cinta dalam jas putih

Menunjukan kemampuan tersembunyi



Menunjukan kemampuan tersembunyi

0Yoga melihat Nita yang terlihat aneh ketika dari awal masuk ke dalam mobil.     

Dia hanya terdiam dan gelisah, terlihat dari kedua tangan Nita yang bergetar dan memegang begitu kuat tas yang ada di atas pangkuannya.     

" Kamu sakit? " yoga memegang tangan Nita yang begitu dingin, dan lalu berganti mengusap kening Nita.     

" Aku tidak apa-apa " Nita tersenyum kaku.     

" Kita berangkat saja sekarang " sambung Nita.     

Yoga semakin menatap begitu lekat wajah Nita, dia sedang berusaha menyembunyikan sesuatu darinya dengan tidak melihat yoga yang sedari tadi memperhatikannya.     

" Pak dokter mau apa? "     

Nita terkejut melihat yoga yang tiba-tiba mendekat padanya, dan sangat begitu dekat.     

" Tadi kamu bilang kita harus berangkat sekarang " yoga tersenyum memandangi Nita yang terkejut, padahal dia hanya akan memakaikan sabuk pengaman pada Nita.     

" Pak dokter pasti sengaja membuat aku terkejut kan? " nada bicara Nita sedikit tinggi, dia tampak menarik napasnya begitu dalam beberapa menit kemudian.     

Yoga hanya menanggapi kekesalan Nita dengan tawa kecilnya.     

" Memangnya tadi itu apa yang kamu dan Aditya bicarakan sampai membuat kamu tidak fokus seperti itu? "     

" Pak dokter tahu? "     

Dan kali ini Nita sudah berani melihat wajah suaminya itu.     

" Aku lihat tadi, tapi aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan "     

Yoga mencoba menghadapi Nita dengan penuh rasa sabar, sebenarnya dia memiliki sedikit rasa cemburu ketika melihat mereka bertemu tadi.     

Akan tetapi dia tidak dapat berbuat apapun karena mereka bekerja di satu wilayah, pasti suatu saat mereka akan bertemu atau bahkan lebih sering bertegur sapa.     

" Lupakan saja " yoga tersenyum menanggapi semua yang Nita ceritakan dan memegang satu tangan Nita, memberikan Nita kekuatan dan kepercayaannya.     

" Aku lebih percaya kata-katamu " sambung yoga.     

" Aku jadi curiga, hari ini pak dokter baik sekali padaku "     

Nita melihat ke arah yoga dengan tatapan aneh.     

Yoga tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya.     

" Kan tadi aku sudah bilang di poliklinik "     

Dahi Nita berkerut dan mencoba mengingat kembali apa yang tadi yoga katakan.     

Yoga mengusap dagunya sendiri dengan satu tangannya dengan lirikan nakal ke arah Nita.     

" Jangan melihatku seperti itu! " cetus Nita dengan wajah memerah, dia baru ingat tentang apa yang yoga katakan tadi di poliklinik, yoga ingin berdua saja dengan Nita sebelum menjemput Axel di sekolahnya.     

Salah tingkah pada Nita membuat yoga tidak bisa menahan tawanya, dia sangat menyukainya. Melihat wajah yang memerah, mata yang membulat dan semua yang Nita lakukan membuatnya menjadi seperti satu keharusan baginya untuk selalu membuat wanita itu kesal.     

" Kita langsung saja " yoga menarik tangan Nita sesampainya di rumah.     

Dalam langkahnya yang sedikit terseret-seret wajah Nita semakin memerah, dia merasakan detak jantungnya pun dua kali lebih cepat dari biasanya.     

" Pak dokter kita mau kemana? "     

" Lebih baik kita ke ruang kerja saja " jawab yoga, segera membuka pintu ruang kerjanya dan membawa Nita masuk ke dalam bersamanya .     

" Kenapa harus di ruang kerja? "     

" Ya memang aku maunya disini " jawab yoga membawa Nita untuk duduk di kursi dan yoga berdiri di sampingnya.     

Nita merubah pandangannya ke arah dimana yoga berdiri.     

Dia terkejut ketika tiba-tiba wajah yoga begitu sangat dekat dengannya, dia duduk tepat di belakang Nita.     

" Kamu pelajari ini "     

" Pelajari? " mata Nita menyipit masih dalam tatapannya pada wajah tampan yoga.     

Yoga tersenyum, menyimpan kelima jarinya di dagu Nita.     

" Lihatnya ke arah laptop Bu bidan, bukan padaku "     

" Laptop " Nita kemudian mengganti pandangannya yang semula sangat begitu indah menatap wajah yoga berpindah ke arah laptop yang sudah menyala tepat di depannya.     

" Persalinan dengan letak sungsang " Nita membaca sekilas judul yang berada di layar komputer.     

" Maksudnya? " tanya Nita belum mengerti.     

" Kamu pelajari ini supaya lusa ketika menggantikan aku mengajar kamu sudah menguasai materinya "     

" Materi untuk mengajar? " suara dalam hati Nita.     

" Jadi ini yang pak dokter sebut memanfaatkan waktu kita berdua " Nita bicara pelan, dan beberapa detik kemudian tawanya pecah.     

Dia menertawakan dirinya sendiri, karena tadi itu dia sempat berpikiran hal-hal yang aneh. Hal yang sedikit agak dewasa dan nakal. Nita begitu malu pada dirinya karena ternyata kali ini dialah yang berharap yoga melakukan hal-hal romantis padanya seperti dalam mimpinya dulu.     

" Kenapa tertawa? " yoga mengerutkan dahinya melihat Nita yang tiba-tiba tertawa begitu lepas, ini pertama kalinya dia melihat wanita disampingnya itu tertawa begitu indahnya.     

" Tidak ada apa-apa " Nita mencoba mengontrol tawanya, dia harus menyembunyikan rasa malunya itu agar yoga tidak mengetahui rahasia apa yang ada di dalam pikirannya tadi.     

" Pak dokter mau aku mempelajari yang mana? "     

Nita kembali melihat ke arah layar komputer milik yoga.     

" Semua yang aku buat ini aku siapkan untuk kamu " yoga bicara pada Nita dengan kedua tangannya yang sibuk membuka file-file yang tersimpan di komputernya .     

" Aku sudah persiapkan semua, kamu harus terlebih dulu mempunyai pengalaman mengajar supaya ketika kamu sudah siap menjadi kepala ruangan kamu memang benar-benar sudah siap dalam berkomunikasi dengan staf lain "     

Senyum yang semula ada di wajah Nita perlahan menghilang, dia melihat begitu serius yoga setelah mendengar ucapan terakhir yoga padanya. Nita belum bisa mengomentari apa yang diinginkan yoga saat ini.     

" Aku melihat seseorang dari kemampuannya, bukan karena kamu istriku alasan aku merencanakan pengajuan ini "     

" Pak dokter mau aku jadi kepala ruangan dimana? "     

" Tentu saja ruang bersalin "     

" Jangan bercanda deh pak dokter, terus nanti bidan eliya mau menjabat dimana? "     

Yoga tersenyum memencet lembut hidung Nita " kamu pasti belum tahu, bidan eliya sedang sakit, dia mengajukan pensiun dini karena penyakit serosis yg diidapnya, dia sudah begitu lemah "     

" Kenapa pak dokter tidak bilang padaku dari awal? "     

Nita tidak percaya mendengar ucapan yoga, ibu kepala yang dulu sudah dia anggap sebagai ibu keduanya tengah terbaring sakit dan dia baru mengetahuinya sekarang.     

" Nanti kita sama-sama menjenguk bidan eliya " yoga kembali memfokuskan pandangannya pada layar komputer, dia menginstruksikan Nita untuk kembali fokus pada pembicaraan awal mereka.     

" Untuk sekarang kamu harus belajar bagaimana caranya memimpin, dengan mengajar di sekolah kebidanan tempat aku mengajar " sambung yoga.     

" Aku mau kamu belajar bicara di depan orang banyak, dan belajar ilmu-ilmu baru "     

Nita tidak begitu serius mendengarkan apa yang yoga perintahkan.     

Lengkungan bibir membentuk senyuman di wajah Nita muncul, menyaksikan yoga yang bicara formal di hadapannya. Dia begitu berwibawa, dan kata-katanya begitu tegas.     

Muncul satu rasa kagum dalam diri Nita pada laki-laki yang berada di sampingnya itu, dia terlihat jauh sangat keren ketika bicara seperti ini dibandingkan saat dia mengeluarkan kata-kata rayuan padanya.     

" Lihat ke arah layar komputernya Bu bidan "     

Yoga membuyarkan lamunan Nita, membuat Nita seketika tertawa dan menatap lekat yoga.     

" Kenapa pak dokter mau aku yang menjadi kepala ruang bersalin? seniorku kan masih banyak, sepertinya mereka lebih layak "     

" Kamu jangan kepedean dulu yah " yoga tersenyum.     

" Aku hanya memberikan tiga nama calon yang layak menjadi kepala ruang bersalin, bukan berarti kamu bisa langsung menjadi kepala ruangan. Kamu harus bersaing dulu dengan para seniormu "     

" Dan karena aku mencalonkan namamu, kamu harus berusaha dan melakukan yang terbaik. Jangan membuat aku malu "     

Yoga memberi cubitan kecil di pipi Nita.     

" Aku pikir aku bisa melakukan nepotisme karena kamu suamiku " Nita tertawa kecil.     

" Aku sangat percaya dengan kemampuanmu, dan yakin kamu bisa mencapainya "     

Nita tersenyum menganggukan kepalanya, matanya melirik ke arah yoga yang sedang memperhatikannya.     

" Jangan melihatku seperti itu, nanti aku benar-benar akan memakanmu disini " yoga mulai bicara di luar jalur awal yang mereka bicarakan .     

" Pak dokter tidak boleh melakukannya, tadi itu kan pak dokter bilang aku harus menggunakan kemampuanku bukan dengan merayu walaupun dia itu suamiku "     

Yoga tidak dapat menahan tawanya, dia merasa kali ini Nita sedang menggodanya.     

Tatapan mata indahnya pasti akan membuat yoga terpesona, ditambah kata-kata nakalnya.     

" Lebih baik aku jemput Axel saja " yoga mendaratkan satu ciuman di pipi Nita.     

" Aku takut kalau berdua dengan istriku ini terlalu lama aku tidak bisa menahan serangan nakalnya "     

Nita tertawa kecil dan menjulurkan lidahnya, dia senang mendengar yoga mengakui kekalahannya.     

" Tapi sepertinya kamu bisa merayuku nanti malam supaya aku memberikanmu poin lebih di rapat manajemen nanti " yoga berbisik di telinga Nita.     

Kata-kata yoga itu membuat wajah Nita seketika memerah kembali, dia hendak melayangkan tangannya untuk memukul yoga karena membuatnya malu, akan tetapi yoga begitu cepat melesat dari hadapannya dan menghilang dari pandangannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.