cinta dalam jas putih

Kesepakatan Sayang



Kesepakatan Sayang

0Yoga sesekali mencuri pandangannya pada sosok Nita yang duduk disamping di dalam mobilnya, dia tidak mengatakan apapun kali ini. Hanya tatapan seriusnya lurus ke arah jalan raya, bahkan seperti tidak menghiraukan ada kehadiran yoga di sampingnya.     

" Fokus sama jalannya pak dokter " celetuk Nita tanpa melihat sedikitpun ke arah yoga.     

" Gak usah lihat-lihat ke samping " Nita menyambung perkataannya.     

Perkataan Nita itu sontak membuat yoga tertawa kecil dalam gelengan kepalanya.     

Dahi Nita berkerut dan kali ini melihat Yoga yang tertawa.     

" kenapa tertawa? "     

" Aku sedang senang saja "     

Nita semakin fokus pada yoga, matanya menyipit, dan bibirnya membulat maju ke arah depan itu semakin membuat yoga gemas.     

" Senang karena menertawakan orang itu jahat banget pak dokter! "     

Yoga masih memperlihatkan tawa di wajahnya pada nita, dia sepertinya sengaja ingin membuat Nita kesal.     

" Jangan tertawa, pak dokter! "     

Dan benar saja, Nita semakin kesal dan mencoba memberikan satu cubitan mautnya pada yoga.     

" Aku sedang nyetir Bu bidan " yoga cepat-cepat memegang satu tangan Nita yang akan mencubitnya.     

" Aku senang itu karena kamu ternyata masih bisa galak sama oppa doktermu ini "     

Dahi Nita mengernyit " di galakin kok seneng, aneh! "     

" Itu artinya,,,," yoga lagi-lagi melirik ke arah Nita.     

" Bu bidan Kanita sudah sembuh "     

Mendengar yoga berkata seperti itu, Nita membulatkan matanya, melotot ke arah yoga, dan kali ini tangannya berhasil mencubit tangan kiri yoga.     

" Memangnya aku orang gila, dibilang sembuh! "     

Nita bertubi-tubi memberikan cubitannya pada tangan yoga, tidak mempedulikan yoga yang kesakitan.     

" Ihh,,jahat banget bilang aku seperti itu "     

Yoga menahan sakitnya, tapi tidak dapat menahan tawanya.     

" Nita, ini sedang nyetir "     

" Siapa suruh meledekku! "     

Nita menekuk wajahnya, dia terlihat kesal karena perkataan yoga tadi.     

" Aku senang melihatmu marah seperti itu, kamu terlihat cantik kalau sedang marah "     

Nita menghentikan aksi mencubitnya setelah mendengar rayuan gombal dari yoga, dia mulai salah tingkah, wajahnya seketika memerah.     

Dia mencoba menutupinya dengan memalingkan pandangannya ke arah lain.     

" Aku sepertinya sudah tergila-gila olehmu "     

" Hentikan, pak dokter " Nita kegelian mendengar kata-kata rayuan dari yoga, merinding ketika dirayu oleh laki-laki yang berada di sampingnya " kita bukan ABG lagi "     

Yoga senang melihat Nita yang menjadi semakin salah tingkah dan wajahnya bertambah memerah, dia tidak berniat menghentikan bualannnya itu.     

" Kau cantik hari ini,,, " yoga mencoba menyanyikan lagu, walaupun tanpa nada dasar " dan aku suka,,,kau lain sekali, dan aku suka,,,"     

" Pak dokter!!! " tawa Nita keluar begitu saja, dia sudah tidak dapat menahannya, mendengar yoga yang bernyanyi untuknya.     

" Suaranya terlalu bagus kalau di pakai nyanyi, tapi lebih bagus lagi kalau diam " ledek Nita.     

Sontak saja tawa yoga semakin menjadi, dia merasakan tubuhnya begitu ringan ketika tertawa bersama Nita.     

Wanita yang berada di sampingnya itu seperti selalu memberikan suntikan hormon endorfin dalam tiap candaan, Omelan, dan semua tindakan pada yoga yang selalu dirasakan begitu manis.     

Diapun menyadari, bahwa memang dialah yang tergila-gila pada wanita muda yang telah menjadi istrinya itu.     

" Apa aku boleh bicara dengan elsa, dari ponsel oppa dokter? "     

" Apa masih ada yang akan kamu bicarakan dengan Elsa? " walaupun yoga aneh dengan permintaan Nita, tapi tak urung membuat dia memberikan ponselnya pada Nita.     

" Mau tahu aja atau mau tahu banget? " nita balik bertanya dengan candaannya yang diakhiri dengan juluran lidahnya.     

Yoga seketika tertawa mendengar ucapan nita     

" Baiklah, terserah Bu bidan saja. Aku gak mau kalau dibilang tukang kepo "     

" Kepo?? " tawa kecil Nita muncul mendengar yoga mengatakan istilah yang sering dipakai anak-anak muda, namun matanya sudah fokus pada layar ponsel yoga untuk menghubungi Elsa.     

" Ada apa? "     

Nita mendengar suara elsa saat telponnya tersambung.     

" Ini Kanita "     

" Ada apa lagi? "     

Nita menarik napasnya dalam-dalam sebelum mengatakan sesuatu pada Elsa.     

" Tadi itu aku lupa mengatakan satu hal "     

" Katakan "     

" Aku sudah putuskan, hari ini juga aku akan jemput Axel dan membawanya pulang bersamaku. Dan kamu bisa membawa Axel setelah kamu setuju untuk operasi dan kemoterapi, setelah kamu sembuh kamu bisa membawa Axel bersamamu dan aku akan menandatangani surat itu "     

" Tapi,, mana bisa seperti itu "     

" Tentu saja bisa " jawab Nita " karena sekarang aku yang membuat perjanjiannya, kamu hanya harus mengikuti semua, aku tunggu sampai kamu sembuh. Karena jujur aku tidak suka bersaing jika tahu lawanku lemah "     

" Baiklah, sekarang juga aku akan jemput Axel di sekolah " sambung Nita.     

" Nita,,, "     

" Sampai jumpa " Nita segera menutup telponnya, walaupun Elsa masih terdengar bicara padanya.     

Beberapa detik kemudian dia dan yoga bersamaan melihat ke arah ponsel yoga yang berbunyi, dan nama Elsa muncul di layar ponsel tersebut.     

" Tidak usah diangkat " Nita kemudian menatap yoga dengan wajah yang serius namun masih ada sedikit senyuman di bibirnya, itu seperti sebuah perintah pada yoga yang mewajibkan yoga mengikuti perintahnya.     

Kedua alis yoga terangkat, diapun menganggukan kepalanya memberikan jawaban bahwa dia akan mengikuti semua perintah Nita padanya.     

Yoga tersenyum menanggapi semua pembicaraan Nita dengan elsa, dia tahu pasti bahwa Nita sengaja mengatakan hal seperti itu bukan karena alasan kebencian. Dia hanya terlalu baik memberikan kesempatan pada musuhnya untuk mengumpulkan kembali kekuatannya dan kembali menjadi lawan yang seimbang nanti.     

" Kita jemput Axel di sekolahnya sekarang juga " giliran yoga yang diberikan perintah oleh Nita.     

" Tapi kita sudah hampir sampai kerumah,," belum sempat yoga menyelesaikan ucapannya, Nita sudah membulatkan matanya ke arah yoga. Sedikit menaikkan dagunya, menandakan dia tidak ingin menerima penolakan.     

" Baiklah " yoga menganggukan kepalanya, menuruti semua perintah Nita dengan berputar arah menuju sekolah Axel.     

Dia sudah berjanji akan selalu membuat wanita disampingnya itu bahagia.     

Dan ada teriakan tawa di dalam hati nita melihat yoga yang tidak bisa berkutik dan mau tidak mau harus menuruti permintaannya, sebenarnya pun Nita sangat mengetahui dengan pasti penyesalan yoga karena sudah menyakitinya dan itu alasan kali ini yoga menuruti semua kata-katanya.     

Namun, karena telah diberi kesempatan oleh tuhan memperbaikinya kembali Nita akan berusaha merubah semua apa yang ada dalam mimpinya.     

" Bubu " Axel begitu terkejut melihat sosok Nita yang sudah berdiri di gerbang sekolahnya, wajah penuh kegembiraan terlihat jelas di wajahnya.     

Dia segera berlari ke arah Nita, memberikan pelukan dan ciuman di kedua pipi nita.     

" Bubu sudah tidak sakit lagi? "     

Nita tersenyum, gemas melihat Axel dengan pipinya yg merah dan lembut seperti kapas.     

" Axel bisa lihat bubu baik-baik saja kan? "     

Axel tersenyum dan menganggukkan kepalanya, lagi-lagi dia mendaratkan satu ciuman di pipi Nita dan kali ini membisikan sesuatu di telinga Nita.     

" Aku ingin sekali membicarakan sesuatu dengan bubu, tapi hanya kita berdua saja. Ayah juga tidak boleh tahu "     

Nita tertawa kecil dan mengikuti Axel berbisik pada Axel     

" Baiklah, mulai hari ini Axel akan tinggal lagi dengan bubu. Nanti kita membicarakan rahasia berdua saja dirumah "     

" Yeay, aku tinggal dengan bubu lagi " Axel kemudian berteriak sambil berlari ke dalam mobil, sepertinya dia ingin cepat-cepat pulang kerumah dan tinggal bersama bubu kesayangannya.     

" Yah, aku memang kalah kekuasaan dengan Axel " yoga berkata pelan disamping Nita dengan senyuman dan lirikannya ke arah Nita.     

Nita tertawa kecil memandangi yoga dan berkata pelan " oppa dokter bahkan lebih berkuasa atas aku "     

Dia mengedipkan sebelah matanya ke arah yoga sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.     

Yoga terkejut sebelum akhirnya menyadari bahwa tadi itu Nita telah menggodanya, beberapa detik kemudian dia tertawa kecil merasakan jantungnya berdetak kencang.     

Ini seperti ketika pertama kali pada saat dia merasakan jatuh hati pada Nita, dulu ketika melihat Nita masuk ke dalam ruangannya di hari kerja pertamanya.     

Nita telah membuat yoga terpesona dengan tatapan matanya yang indah, dan kali ini pun terulang kembali merasakan jatuh hati oleh tatapan mata yang sama.     

" Bubu " Axel memanggil Nita dengan suaranya yang lembut, malam ini Nita menepati janjinya untuk tidur bersama Axel.     

" Axel belum ngantuk? " tanya Nita, satu tangannya mengusap pipi Axel yang lembut.     

" Belum, Bu "     

" Aku kan harus mengatakan satu rahasiaku pada bubu " sambung Axel     

Dahi Nita berkerut, teraneh dengan ucapan Axel " Rahasia seperti apa? apa Axel bertengkar di sekolah? "     

" Bukan bubu "     

Nita mengkoreksi kembali ucapannya, dia ingat dalam mimpinya Axel berkelahi ketika sudah duduk di kelas tiga, sedangkan Axel sekarang masih duduk di kelas satu.     

" Aku mau bubu tidak baikan lagi dengan ayah, aku tahu ayah sudah membuat bubu sakit dan harus ditusuk oleh banyak jarum "     

" Ayah dan ibuku sudah jahat pada bubu "     

Mulut Nita membuka namun belum bisa langsung mengatakan sesuatu untuk menanggapi ucapan si kecil Axel.     

Dia terlalu syok mendengar ucapan Axel yang seperti itu padanya. Sepertinya Nita pun harus menyiapkan kata-kata terbaiknya agar si kecil kesayangannya ini bisa mengerti dan tidak menjadi orang yang menanamkan kebencian di usianya yang masih kecil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.