cinta dalam jas putih

Istri, teman, asisten pribadi



Istri, teman, asisten pribadi

0" Tumbenan gak ditemenin pak dokter " ledek Edna siang ini pada Nita.     

Dia melihat sahabatnya itu sendirian membereskan file- file pasien yang telah selesai dilakukan pemeriksaan.     

" Dokter yoga kan ada rapat " Nita tersenyum lalu menjulurkan lidahnya ke arah Edna, sekarang ini pasti dia akan menjadi bahan ledekan sahabatnya itu.     

" Kamu tenang saja, setelah keguguran banyak yang langsung cepat hamil " hibur Edna.     

" Iya bidan Edna yang paling baik "     

Nita lagi-lagi tersenyum, dia sedang berpikir apakah memang dia sudah siap untuk hamil kembali saat ini, karena telah mengalami hal yang menyedihkan bukan berarti dia harus selalu larut dalam kesedihan itu dan menjadikannya satu trauma dalam kehidupannya. Nita masih memiliki semangat besar menghadapi kehidupannya kedepan.     

Satu tangan Edna menyikut Nita yang sedang memikirkan sesuatu.     

" Rombongan wanita cantik datang " bisik Edna.     

Pandangan Nita beralih ke arah ujung pintu poliklinik, terlihat yoga yang berjalan masuk ke dalam ruangan diikuti empat mahasiswi kedokteran dan salah satu diantaranya syila yang berada disamping yoga.     

Nita tersenyum ke arah dimana yoga dan koas bimbingannya yang berjalan menuju ruangan pemeriksaan.     

" Marah atu neng " Edna berkata pelan pada nita, dia tidak suka dengan ekspresi senyuman di wajah Nita ketika melihat dokter dan keempat mahasiswi kedokteran yang begitu cantik-cantik     

" Cemberut kek, jutek ato apalah yang memperlihatkan kamu sedang cemburu " sambung Edna.     

Nita tertawa kecil dan mencubit pipi Edna " ini yang jadi istrinya aku ato kamu sih? dokter yoga yang tebar pesona sama anak bimbingannya lha kamu yang kebakaran jenggot "     

" Kamu itu sebenernya beneran cinta gak sih sama dokter yoga? "     

Nita menjawab pertanyaan Edna dengan senyuman.     

" Eh, neng denger yah. Kamu harus menghilangkan kebiasaanmu yang dingin itu, asal kamu tahu yah laki-laki juga sama seperti perempuan suka sama yang perhatian, termasuk yang cemburuan juga. Cemburu itu tandanya sayang "     

Nita tertawa kecil " orang kepo kayak kamu itu cuma perlu di tanggapin sama senyuman aja "     

" Masa aku harus bikin pengumuman ke semua orang kalau aku cinta sama dokter yoga " sambung Nita " itukan rahasia, biar aku sama dokter yoga saja yang tahu "     

Edna tertawa kecil " Tahu deh, biasanya yang cuek di depan kayak kamu ini berbeda kalau sedang berdua. Kamu pasti lebih agresif ya? ato kamu sering nangis-nangis di kamar mandi sendirian karena terlalu cemburu lihat dokter yoga yang tiap hari ada saja wanita cantik disampingnya "     

Dahi Nita berkerut, dia tidak dapat menahan tawanya dengan spekulasi Edna terhadapnya.     

" Nah orang seperti ini nih yang bikin rumah sakit kita tidak berkembang " Nita menanggapi ucapan Edna dengan sedikit candaan.     

" Senang menduga-duga orang lain tanpa melihat buktinya "     

Edna terkekeh " kalah deh aku kalau bicara sama calon kepala ruangan begini deh jadinya, terlalu wibawa "     

" Amin,,,aku anggap itu sebagai doa " Nita tersenyum sambil mengedipkan satu matanya ke arah Edna. Dia akan menerima semua kata-kata baik yang dia dengar.     

" Maaf, dokter yoga bilang untuk memanggilkan bidan Kanita " tiba-tiba muncul satu sosok mahasiswi cantik yang seingat Nita bersama dengan yoga di dalam ruangannya.     

" Saya Kanita "     

" Dokter yoga bilang untuk segera masuk ke dalam ruangannya "     

Nita dan Edna saling bertatapan keanehan, karena tiba-tiba dia memanggil Nita untuk masuk ke dalam ruangannya.     

" Dokter yoga mau apa kira-kira? " bisik Edna     

Nita berpikir sejenak " sepertinya dia mau aku untuk membawakan mereka makanan atau minuman "     

" Nita!! " Edna memukul kecil tangan Nita yang tidak pernah serius menjawab semua pertanyaannya.     

" Memangnya kamu asisten rumah tangganya! "     

Nita berjalan pelan menuju ke dalam ruangan yoga, sebenarnya dia tidak tahu apa maksud yoga memanggilnya. Dia hanya merasa gugup harus berada di tengah-tengah para mahasiswi kedokteran yang terlihat cantik dan jika dilihat dari usia mereka tentunya lebih muda dari Nita.     

Dalam pikirannya terlintas, bahwa yoga memanggilnya memang seperti apa yang dikatakannya tadi meminta tolong kepada Nita untuk membawakan mereka minuman atau makanan, dan jika itu benar terjadi dia sudah memikirkan balasan apa yang dia buat.     

" Baiklah ini bidan Kanita " yoga berdiri di samping Nita, satu tangannya meraih pundak Nita.     

Nita melirik ke arah yoga memicingkan matanya dengan diikuti senyum keterpaksaannya.     

" Dia bidan yang sudah saya percaya dan saya tahu betul sejak dulu, dia pintar untuk tindakan fisiologis kebidanan. Mulai besok jika saya sedang ada operasi, rapat, atau pelatihan kalian tanyakan saja apa yang kalian tidak mengerti pada bidan Kanita "     

" Pak dokter " Nada suara Nita geram, matanya menangkap begitu tajam yoga, seperti seekor elang yang sedang mengawasi mangsanya.     

Yoga tidak bergeming, dia hanya melemparkan senyuman mautnya pada Nita.     

" Kalian jangan melihat pada tingkat pendidikan bidan Kanita, pengalaman tindakannya lebih hebat bahkan bisa dikatakan lebih hebat dari saya sendiri "     

" Kamu tunggu saja aku akan membalasnya nanti di rumah! " Geraman Nita dalam hatinya, dia merasa yoga sengaja ingin mempermalukan dihadapan mahasiswi kesayangannya itu, syila.     

" Dia ini, asisten yang sangat saya percaya, teman yang jadi pendengar terbaik,,, " yoga masih melanjutkan kata-katanya, dan kali ini dia memandangi wajah Nita yang terlihat memalingkan pandangannya ke arah lain.     

" Dan juga seorang istri sekaligus ibu terbaik dirumah " sambung yoga     

Kata-kata terakhirnya seketika membuat ruangan yang awalnya begitu hening menjadi riuh, sepertinya para mahasiswi itu terkejut mendengar yoga yang memperkenalkan Nita sebagai istrinya.     

Nita pun begitu terkejut dengan pengakuan yoga di hadapan mahasiswi kedokteran yang dia bimbing. Kedua alisnya terangkat, matanya kini bertemu dengan kedua mata yoga yang sedari tadi terus memperhatikan Nita.     

Yoga menanggapi tatapan Nita yang seolah-olah menanyakan alasan dia melakukan hal tersebut. Dia melihat wajah Nita yang seketika memerah.     

" Dokter dan bidan kanita serasi sekali " salah satu mahasiswinya mengomentari.     

" Terima kasih " jawab yoga.     

" Sudah selesaikah? " tanya Nita pelan tanpa melihat ke arah yoga, di wajahnya masih terlihat senyuman kakunya. Bagaimanapun juga yoga sudah terlanjur memperkenalkannya sebagai istri pada semua mahasiswi bimbingannya jadi Nita harus bersikap baik dihadapan mereka.     

Nita melihat tatapan syila yang sepertinya memperlihatkan ekspresi yang berbeda dengan teman-temannya yang lain.     

" Kamu mau kemana? " yoga mengagetkan Nita yang terlihat sedang memasukan barang-barangnya ke dalam tasnya.     

" Ini kan jam makan siang, aku akan ke kantin dengan Edna "     

" Tidak perlu ke kantin " yoga berdiri tepat di depan Nita " poliklinik kan sudah selesai, lebih baik pulang atau kita jemput Axel saja "     

" Masih dua jam lagi Axel pulang dari sekolahnya, pak dokter " Nita menyilangkan kedua tangannya " Aku harus tunggu Axel di sekolahnya selama dua jam? "     

" Pak dokter kenapa hari ini? " tanya Nita lagi     

Yoga jadi tersenyum melihat Nita yang marah padanya karena dia melarangnya untuk pergi ke kantin yang berada di rumah sakit.     

" Kalau begitu kita pulang saja, aku akan mengantar istriku tercinta "     

" Aku bolehkan memanfaatkan waktu dua jam kamu yang kosong sebelum menjemput Axel ke sekolah, apa kamu tidak merindukan pak doktermu ini? " yoga sengaja mengatakan hal itu begitu pelan, agar hanya Nita yang bisa mendengarnya.     

Dia lalu mendaratkan satu ciuman di pipi Nita secepat kilat.     

" Kamu tunggu aku di depan ya sayang "     

Nita dibuat terkejut kembali oleh tindakan aneh yoga kali ini, wajahnya terasa panas, jantungnya berdetak sangat kencang. Beberapa menit kemudian dia tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.     

Sepertinya dia harus membawa yoga untuk dilakukan medical check up karena tingkah anehnya, mungkin tadi pagi itu pak dokter kesayangannya itu terbentur sesuatu. Dalam langkahnya Nita masih tersenyum sendiri mengingat kejadian beberapa menit yang lalu sampai tidak melihat sesuatu didepannya dan menabraknya.     

" Maaf " Nita segera melihat seseorang yang di tabraknya itu.     

Dia melihat sosok Aditya yang ditabraknya berdiri dan tersenyum ke arah Nita.     

" Tidak apa-apa "     

Dia masih mengawasi nita dengan tatapannya     

" Apa kabar bidan kanita? "     

" Baik, pak "     

" Senang bisa melihatmu kembali bekerja "     

Nita tersenyum kaku " terima kasih, pak "     

Dia memutarkan pandangannya keseluruh penjuru jalan, berharap yoga cepat muncul dan membawanya pergi, dia sedang tidak ingin berbicara panjang lebar dengan Aditya yang menjadi wakil direktur ditempatnya bekerja .     

" Kamu tahu, sampai saat ini aku masih terus mengagumimu " dengan tiba-tiba Aditya mengatakan sesuatu begitu pelan tetapi Nita masih dapat mendengarnya.     

Seketika wajah Nita memucat dan sulit untuk mengeluarkan kata-kata dari bibirnya, dia seperti sedang mendapat ancaman yang membuatnya dalam sekejap merasakan kekhawatiran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.