cinta dalam jas putih

Awal Kejutan



Awal Kejutan

0Nita dan Axel masih tertidur di tempat tidur yang sama, dia masih menatapi wajah mungil dan tampan milik Axel.     

Axel masih terus memandang wajah bubu kesayangannya itu, dan begitupun dengan Nita.     

" Kalau aku sudah menjadi besar dan tinggi, aku yang akan melindungi bubu jika ayah dan ibu membuat bubu sakit lagi "     

Nita tersenyum dan mengusap lembut rambut putra kesayangannya itu.     

" Axel, dengar ya "     

Nita sedikit memutar pikirannya untuk mengucapkan kata-kata seperti apa yang tepat dia bicarakan pada Axel.     

" Ayah dan ibu waktu itu mungkin bukan bertengkar karena membenci bubu, mungkin ada sesuatu hal yang membuat mereka marah dan anak-anak seusiamu pasti belum mengerti "     

" Kamu tahu kan menjadi orang dewasa itu sangat sulit, ada banyak hal membuat mereka pusing dan itu alasan mengapa orang dewasa lebih suka marah-marah "     

" Aku tidak mengerti, Bu " Axel menanggapi ucapan Nita " apa karena mereka sudah tidak suka bermain di taman dengan teman-teman mereka, makanya mereka sering marah-marah? "     

Ini membuat Nita menarik napasnya lebih dalam dan mulai memikirkan kembali trik seperti apa yang memang sesuai dengan anak kelas satu sekolah dasar.     

" Begini saja, kamu anggap saja apa yang kamu lihat waktu itu seperti sedang bermain drama, bagaimana? "     

Axel tertawa kecil " Bubu lucu, orang bertengkar malah disebut main drama "     

Nita membawa Axel dalam pelukannya dan mencium rambut axel.     

" Bubu tidak marah pada ayah dan ibu? " pertanyaan Axel ini membuat Nita terdiam untuk beberapa waktu " teman-temanku selalu bilang jika mereka sudah bertengkar mereka selalu sakit hati, apa bubu juga merasakan sakit hati? "     

Seketika Nita tertawa kecil, dia baru menyadari perbedaan ketika dulu masa kecilnya dengan Axel sekarang, sangat berbanding terbalik.     

" Sakit hati bisa sembuh, kok. Axel tidak usah khawatir bubu akan baik-baik saja " akhirnya Nita menjawab pertanyaan Axel.     

Karena memang alasan dia bertahan adalah Axel, dia akan sangat rela merasakan sakit hati sehebat apapun hanya untuk bisa merawat Axel. Malaikat kecil kesayangannya walaupun dia tidak terlahir dari rahimnya.     

" Dan sakit hati bubu bisa sembuh ketika bersama Axel " sambung Nita.     

" Kalau begitu aku akan terus bersama bubu supaya bubu tidak pernah sakit hati lagi, dan aku yang akan melindungi bubu "     

Nita tertawa kecil dan memeluk erat axel, memberikan ciuman yang bertubi-tubi di kepala Axel.     

" Tidurlah, besok kita harus bangun pagi "     

Axel mengangguk setuju " Tapi bubu mau kemana harus bangun pagi? "     

Nita tersenyum " besok kita buat kejutan untuk ayahmu "     

Terdengar tawa Axel " ayah pasti tidak akan suka "     

" Kenapa kamu tahu ayahmu tidak akan suka?"     

Axel berbisik ke telinga Nita " beberapa hari yang lalu ketika bubu di rumah sakit, ayah menjemput aku ke sekolah dan di mobilnya ada wanita cantik sekali, rambutnya panjang, dia sama seperti ayah memakai baju putih "     

" Begitu ya,,," Nita tersenyum menanggapi laporan Axel, dia berpura-pura untuk biasa saja di hadapan putranya itu.     

Tapi di dalam hatinya, sudah ada letupan-letupan kecil yang sedang dia kendalikan agar tidak menjadi lebih besar.     

Malam ini Nita melihat yoga yang baru tiba dirumah karena tadi harus melakukan operasi cito, dia mendapati kelelahan di wajah yoga yang terduduk di sofa.     

" Oppa dokter sudah makan? " Nita terduduk di samping yoga.     

" Belum "     

" Kita makan sama-sama ya,," Nita beranjak dari duduknya dan menarik tangan yoga agar ikut dengannya ke ruang makan.     

Nita mengambilkan satu gelas air putih untuk yoga ketika suaminya itu sedang menyantap makanan yang dia siapkan.     

" Kamu tidak makan? " tanya yoga melihat Nita yang duduk di samping dan hanya memandanginya.     

" Aku sudah makan dengan Axel tadi " Nita menjawab dengan senyuman " aku temani oppa dokter saja, untuk memastikan bahwa dia makan setelah lelah bekerja "     

Nita mengurungkan niatnya membicarakan apa yang Axel katakan tadi, karena itu akan merusak semua selera makan suaminya. Dan dia akan merasa sangat berdosa.     

Yoga tertawa kecil sambil melanjutkan kembali menyantap makanannya, dia sedikit risih dengan tatapan Nita yang aneh. Dalam pikirannya terlintas satu pertanyaan, apa yang Axel katakan pada bubu kesayangannya itu.     

" Apa ada yang ingin kamu bicarakan? " tanya yoga ketika telah selesai makan.     

Nita tersenyum kaget " nanti saja setelah oppa dokter mandi, bukan hal yang penting juga "     

Nita beranjak membereskan meja makan, dan meninggalkan yoga.     

Tangannya dengan sigap mencuci semua piring-piring kotor yang dipegangnya, namun pikirannya sedikit terbang ke suatu tempat.     

Tempat dimana tadi dia dan Axel bicara, terlalu naif jika dia begitu percaya semua kata-kata Axel padanya. Tapi dia sangat tahu Axel, yang tidak akan pernah berbohong padanya.     

" Apa yang mau kamu bicarakan? " yoga yang telah selesai mandi menghampiri Nita yang terbaring di tempat tidur dan membelakanginya.     

Dia tahu Nita pasti belum benar-benar tidur.     

Nita membuka matanya, dia tidak merubah posisinya, masih membelakangi yoga.     

" Katakan saja " yoga memastikan kembali pada Nita yang masih terdiam.     

Nita terbangun dari tidurnya dan duduk di samping yoga di tempat tidur yang sama.     

" Apa oppa dokter tahu kalau Axel melihat kalian bertengkar? " Nita langsung membicarakan pada intinya.     

Yoga tidak begitu terkejut jika yang akan Nita bicarakan pasti tentang Axel yang akan selalu memberikan semua laporan pada bubu kesayangannya itu.     

" Aku tidak tahu Axel ada rumah ketika kejadian itu " jawab yoga datar.     

" Pak dokter " dahi Nita berkerut, dia berusaha mengontrol suaranya agar Axel tidak dengar.     

" Kalian kan bisa bertengkar di tempat tertutup yang tidak bisa dilihat Axel, dia itu masih kecil jangan sampai karena tindakan kita yang salah membuat satu trauma dalam kehidupannya "     

" Iya aku tahu itu benar-benar fatal, tapi aku tidak bisa mengontrol emosi Elsa waktu itu "     

" Aku minta maaf " yoga merapatkan kedua telapak tangannya memandangi Nita yang sedari tadi mengawasi gerak-geriknya.     

" Aku tidak pernah bermaksud sengaja melakukan pertengkaran di depan putramu, itu benar-benar diluar dugaan "     

" Putra kamu " Nita menekankan satu kata pada yoga.     

" Iya, putra kita " yoga mengkoreksi kata-katanya tadi.     

" Hey, kenapa kasih sayangmu selalu berat sebelah " yoga memegang kedua tangan Nita matanya masih tidak lepas dari pandangannya pada Nita.     

Dahi Nita mengernyit, matanya menyipit " apa maksudnya dari berat sebelah? "     

Yoga tersenyum " kamu selalu percaya kata-kata Axel, sedang pada kata-kataku kamu lebih banyak tidak percaya. Kamu selalu merindukan Axel setiap waktu, sedangkan padaku tidak. Kamu selalu memberikan Axel pelukan dan ciuman setiap saat, tapi tidak denganku "     

Nita memicingkan matanya kembali dan tertawa kecil " oppa dokter hanya sedang mengalihkan pembicaraan saja, kita sedang membicarakan Axel bukan tentang kasih sayang "     

" Karena kamu selalu mengatakan seolah-olah aku jahat pada Axel, padahal kamu sendiri yang jahat dengan suamimu "     

" Aku? " Nita bertanya pada yoga dengan wajah yang kebingungan.     

Yoga menganggukan kepalanya sambil tersenyum.     

" Bu bidan yang cantik, manis dan baik hati ini memang harus selalu mengutamakan putra kecilnya itu. Tapi aku juga membutuhkan perhatianmu, bukan selalu diintrogasi. Tadi itu operasi yang sangat melelahkan, pasien eklamsi dengan kondisi kritis aku harus melakukan operasi untuk menyelamatkan keduanya. Tapi, ternyata aku hanya bisa menyelematkan bayinya dan itu membuat aku sangat sedih "     

" Pada awalnya, aku berharap ketika sampai dirumah bisa menceritakan kesedihan itu pada istriku. Tapi ternyata istriku marah karena hal lain yang akan menambah bebanku " sambung yoga.     

Nita terdiam sejenak sebelum akhirnya duduk lebih dekat disamping yoga. Dia benar-benar tidak mengetahui kejadian mengerikan yang terjadi pada yoga hari ini.     

" Aku minta maaf " Nita menjadi merasa bersalah.     

Yoga tersenyum memegang satu tangan Nita, dan mencium tangan Nita.     

" Aku juga minta maaf karena kesalahanku pada Axel "     

Lalu yoga menyandarkan kepalanya di atas pangkuan Nita.     

" Aku lelah sekali hari ini, kepalaku sedikit pusing "     

Nita tersenyum menggelengkan kepalanya, kedua tangannya memberikan pijatan lembut di kepala yoga.     

" Aku harap pijatannya bisa membuat pusing oppa dokter hilang "     

Yoga tersenyum " tentu saja, aku suka dengan pijatan lembut dari istriku ini "     

" Supaya oppa dokter juga tidak pusing membuat alasan untuk memberitahuku siapa wanita cantik yang dia bawa waktu itu ke sekolah Axel "     

Sontak saja tawa yoga muncul setelah mendengar ucapan terakhir Nita.     

" Wah, aku harus hati-hati sekarang. Axel ternyata detektif yang kamu sewa, berarti aku tidak boleh bawa Axel kalau akan membawa wanita lain "     

" Pak dokter! " nada bicara Nita meninggi, satu cubitan mendarat di tangan yoga.     

Yoga masih tetap dalam tawanya melihat ekspresi marah dari wajah Nita.     

" Itu syila, waktu itu kebetulan bertemu di jalan dan tempat kost nya tidak jauh dari sekolah Axel. Aku tidak mengistimewakan syila, hanya dari semua koas yang aku bimbing cuma syila yang memang memiliki kompetensi bagus "     

" Cantik juga, baik juga,," tambah Nita.     

Yoga tidak berhenti tertawa " cantik itu relatif Bu bidan, kamu juga cantik hanya kamu tidak suka saja banyak yang bilang cantik. Kamu bahkan lebih pintar dari siapapun, hanya kamu tidak ingin semua orang tahu. Kemampuanmu memimpin itu lebih bagus dari para seniormu, aku sangat suka. Tapi yang lebih aku suka adalah kemampuanmu merebut hati Axel dan,,,,aku "     

" Sudah berhenti bicara " Nita menutup mulut yoga dengan satu tangannya, jika dia terus mendengar kata-kata gombal lagi dari yoga dia akan semakin besar kepala dan merasa terbang di udara.     

" Tidurlah, besokkan masih harus bekerja " Nita berbaring disamping yoga dan kembali ke posisinya semula membelakanginya.     

Yoga tersenyum dan bernapas lega, dia akhirnya bisa membuat Nita luluh dengan kata-katanya.     

Jauh di dalam hatinya ada kecemasan yang begitu besar ketika Nita membicarakan sesuatu padanya, tetapi kali ini dia juga yang menjadi pemenang karena akhirnya bisa membuat wanita disampingnya itu tidak melanjutkan kembali kemarahannya.     

" Edna, hari ini aku ada rapat. Panggil saja residen untuk USG "     

Pagi ini yoga tergesa-gesa masuk ke dalam ruang pemeriksaan dan membaca laporan yang tersimpan di atas mejanya.     

" Bidan Edna belum datang, jadi sementara Edna belum datang aku yang gantikan "     

Suara yang sangat tidak asing di telinga yoga itu membuatnya berhenti membaca laporannya dan melihat ke arah suara yang berada di hadapannya.     

" Nita " yoga terkejut melihat Nita yang sudah berdiri di hadapannya, lengkap dengan seragamnya.     

Nita tersenyum " selamat pagi pak dokter, sesuai instruksi dokter saya akan segera menelpon residen "     

Keterkejutan yoga belum hilang di wajahnya, dia masih tidak percaya Nita sudah mengerjainya.     

Pagi-pagi sekali dia dan Axel sudah menghilang dari rumah dan mengirimkan pesan akan mengantar Axel ke sekolah.     

Dan peristiwa pagi ini membuat yoga tertawa dalam hatinya dan menggelengkan kepalanya, Nita sudah memberikannya kejutan di awal harinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.