nita.     

" Jujur aku mencemaskan istriku yang sedang mencoba profesi barunya tadi, jadi aku sengaja menunggu istri terbaik aku ini mengamalkan ilmunya "     

Dan jawaban yoga sesuai dengan yang ada di dalam pikirannya.     

" Ya ampun oppa dokter manis sekali "     

Nita berinisiatif memberikan pelukan pada yoga dan mendaratkan satu ciuman di pipinya sebagai hadiah dari rasa terima kasihnya karena mencemaskannya.     

" Aku suka kata-katamu tadi " puji yoga.     

" Sepertinya semua orang harus belajar padamu, mengingatkan bahwa ada yang lebih berharga dari sebuah nilai yang tertera dalam ijasah, yaitu kecerdasan emosi dan sopan santun "     

Dipuji seperti itu membuat Nita tertawa malu dan wajahnya memerah.     

" Tapi pujianku ini tidak gratis ya,,"     

" Pak dokter!!! "     

Nita begitu reflek melayangkan cubitan kecilnya di tangan yoga, kesal karena setiap kata-kata manis yang keluar dari mulutnya itu harus mendapatkan imbalan dari Nita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.